<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: December 2003

Friday, December 12, 2003

Perpustakaan Dalam Upaya Mengentaskan Kesenjangan Informasi Masyarakat

Perpustakaan Dalam Upaya Mengentaskan Kesenjangan Informasi Masyarakat.


Majalah : Visi Pustaka Edisi : Vol. 5 No. 2 - Desember 2003

Abstrak


Kesenjangan informasi pada masyarakat adalah akibat rendahnya perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan perpustakaan sebagai inti infrastruktur informasi. Ada dua permasalahan pokok kepustakawanan Indonesia.

Pertama, kehadiran perpustakaan pada masyarakat belum dapat memberikan kontribusi langsung dalam memecahkan persoalan masyarakat dan bangsa. Kedua, perpustakaan ditengah masyarakat belum dapat dioptimalkan dan diberdayakan secara maksimal.

Perpustakaan harus dijadikan sebagai sentral informasi rakyat dengan berbagai aktivitas;

  1. Perpustakaan sebagai pusat aktivitas intelektual dan kreatifitas,

  2. Perpustakaan sebagai sarana pendidikan seumur hidup,

  3. Perpustakaan sebagai pusat informasi,

  4. Perpustakaan sebagai pusat ajang promosi,

  5. Perpustakaan sebagai sarana rekreasi.


Secara umum pertumbuhan perpustakaan pada tingkat strata dan komunitas masyarakat masih relatif rendah.  Untuk menumbuhkembangkan perpustakaan di tanah air perlu dilakukan upaya gerakan nasional perpustakaan dengan konsep pola kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis.

Pendahuluan

Perpustakaan sebagai media pembelajaran dan pusat informasi secara umum belum dapat menyentuh keseluruh lapisan masyarakat. Apresiasi masyarakat terhadap perpustakaan masih tergolong rendah sehingga pembangunan dan pemanfaatan perpustakaan masih relatif rendah diseluruh strata masyarakat.

Demokratitasi ini merupakan strategis dalam upaya mengentaskan kesenjangan informasi masyarakat yang selama ini sangat Salah satu faktor permasalahannya adalah kurang berfungsinya fungsi-fungsi yang diemban perpustakaan baik sebagai fungsi pendidikan, informasi, penelitian dan rekreasi secara aplikatif dapat dirasakan oleh masyarakat secara luas disamping rendahnya tingkat partisipasi masyarakat terhadap perpustakaan.

Perpustakaan sebagai sarana layanan informasi publik yang paling demokratis memiliki arti bahwa layanan perpustakaan tidak diskriminatif terhadap pemakai dalam memberikan layanan. Demokratitasi ini merupakan strategis dalam upaya mengentaskan kesenjangan informasi masyarakat yang selama ini sangat terasa khususnya pada masyarakat pendapatan ekonomi rendah yang berpengaruh pada daya beli terhadap sumber-sumber informasi baik pada masyarakat perkotaan dan pedesaan.

Upaya mengentaskan kesenjangan informasi, pemerintah melalui rencana tindak (action plan) program pembangunan nasional mengarahkan kepada arus informasi interaktif seperti media televisi dan radio. Program ini kuranglah efektif pada wilayah Indonesia yang  begitu  sangat  luas  dimana  sebagian besar masyarakat berada di wilayah pedesaan.

Langkah yang tepat adalah penyebaran informasi primer seperti buku, majalah, koran dan media cetak lainnya yang memiliki jangkauan tidak terbatas dan informasinya dapat  bertahan lama bila dibandingkan dengan arus informasi interaktif yang memiliki jangkauan layanan terbatas dan informasinya bersifat sementara.

Rendahnya pertumbuhan perpustakaan juga dipengaruhi oleh belum maksimalnya perhatian pemerintah dalam bidang pengembangan perpustakaan sebagai institusi informasi masyarakat sebagai mana tertuang dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas) tahun 2000-2004, bahwa pembangunan perpustakaan hanya masuk pada salah satu kegiatan penunjang "mengembangkan kepustakaan dan budaya ilmiah" dari program "kebudayaan, kesenian dan parawisata" (Propenas : VIII-24).

Kesenjangan perolehan informasi sangat berpengaruh terhadap proses pembangunan kualitas masyarakat sehingga terjadi jurang pemisah antara pemerintah dan masyarakat terhadap hasil-hasil pembangunan dan kemampuan penyerapan perkembangan iptek akibat sentralisasi perolehan informasi sehingga tumbuh stigma negatif masyarakat kepada pemerintah.

Oleh karena itu, perpustakaan sebagai penyedia informasi (information provider), sudah saatnya memposisikan dirinya sebagai institusi terdepan  yang mana kecenderungan peradaban manusia secara global telah mengarah kepada kebutuhan informasi sebagai komponen utama masyarakat modern.

Perpustakaan sebagai salah satu inti infrastruktur informasi harus dapat mereposisi kembali segala bentuk kebijakan, program, standar layanan serta potensi sumber daya manusianya. Pradigma  ini mengharuskan, bahwa perpustakaan akan mengalami perubahan signifikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas sebagai unsur utama pembangunan bidang informasi, pelestarian intelektual budaya maupun sebagai pembina minat baca masyarakat.

Perpustakaan menjadi sentral informasi diberbagai bidang akan mendorong pemerintah dan masyarakat dalam upaya perwujudan hak asasi terhadap kebebasan perolehan informasi seluas-luasnya. Namun pertanyaan yang muncul adalah, sejauh mana kapabilitas pustakawan sebagai motor layanan dapat memberikan kontribusi dalam mengantisipasi permasalahan tersebut ?

Dari sudut pemikiran penulis, ada dua permasalahan pokok yang perlu diidentifikasi dalam dunia kepustakawanan Indonesia; Pertama, bahwa realita yang ada kehadiran institusi  perpustakaan ditengah masyarakat belum dapat memberikan yang terbaik dalam memposisikan dirinya sebagai salah satu institusi yang dapat memberikan kontribusi langsung dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat maupun bangsa secara umum.

Kedua bahwa kehadiran perpustakaan ditengah masyarakat belum dapat dioptimalkan dan diberdayakan sebagai sentra penyedia informasi  dan pusat pembelajaran masyarakat sehingga terjadi kesenjangan informasi pada masyarakat. Walaupun belum ada pernyataan bahwa kesenjangan informasi merupakan salah satu faktor terjadinya krisis multi dimensi, akan tetapi kenyataan yang ada, ketika terjadi krisis ekonomi awal tahun 1997 dengan sendirinya muncul krisis multi dimensional yang  membuahkan timbulnya disintegrasi bangsa.

Rasa kebangsaan semakin pudar dan tumbuh rasa kedaerahan (primordialisme) yang berlebihan. Tumbuhnya rasa kedaerahan yang berlebihan tersebut adalah akibat adanya kesenjangan informasi terhadap masyarakat disebabkan pola manajemen sentralisasi dan penyebaran informasi yang tidak merata, baik informasi hasil-hasil pembangunan maupun informasi yang berhubungan dengan nilai-nilai kebangsaan disamping kurangnya keterbukaan informasi antara pemerintah dengan masyarakat.

Perpustakaan Sentral Informasi Rakyat

Sebagai media pembelajaran dan pusat informasi masyarakat, perpustakaan adalah merupakan pendemokratisasian penyebaran informasi yang didalamnya terdapat proses pembelajaran segala jenis bidang pengetahuan yang menjadikan masyarakat (pengguna) menjadi melek informasi.

Perannya yang sangat berharga dalam membangun gagasan-gasan segar ini merupakan suatu pelayanan terhebat kepada masyarakat yang tidak dimiliki oleh lembaga lain. Melalui perpustakaan masyarakat dapat memberdayakan (to empower) diri mereka sendiri mendapatkan berbagai informasi yang sesuai dengan kebutuhan profesi dan bidang tugas masing-masing yang pada akhirnya bermuara pada tumbuhnya masyarakat yang terinformasi dengan baik (well-informed) sehingga tercipta manusia yang berkualitas.

Kehadiran perpustakaan  merupakan solusi akibat perkembangan informasi yang begitu pesat dengan memberikan prinsip layanan sosial yang barang tentu akan terjadi jurang antara orang kaya dengan orang miskin terhadap perolehan informasi. Perpustakaan harus dikelola menjadi sentral informasi rakyat dengan berpola keberpihakan terhadap masyarakat sehingga berbagai kebutuhan informasi masyarakat harus terwakili dan dapat diakses dengan cepat, tepat dan gratis.

Perpustakaan sebagai perubahan sosial harus memberikan informasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan disamping juga harus memberitahu kepada masyarakat (pengguna) bagaimana menelusur informasi, mengembangkan kebiasaan membaca dan juga membantu orang dewasa untuk belajar seumur hidup dan belajar kembali untuk perubahan karir yang berdampak pada kebijaksanaan seseorang, memelihara dan mempromosikan kebudayaan serta hasil-hasil kreasi dan produksi pertanian/industri mereka.

Banyak pemerintahan negara menugaskan perpustakaan untuk melakukan peran seperti itu. Di negara-negara maju, walaupun buku-buku, majalah, kaset video dan audio, CD dan bahan-bahan lainnya dengan harga terjangkau tersedia di sudut-sudut kota, tetapi masyarakat masih tetap banyak berkunjung ke perpustakaan umum. Di Inggris, pembeli buku terbesar adalah perpustakaan-perpustakaan umum.

Perpustakaan menjadi tempat bertemunya para warga kota dan melalui tempat ini mereka mengetahui banyak hal tentang kebijakan yang diambil oleh para pemimpin mereka, dan juga hal-hal yang diperjuangkan oleh para wakil mereka di parlemen. Langkah menuju perpustakaan sebagai sentral informasi rakyat, perpustakaan harus dijadikan sebagai pusat aktivitas:

  1. Perpustakaan sebagai pusat aktivitas intelektual dan kreatifitas; yaitu menempatkan perpustakaan pada semua strata masyarakat baik masyarakat perguruan tinggi, sekolah, perusahaan swasta/pemerintah dan komunitas masyarakat. Perpustakaan akan menjadi tempat aktivitas intelektual dan kreativitas seperti seminar, diskusi panel, pemaparan hasil penelitian, lomba puisi, lomba penulisan ilmiah, aktivitas karang taruna dan lain-lain yang berhubungan dengan kreatifitas pengembangan sumber daya manusia. Melalui strategi ini pihak pengelola perpustakaan dapat langsung memberikan promosi tentang produk dan potensi yang dimiliki oleh perpustakaan melalui sumber-sumber informasi kepada masyarakat sehingga perpustakaan akan lebih bermasyarakat dan melekat pada diri mereka.

  2. Perpustakaan sebagai sarana pendidikan; yang memiliki arti bahwa perpustakaan merupakan integral dari sistem pendidikan seumur hidup. Perpustakaan harus dapat menyediakan berbagai sumber-sumber belajar, penelitian/observasi maupun kegiatan penunjang saranan pendidikan lainnya.

  3. Perpustakaan sebagai pusat informasi; yaitu perpustakaan dijadikan sebagi media informasi publik yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat dengan mudah, cepat dan murah tanpa membedakan strata sosial. Jenis informasi yang ada harus melingkupi seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik berupa kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, hasil-hasil pembangunan Pusat dan Daerah maupun informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna.

  4. Perpustakaan sebagai aktivitas ajang promosi; adalah satu aktivitas perpustakaan yang tergolong masih baru. Hal ini sangatlah penting mengingat perpustakaan sebagai institusi pelayanan informasi publik seharusnya perpustakaan harus didesain menjadi pusat ajang promosi, baik perusahaan swasta, pemerintah dan perorangan dengan berbagai produk dalam mencari segmen pasar yang lebih banyak.

  5. Perpustakaan sebagai sarana rekreasi; bahwa perpustakaan merupakan sarana rekreasi dengan muatan informasi dan koleksi yang bersifat rekreatif atau hiburan. Peranan ini perlu dikembangkan khususnya pada perpustakaan masyarakat seperti perpustakaan keluarahan, desa dan perpustakaan umum yang berada di Provinsi dan Kabupaten/Kota disamping menyediakan alat-alat simulasi yang berhubungan dengan permainan untuk kalangan anak-anak, remaja dan orang dewasa.


Perpustakaan Sebagai Gerakan Nasional

Rendahnya pertumbuhan perpustakaan di tanah air adalah merupakan masalah sosial yang harus ditangani dengan serius. Penulis mencoba menghimbau para stakeholder perpustakaan baik pemerintah, masyarakat dan dunia usaha menjadikan masalah ini sebagai agenda gerakan nasional.

Secara kumulatif pertumbuhan perpustakaan masih relatif rendah; dari 70.000 desa, 9.000 desa atau 1/2 % mempunyai perpustakaan; dari 200 ribu SD, 1% memiliki perpustakaan; 70 ribu SLTP, 16% memiliki perpustakaan; 16.000 SMU, 54 % memiliki perpustakaan; 4.000 Perguruan Tinggi, 60% memiliki perpustakaan sehingga keseluruhan baru berjumlah  42.901 unit (Laporan Perpusnas RI : 2002).

Dari uraian di atas, mengkhawatirkan bahwa pemerataan pembangunan perpustakaan yang bermuara kepada pemerataan informasi masyarakat belum dapat diwujudkan. Salah satu langkah strategi adalah dengan menerapkan pola kemitraan yang melibatkan tiga unsur utama komponen bangsa yaitu pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis.

Komponen Pertama, adalah pemerintah yaitu adanya  political will atau kemauan politik dari pemerintah baik sebagai regulator dan fasilitator yaitu dengan sungguh-sungguh mengagendakan bahwa pembangunan perpustakaan merupakan pembangunan berskala prioritas dalam kurun waktu jangka pendek dan panjang.

Kedua, adalah pelaku bisnis, artinya bahwa seluruh pelaku bisnis dan assosiasi bisnis harus memiliki tanggung jawab moral dalam pengembangan perpustakaan masyarakat dengan memberikan secara sukarela hasil yang diperoleh 1-2 % dari keuntungan tahunan untuk kepentingan pembangunan perpustakaan masyarakat sebagai institusi sentral informasi rakyat.

Hal ini dapat dituangkan dalam Undang-Undang Perpustakaan sebagai landasan yuridis dan berlaku untuk seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Ketiga, adalah komponen masyarakat artinya bahwa seluruh lapisan masyarakat dan semua lintas tokoh masyarakat memiliki tanggung jawab dalam keterlibatnya langsung dalam pengembangan dan pemanfaatan perpustakaan sebagai sebuah lembaga pendidikan dan sentral informasi yang dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kehidupan masyarakat.

Penutup

Selaras dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan informasi sekaligus upaya mengentaskan kesenjangan perolehan informasi pada masyarakat, pembangunan perpustakaan sebagai inti infrastruktur informasi perlu diupayakan terus menerus di seluruh strata dan komunitas masyarakat. Perpustakaan sebagai sentral informai rakyat harus dijadikan sebagai barometer dalam perwujudan hak perolehan informasi masyarakat dengan mengembangkan dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat aktivitas masyarakat.

Rendahnya pertumbuhan perpustakaan di tanah air perlu diupayakan melalui gerakan nasional dengan konsep pola kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan pelaku bisnis dan menjadikan pembangunan bidang perpustakaan termasuk kepada skala prioritas pembangunan nasional. Niscaya, jika hal ini dapat terwujud pembangunan bidang perpustakaan tidak akan mengalami hambatan sekaligus terpenuhinya hak masyarakat akan informasi.

Labels:

Saturday, December 6, 2003

Perpustakaan, Kebanggaan Bersama Milik Masyarakat

Perpustakaan, Kebanggaan Bersama Milik Masyarakat.


Majalah : Visi Pustaka Edisi : Vol. 5 No. 2 - Desember 2003

Abstrak


Perkembangan teknologi yang semakin cepat berubah segala bentuk tatanan kehidupan masyarakat. Penemuan-penemuan baru yang lahir dari perkembangan teknologi menjadikan sebuah bom pertumbuhan yang semakin cepat. Arus informasi sebagai hasil dari teknologi tidak terbendung lagi arus dan dampaknya. Tanpa batas jarak, ruang dan waktu, pengaruh informasi sangat membahayakan masyarakat apabila tidak diantisipasi dan diseleksi.

Perpustakaan sebagai pusat dokumentasi dan informasi, sangat terkait dengan tugas mengelola sumber-sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perpustakaan diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi masyarakatnya untuk mengeksploitasi informasi serta mampu mengubah sebuah bangsa melalui perannya dalam menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan.

PENDAHULUAN

Dalam era informasi saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas sumber daya manusia sangat menentukan. Terbukti bahwa dengan sumber daya alam saja tidak cukup untuk menuju tatanan kehidupan masyarakat yang bahagia, adil dan sejahtera. Yang paling menentukan adalah terciptanya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dalam kapasitas sebagai tenaga yang handal dan bermutu.

Berbagai permasalahan negara Indonesia dewasa ini baik menyangkut aspek politik, sosial budaya, ekonomi dan lain-lain telah mengakibatkan hancurnya segi-segi kemapanan dalam kehidupan masyarakat. Sebuah kehidupan yang nyaman sudah jarang ditemukan seiring dengan berubahnya masa yang ruwet ini. Secara tidak langsung keadaan seperti ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Satu persatu fondasi yang dahulu terbangun kuat, saat ini mulai runtuh dengan adanya bencana sosial yang sedang melanda Indonesia. Hal ini menjadi dilema psikologis yang mengguncang peradaban masyarakat dalam mendambakan keadaan nyaman dan aman dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut seharusnya menjadi alat untuk mengukur sampai sejauh mana Bangsa Indonesia telah berpikir maju serta dewasa.

Karena secara umum, saat ini masyarakat terjerumus menjadi "pengamat" kondisi politik, sosial, ekonomi dan lain-lain yang seharusnya tidak perlu mereka pikirkan. Mereka seharusnya lebih memikirkan bagaimana dapat hidup mapan dan sejahtera tanpa terpengaruh keadaan negara saat ini.

Bertolak dari sini, kiranya pembangunan diri (mental) mutlak diperlukan kecerdasan emosional masyarakat harus ditata sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat menemukan jati dirinya tentunya sebagai masyarakat yang cerdas dan bermartabat dalam segi pengetahuan. Namun perlu diingat bahwa untuk menjadi masyarakat yang demikian tidaklah mudah. Pengorbanan dan kerja keras haruslah dilakukan untuk mewujudkan.

Salah satunya adalah bahwa masyarakat harus mempunyai wawasan luas, pandai menyikapi keadaan serta dewasa dalam bersikap baik sebagai makhluk individual ataupun sosial yang semuanya itu dapat dilakukan dengan suatu kegiatan yang bernama membaca. Baik itu membaca dalam arti yang sesungguhnya (membaca buku) ataupun membaca keadaan yang sedang terjadi di lingkungannya. Membaca sebagai aktifitas intelektual inilah yang kemudian dapat menjadi acuan masyarakat untuk lebih maju.

Gangguan Informasi

Sebagai makhluk yang tidak lepas dari informasi, kita perlu memahaminya sebagai sesuatu yang penting untuk ditelaah. Gemerlap kemajuan teknologi yang semakin berkembang memperingatkan kita untuk menyeleksi informasi untuk tujuan-tujuan yang luhur.

Jangan sampai informasi menuntut kita untuk mengikuti apalagi menjerumuskan kepada hal-hal yang lebih buruk. Sebuah informasi ibarat nasi yang kita makan sehari-hari, dia merupakan unsur pokok dalam pemenuhan kebutuhan yang harus dipenuhi. Tanpa informasi seseorang akan ketinggalan jaman dalam menyimak keadaan yang terjadi di sekitarnya, tanpa informasi seseorang akan buta terhadap perkembangan jaman.

Perkembangan informasi tidak terlepas dari berkembangnya teknologi sebagai sumber utama. Keduanya saling terkait dan saling melengkapi. Perjalanan waktu yang begitu cepat menimbulkan banyak perubahan. Kecenderungan seperti ini membuat manusia enjoy dalam melangsungkan kehidupannya.

Karena teknologi modern telah menjadikan manusia melaluinya sebagai kekuatan global geologis (Yudian, 1993 : 135).  Pada dasarnya menurut George Kueller, teknologi adalah suatu ikhtisar praktis yaitu suatu usaha untuk mengubah dunia daripada usaha untuk memahaminya (The Liang Gie, 1996 : 14), sebab keberadaan informasi sangat berbahaya apabila kita tidak mengantisipasinya dengan seksama. Setidaknya menurut hemat penulis ada 3 hal yang dapat diakibatkan oleh meledaknya informasi :

1. Tatanan masyarakat akan rusak. Hal ini dapat dilihat dari mengalirnya budaya tradisi barat yang telah diadopsi oleh sebagian masyarakat, yang sebenarnya tradisi tersebut tidak cocok untuk diterapkan ke dalam tradisi masyarakat kita.

2. Hilangnya minat dan kebutuhan membaca, tanpa disadari akibat dari mudahnya mendapatkan informasi. Saat ini minat baca akan tenggelam dan kurang, sementara acara-acara TV yang menarik adalah musuh nomor satu untuk menjadi alasan meninggalkan aktivitas membaca.

3. Memperbudak manusia. Dengan adanya teknologi tidak dapat dipungkiri bahwa penemuan-penemuan baru seperti televisi, radio, komputer yang tadinya diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia, kini alat-alat tersebut sudah bergeser fungsinya. Berbagai informasi yang dihasilkan darinya telah membuat manusia malas dalam melaksanakan aktifitasnya.

Dahulu, sebelum ditemukannya sebuah teknologi, dalam mencari informasi diperlukan perjuangan. Antarkota, antar pulau, antar negara menjadi hambatan dalam memperoleh informasi. Tetapi sekarang dengan sistem online masyarakat dalam keadaan dan kondisi apapun akan mendapatkan informasi secara cepat dan tepat.

Dalam duduk, mengendarai, berjalan, informasi akan sampai kepada kita. Masyarakat beranggapan mengapa harus mencari informasi kalau dia (informasi) akan datang sendiri (menjemput kita) dan hadir setiap saat. Yang pada akhirnya masyarakatlah yang akan menjadi korban dari pengaruh informasi tersebut.

Optimalisasi Peran Perpustakaan

Saat sangat sulit mendatangkan orang ke perpustakaan. Mengapa? Karena sebagian besar masyarakat masih menganggap perpustakaan adalah tempat yang menjenuhkan dan membosankan, ditambah lagi faktor internal masyarakat Indonesia sendiri yang memang mempunyai minat membaca rendah. Dua faktor inilah yang menjadikan mengapa perpustakaan kurang mendapat perhatian dari masyarakatnya.

Alternatif penyelesaian dari masalah tersebut adalah pihak perpustakaan sendiri yang aktif ¿menjemput¿ masyarakat dengan gagasan-gagasan dan tindakan yang kreatif dan inovatif. Jangan lantas membiarkan keadaan berlarut-larut demikian dengan mengkambinghitamkan masyarakat yang tidak mau datang ke perpustakaan. Sedapat mungkin perpustakaan dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam kegiatannya.

Bagaimana menyusun strategi promosi yang jitu, memanejemen sumber daya manusianya dan menerapkan program-program, yang dapat menarik masyarakat untuk datang dan menikmati perpustakaan sebagai rumah kedua yang nyaman dan memuaskan.

Perlu diingat bahwa minat untuk membaca muncul ketika pembaca lebih mengenal subjek yang dibutuhkan dan dapat memberikan manfaat serta kepuasan dalam membacanya. Oleh karenanya perpustakaan harus tanggap akan hal tersebut dengan menyediakan bahan bacaan yang lengkap dan siap saji apabila dibutuhkan.

Tentunya hal itu sebatas dalam kapasitas perpustakaan saat ini yang masih terbatas pada ruang dan bahan koleksi. Namun apabila nanti telah terbangun dan menjamur library without wall, maka yang menjadi simpul utama adalah kecepatan dan up to date nya sebuah informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Di sisi lain saat ini sudah sepatutnya perpustakaan dapat mengadopsi pelayanan dalam dunia perbankan. Bagaima bank merancang strategi dalam mendatangkan pelanggan atau nasabah. Apakah melalui iklan di media audiovisual, pelayanan kemudahan akses, pemberian hadiah, undian dan usaha-usaha lain sifatnya mengajak pelanggan atau nasabah untuk memanfaatkan jasa perbankan. Bisakah perpustakaan melakukan hal tersebut?

Kalau pengelola perpustakaan mempunyai niat dan itikad yang sungguh-sungguh untuk memajukan perpustakaan maka jawabannya adalah bisa. Usaha itu dapat dialihbentukkan seperti pemberian hadiah (buku) bagi peminjam potensial, kemudahan, ketepatan dan kecepatan akses mendapatkan literatur, penjualan buku-buku murah, penyelenggaraan library award dalam berbagai kategori ataupun pengembangan usaha-usaha lainnya yang sekiranya dapat menarik minat masyarakat untuk datang dan memanfaatkan jasa perpustakaan.

Setidaknya penulis mempunyai beberapa kriteria yang sekiranya dapat dijadikan pedoman bagi perpustakaan dalam mengoptimalkan fungsi di era informasi.

Pertama, komitmen dari pihak perpustakaan untuk melengkapi dan memperkaya dirinya dengan berbagai jenis koleksi serta fasilitas yang lengkap bagi pemakainya.

Kedua, pemeliharaan administrasi dan manajemen perpustakaan yang diharapkan masyarakat dapat saling mengakses apa yang dilayankan oleh perpustakaan. Sehingga timbul rasa keterlibatan yang saling menguntungkan antara masyarakat dan perpustakaan.

Ketiga, menciptakan tenaga perpustakaan yang profesional, berdedikasi tinggi dan memiliki visi bagi pembangunan perpustakaan di masa yang akan datang.

Keempat adalah dana. Diperlukan sebuah ¿gerakan orang tua asuh¿ bagi perpustakaan dalam bidang pendanaan untuk menyuplai secara kontinyu kehidupan sebuah perpustakaan. Walaupun biasanya perpustakaan di bawah sebuah instansi, namun apa salahnya jika usaha ini dilakukan untuk belajar mandiri dengan tanpa mengharapkan dari instansi yang menaunginya.

Kelima, diperlukan perencanaan teknis yang cermat, runtut dan teratur. Sebisa mungkin perpustakaan menciptakan kesan pertama begitu mengoda selanjutnya terserah anda (kutipan sebuah iklan produk). Apakah itu dalam pembenahan desain interiornya, koleksinya atau pun pelayanan yang diberikan. Sehingga para pemakai nantinya betah dalam memanfaatkan jasa yang diberikan pihak perpustakaan.

Dari berbagai usaha ini sebuah perpustakaan di masa yang akan datang diharapkan mampu menjadikan dirinya untuk lebih dapat merespon keadaan yang terjadi di masyarakat. Dalam kata lain bahwa perpustakaan harus mampu menyikapi keadaan bentuk pemberian fasilitas murah (baca: gratis) namun memuaskan kebutuhan bagi masyarakatnya.

Harapan Masa Depan

Berbagai tantangan dan tugas perpustakaan terhadap derasnya arus informasi menjadi isu hangat yang harus direspon dengan serius. Eksistensi perpustakaan yang oleh masyarakat dianggap mandeg sudah saatnya dirubah dan menyesuaikan perkembangan jaman sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

Harapan yang akan datang perpustakaan dapat mewujudkan embrio masyarakat berpengetahuan, yang menururt Dimitri Mahayana (1999 : 36-37) mempunyai 3 ciri :

1. Demokratis
Menurut Mill, dalam masyarakat demokratis ada bahaya bahwa kemauan minoritas akan ditindas oleh kemauan mayoritas masyarakat. Karena masyarakat mempunyai hak atas hidup, berpendapat, bertindak yang berbeda dari tradisi dan kebiasaan orang lain. (Handono, 1996 : 113)

Untuk itu perpustakaan harus menyikapi dengan pemenuhan segala informasi yang dibutuhkan masyarakat tanpa harus membedakan siapa dan latar belakangnya. Perpustakaan harus dapat menjadi "hakim" yang dapat memutuskan apa dan bagaimana informasi itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

2. Lahirnya pekerja pengetahuan
Masa mendatang perpustakaan akan berpenaruh dalam mencetak pekerja pengetahuan. Pengolahan informasi yang selama ini dirasa belum terorganisasi dengan rapi dapat dimanfaatkan sebagai sumber pendidikan dan penelitian.

Sedangkan pekerja pengetahuan dapat mengoptimalkan kinerjanya dalam memberikan sumbangan kepada negara dalam bentuk pemikiran, hasil karya dan penelitian yang dilakukan melalui jasa perpustakaan tentunya.

3. Adanya jaringan global
Penggunaan internet dalam sebuah perpustakaan mutlak dibutuhkan, selain untuk mepercepat proses informasi dan komunikasi, internet juga dapat difungsikan sebagai media bisnis perpustakaan kepada pemakai yang membutuhkan. Dan ini juga sangat tepat dalam menjalin kerjasama antar perpustakaan atau antar instansi mengenai berbagai hal yang menyangkut diantara keduanya sebagai jalan untuk bertukar informasi secara cepat, efektif dan efisien.

Harapan kita semua Bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan terhormat karena masyarakatnya berpengetahuan. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Alvin Tofler yang mengutarakan bahwa menguasai informasi merupakan syarat mutlat yang harus dimiliki oleh suatu bangsa untuk menjadi pemenang di tengah dunia yang dipenuhi oleh deru persaingan (Magdalena Sukartono, 1997 : 111). Karena itulah di masa yang akan datang penguasaan dan pengolahan informasi menjadi tugas utama bagi perpustakaan untuk memberikan manfaatnya kepada masyarakat.

PENUTUP

Informasi yang beraneka ragam sangat membahayakan karena apabila tidak diseleksi maka menimbulkan gangguan yang setiap saat akan membahayakan bahkan mencelakai masyarakat yang mengkonsumsinya. Sebagai institusi yang berfungsi sebagai pengelola informasi, perpustakaan mempunyai tanggung jawab dalam masalah ini.

Perpustakaan harus siap memposisikan dirinya sebagai "badan sensor" yang dapat penyeleksi berbagai informasi untuk dijadikan sumber penelitian dan pendidikan. Perpustakaan akan merubah suatu bangsa melalui perannya dalam menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan.

Kini perpustakaan tidak hanya sebatas institusi yang memberikan pelayanan jasa saja. Perpustakaan harus dapat menunjukkan kemandirian untuk dapat bersaing dengan institusi lain melalui fasilitas, kekayaan dan kelebihan yang dimilikinya. Adanya usaha dan media komersil oleh perpustakaan sudah saatnya di manage dengan baik dan profesional yanag pada akhirnya pemanfaatan perpustakaan akan menjadi kebutuhan yang tidak akan terlepas dari kehidupan masyarakat untuk memenuhinya.

Labels:

Tuesday, December 2, 2003

Peranan Perpustakaan Dalam Kebutuhan Rekreasi, Pendidikan, Penelitian Dan Informasi Masyarakat

Peranan Perpustakaan Dalam Kebutuhan Rekreasi, Pendidikan, Penelitian Dan Informasi Masyarakat.


Majalah : Visi Pustaka Edisi : Vol. 5 No. 2 - Desember 2003

Abstrak


Perpustakaan bermanfaat untuk rekreasi, pendidikan (edukasi), penelitian (riset), dan manfaat yang bersifat informatif untuk masyarakat luas.Untuk itu maka perpustakaan adalah salah satu institusi yang sangat penting keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, baik di lingkungan formal (masyarakat berpendidikan) maupun di lingkungan nonformal (masyarakat umum), yang harus selalu mengikuti perkembangan zaman.

Dan masyarakat sebagai pengguna harus pula lebih mengenal dan lebih memanfaatkan perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan edukasi, informasi, penelitian maupun rekreasi.

Artikel Lengkap


Sepanjang sejarah peradaban manusia, perpustakaan bertindak selaku penyimpan khazanah hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak maupun noncetak ataupun dalam bentuk elektronik seperti disket. Hasil pikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk buku dalam arti luas ini, sering diasosiasikan dengan kegiatan belajar.

Buku merupakan alat bantu manusia untuk belajar, sejak saat mulai dapat membaca, memasuki bangku sekolah hingga bekerja. Oleh karena perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku sedangkan buku dikaitkan dengan kegiatan belajar, maka perpustakaan pun selalu dikaitkan dengan kegiatan belajar.

Kegiatan belajar dapat dibagi 2 (dua) macam yaitu kegiatan belajar di dalam lingkungan sekolah dan kegiatan belajar di luar lingkungan sekolah. Dalam kenyataannya, ada juga sekolah yang memiliki perpustakaan sehingga kegiatan belajar yang disatukan antara sekolah dan perpustakaan.

Oleh karena adanya kegiatan balajar yang berbeda-beda jenjangnya, dari prasekolah hingga universitas serta pasca universitas ditambah dengan keperluan bacaan yang berbeda-beda, maka muncullah berbagai jenis perpustakaan untuk melayani keperluan tersebut.

Misalnya, tumbuhnya perpustakaan untuk melayani keperluan guru dan murid sekolah, perpustakaan perguruan tinggi untuk melayani pengajar (Dosen) serta mahasiswa. Perpustakaan Perpustakaan umum untuk melayani mereka yang telah meninggalkan bangku sekolah.

Di samping itu timbul pula perpustakaan-perpustakaan khusus untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tertentu dari para pengguna perpustakaan. Perpustakaan khusus itu, misalnya untuk memenuhi informasi-informasi yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan.

Dengan berbagai ragam jenis perpustakaan telah disebutkan di atas, perpustakaan memilik berbagai macam manfaat, antara lain manfaat rekreasi, pendidikan (edukasi), penelitian (riset), dan manfaat yang bersifat informatif untuk masyarakat luas. Berikut ini akan diuraikan satu per satu.

1. Pemanfaatan Perpustakaan untuk Kepentingan Rekreasi.

Secara umum, kegiatan membaca dapat digolongkan ke dalam 2 (dua) yaitu membaca untuk keperluan praktis, artinya membaca untuk memperoleh hasil yang praktis. Hasil praktis ini memiliki arti luas seperti untuk lulus ujian, memahami sebuah masalah, mengetahui latar belakang persoalan dan sebagainya. Kedua, membaca untuk tujuan cultural tersebut.

Rekreasi yang bersifat cultural ini adalah dengan cara membaca. Fasilitas membaca ini disediakan oleh perpustakaan umum. Dalam rangka menjalankan fungsi rekreasi ini, biasanya perpustakaan umum menjalin kerjasama dengan komponen seperti pengarang-pengarang populer, penerbit yang menerbitkan buku-buku best seller produsen kertas, toko-toko buku, unsur pembaca dari berbagai pihak dan dengan sendirinya juga pengelola perpustakaan.

Untuk lebih mengefektifkan fungsi rekreasi, perpustakaan mungkin bisa dipikirkan pemutaran-pemutaran film-film bermutu yang pernah memenangkan festival-festival yang ditindaklanjuti dengan pembahasan-pembahasan dari segi tema, latar atau setting, penokohan dan sebagainya.

2. Pemanfaatan Perpustakaan pada Bidang Pendidikan.

Perpustakaan merupakan sarana pendidikan nonformal dan informal, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar di luar bangku sekolah maupun juga tempat belajar dalam lingkungan pendidikan sekolah.

Dalam hal ini, yang berkaitan dengan pendidikan nonformal ialah perpustakaan umum, sedangkan yang berkaitan dengan pendidikan informal ialah perpustakaan sekolah dan perpustakaan perguruan tinggi, bagi mereka yang sudah meninggalkan bangku sekolah maupun putus sekolah maka perpustakaan merupakan tempat belajar yang praktis berkesinambungan, serta murah.

Hal tersebut diatas benar adanya, karena beberapa orang dapat menjadi tokoh, karena mereka menghabiskan waktunya di perpustakaan. Misalnya Jawaharlal Nehru, Abraham Lincoln dan Daud Ibrahim, beliau pertama ke Amerika Serikat.

Tertinggal jauh dengan teman-teman kuliahnya di Jurusan komunikasi. Untuk mengejar ketertinggalannya, beliau bermalam di perpustakaan. Alhasil, tidak berselang waktu yang lama, jangankan memiliki kemampuan yang sama dengan rekannya, bahkan ia dapat mewakili dosennya memberi ceramah di beberapa negara.

3. Pemanfaatan Perpustakaan pada Bidang Penelitian.

Tanpa perpustakaan sebuah penelitian mustahil dapat terlaksana dengan baik, sebab penelitian yang baik harus ditunjang oleh berbagai informasi, baik berupa teori-teori (referensi) maupun hasil-hasil penelitian sebelumnnya atau yang pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.

Perpustakaan yang tepat memperoleh informasi yang berkaitan dengan penelitian adalah di perpustakaan yang bersifat khusus, karena perpustakaan yang bersifat khusus ini biasanya mengkhususkan diri pada bidang-bidang ilmu tertentu. Misalnya informasi tentang kedokteran, biologi, sastra, hukun, pokoknya pada bidang ilmu tertentu dan terbatas.

Perpustakaan lain yang sesuai untuk tujuan penelitian adalah perpustakaan perguruan tinggi. Hal tersebut sesuai dengan misi perguruan tinggi yaitu misi Tri Dharma Perguruan tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Khusus pada dharma penelitian mulia dari kalangan mahasiswa baik itu diploma sampai pada tingkat doctor, bahkan sampai di kalangan pengajar atau dosen tidak bisa dipisahkan dari segi kegiatan penelitian. Jadi, perpustakaan perguruan tinggi wajib menyiapkan informasi yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, baik itu referensi maupun ringkasan-ringkasan atau abstrak hasil penelitian.

Hal yang perlu diadakan yang berkaitan dengan hubungan antara perpustakaan dengan riset atau penelitian adalah perpustakaan yang mengkhususkan diri pada koleksi hasil-hasil penelitian saja, dimana perpustakaan itu link dengan perpustakaan lain.

khususnya perpustakaan perguruan tinggi yang mudah diakses dengan cepat dan mudah. Perpustakaan itu dapat pula digunakan untuk menginventarisasi hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan, sehingga tidak ada duplikasi hasil penelitian atau plagiasi hasil penelitian, seperti yang sering terjadi di perguruan tinggi. Dewasa ini.

4. Pemanfaatan Perpustakaan bagi kebutuhan informasi masyarakat.

Masyarakat dapat memanfaatkan perpustakaan umum sebagai sumber informasi, karena di dalam koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan umum bersifat umum. Umum disini berarti merata, baik dari segi sebaran maupun cakupan bidang ilmunya serta penggunanya. Sebaran koleksinya umum, artinya hampir seluruh bidang ilmu atau bidang studi tersedia.

Dengan kata lain, segala jenis sumber informasi dari tingkat bawah (dasar) sampai kepada tingkatan yang tertinggi tersedia di perpustakaan ini. Penggunanya pun orang umum atau masyarakat banyak tanpa membeda-bedakan status sosial dan tingkat pendidikannya.

Pengguna dari tingkat sekolah dasar sampai masyarakat perguruan tinggi berusaha dilayani oleh perpustakaan ini. Karenanya tingkat kedalaman informasi yang dimilikinya pun tidak terlalu tinggi, tetapi yang umum-umum saja.

Perpustakaan jenis umum didirikan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh di suatu daerah tertentu tanpa memisah-misahkan stratifikasinya di masyarakat. Mulai dari yang berprofesi sebagai buruh lepas, tukang becak, guru, pelajar, mahasiswa dan sebagainya.

Masyarakat manapun dan dari manapun berhak menggunakan fasilitas dari berbagai sumber informasi yang disediakan di perpustakaan ini. Karena begitu umumnya, segala aspek yang berkaitan dengan perpustakaan ini, maka ada sementara orang yang menyebutnya dengan julukan ¿universitas rakyat¿ artinya perpustakaan umum berfungsi sebagai universitas bagi masyarakat banyak.

Diharapkan perpustakaan-perpustakaan umum lebih banyak berpartisipasi dalam menggalakkan dan meningkatkan minat baca masyarakat umum, event-event seperti penganugrahan Perpustakaan Award 2003 ini misalnya dapat menggugah masyarakat umum untuk lebih mengenal perpustakaan dan pustakawan.

Hanya lomba-lomba seperti ini harus lebih disosialisasikan lagi ke masyarakat yang lebih luas dan tema-tema penulisan yang ringan serta dapat diikuti oleh berbagai kalangan, level dan berbagai profesi di masyarakat.

5. Penutup

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa perpustakaan adalah salah satu institusi yang begitu penting keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, baik itu di lingkungan formal (masyarakat berpendidikan) maupun di lingkungan nonformal (masyarakat umum).

Oleh karena itu perpustakaan harus selalu mengikuti perkembangan keadaan atau zaman misalnya pembaharuan pengelolaan-pengelolaan, manajemen sampai kepada peningkatan-peningkatan perangkat teknologi yang lebih canggih dan mutakhir.

Di sisi lain, masyarakat sebagai pengguna harus pula lebih jauh mengenal dan lebih memanfaatkan perpustakaan, baik itu untuk kepentingan edukasi, informasi, penelitian maupun rekreasi karena memang perpustakaan dewasa ini mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Labels:

Perpustakaan, Masyarakat Dan Teknologi Informasi

Perpustakaan, Masyarakat Dan Teknologi Informasi


Majalah : Visi Pustaka Edisi : Vol. 5 No. 2 - Desember 2003

Abstrak


Kemajuan teknologi informasi dimanfaatkan perpustakaan dalam pengelolaan informasi berbasis komputer demi kepentingan masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi bagi pengembangan perpustakaan dapat dilakukan dalam bentuk automating, informating dan transformating, yang bertujuan untuk mempercepat proses penyelesaian kegiatan perpustakaan jika dibandingkan dengan pekerjaan manual.

Sehingga peranan perpustakaan sebagai pusat sumber informasi akan berubah menjadi mitra aktif yang mendidik masyarakat untuk memperoleh dan menyeleksi informasi yang benar-benar sesuai dengan kebutuhannya.

Artikel Lengkap


Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan dan kemajuan teknologi informasi sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dalam masyarakat. Kemajuan teknologi informasi mendorong masyarakat industri (industry society) pelan-pelan beralih ke masyarakat informasi (information society)

Dalam era globalisasi, hampir setiap orang dalam kegiatannya tidak dapat terlepas dari informasi, karena informasi telah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Setiap aspek kehidupan dihubungan dengan ketersediaan informasi.

Hal itu menunjukkan bahwa informasi telah mendapatkan tempat yang penting dalam aktivitas masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang mencari informasi. Artinya, permintaan terhadap informasi begitu penting sehingga informasi memiliki nilai ekonomi yang tinggi pula.

Untuk memenuhi tuntutan dari pengguna informasi, maka perpustakaan sebagai pengelola dan sumber informasi harus mampu memberikan pelayanan yang memadai dengan menyediakan informasi yang benar-benar relevan dengan permintaan pengguna.

Dalam hubungan ini perpustakaan perlu mencermati berbagai perubahan yang terjadi berkaitan dengan informasi dan kebutuhan informasi dalam masyarakat. Dalam sistem informasi berbasis komputer, fungsi perpustakaan tidak hanya sebagai penyedia informasi dalam bentuk fisik (bahan pustaka), melainkan harus sudah mengarah pada isi dari informasi tersebut.

Perpustakaan Dan Masyarakat

Sebagai gudangnya ilmu pengetahuan dan informasi, perpustakaan merupakan salah satu sarana favorit bagi masyarakat negara-negara maju. Sayangnya di Indonesia, antara perpustakaan dan masyarakat cenderung masih berjarak.

Selain itu, perpustakaan sebagai lumbung ilmu pengetahuan, ternyata tidak sepopuler mall atau tempat hiburan lainnya yang banyak dikunjungi orang. Hasil jajak pendapat terhadap responden pada kota-kota besar di Indonesia ditemukan bahwa lebih dari separuh responden, mencapai 55 persen, mengaku belum pernah sekalipun mendatangi atau mengunjungi perpustakaan (Kompas Minggu, 22-12-2002).

Bila dicermati lebih jauh sebenarnya keberadaan perpustakaan setidaknya menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mendapatkan akses informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, dalam era global sekarang ini, perpustakaan dituntut untuk lebih peka dalam memahami kebutuhan dan permintaan masyarakat akan akses informasi tersebut.

Tuntutan itu sebenarnya tidak berlebihan mengingat perpustakaan dalam era informasi memang harus "bersaing" dengan media lain yang bersifat hiburan, massal dan disukai masyarakat, seperti diskotik, bioskop, taman hiburan, super market dan sebagainya. Maraknya tempat-tempat hiburan tersebut sanggup meninabobokan masyarakat di tengah dunia yang dipenuhi dengan rutinitas yang cenderung menjemukan.

Oleh sebab itu tidaklah mengherankan jika tempat-tempat yang bernuansa pendidikan, seperti perpustakaan, museum, masih kalah pengunjungnya dibandingkan dengan tempat-tempat yang bernuansa hiburan di media massa dibandingkan promosi bersuasana pendidikan.

Dalam konteks ini memang sangat diperlukan suatu terobosan baru dan serius serta berkelanjutan untuk menjadikan perpustakaan sebagai rumah belajar yang dekat dengan masyarakat

Peran dan Fungsi Perpustakaan

Peran perpustakaan dalam globalisasi, sangatlah penting. Sebab, perubahan-perubahan dunia yang cepat sebagai akibat dari globalisasi ini memacu masyarakat untuk mendapatkan dan memberdayakan informasi secara optimal. Permintaan masyarakat untuk medapatkan sumber-sumber akses informasi yang relevan, akurat dan tepatwaktu akan semakin meningkat. Oleh karena itu perpustakaan harus lebih proaktif dan inovatif dalam menyikapi, menyiasati dan mengantisipasi kecenderungan tersebut.

Seperti diketahui bahwa perpustakaan adalah suatu organisasi yang menghimpun, mengolah, menyimpan, menyediakan dan menyebarluaskan informasi. Anggapan tradisional yang selama ini berkembang di masyarakat, bahwa perpustakaan hanya gudangnya buku-buku (informasi). Akan tetapi sesungguhnya orientasi perpustakaan adalah kepada kepentingan penggunanya. Sheila Richie (1982) pada hakikatnya adalah untuk kemanfaatan bagi setiap orang yang membutuhkannya.

Peranan penting yang dimainkan perpustakaan dewasa ini adalah membantu proses akselerasi pembangunan bangsa, terutama dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan amanat pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Ada dua peran yang diemban perpustakaan dalam pembangunan kualitas bangsa yaitu pertama, sebagai abdi masyarakat, perpustakaan merupakan wahana layanan informasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat untuk dapat mengembangkan kehidupan yang lebih cerdas. Kedua, sebagai agen pembangunan, perpustakaan merupakan bagian dari sumber daya informasi yang diperlukan bagi pembangunan dan proses modernisasi.

Sedangkan fungsi perpustakaan sebagai sumber informasi, perpustakaan berfungsi sebagai jendela dunia ilmu pengetahuan, sebagai sumber edukasi, perpustakaan berfungsi sebagai sarana penunjang proses belajar-mengajar dan sebagai perangkat dinamis pendidikan. Sebagai sumber rekreasi, perpustakaan berfungsi sebagai tempat melepaskan ketegangan dan bersantai sambil memanfaatkan sumber bacaan, seperti koran, majalah atau pun buku-buku fiksi. Sebagai sumber penelitian, perpustakaan berfungsi sebagai sarana bagi pengembangan penelitian (research).

Tentang fungsi perpustakaan bagi pembangunan nasional, antara lain tersirat dalam pernyataan Presiden Soeharto tentang pentingnya buku, yang antara lain berbunyi : `Terdapat kaitan yang erat antara perbukuan (baca : perpustakaan) dan pembangunan. Melalui bacaan yang baik masyarakat dapat meningkatkan pengetahuannya, memperluas pandangannya, memperhalus budi pekerti dan mematangkan kebudayaannya.

Pada kesempatan lain juga disebutkan bahwa buku dan bahan-bahan bacaan lainnya diperlukan sebagai alat komunikasi antar manusia maupun antar bangsa. Akan sulit menggambarkan kemajuan masyarakat secara menyeluruh tanpa adanya sarana pengetahuan dan komunikasi berupa buku. Buku yang mengungkapkan beraneka keterangan yang ditulis untuk berbagai jenis lapisan kecerdasan masyarakat, merupakan alat yang penting dalam usaha memerangi kebodohan dan kemiskinan masyarakat.

Bagi Franz Magnis-Suseno (1997), buku dan manusia memiliki hubungan timbal balik. Menurutnya, buku telah dimanusiakan dan dalam waktu cukup cepat manusia juga dibukukan. Melalui pembukuan manusia dan pemanusiaan buku seseorang akan mengalami pembebasan dan penciptaan fantasi yang kaya.

Karena peran dan fungsi yang dimainkan sangat penting, maka para pengelola perpustakaan haruslah mendayagunakan secara optimal. Pemberdayaan perpustakaan dapat dilakukan antara lain dengan menciptakan kondisi perpustakaan yang kondusif bagi pengguna, menggugah pengguna untuk mampu menangani atau mengatasi permasalahan yang dihadapi secara kritis dan cemerlang, serta mampu memikat dan menarik hati pengguna untuk meningkatkan kunjungan ke perpustakaan dan membudayakan gemar membaca.

Jadi pemberdayaan perpustakaan haruslah menyangkut aspek kualitas hidup masyarakat menjadi meningkat dan dari bahan bacaan masyarakat akan dapat menyiasati problema yang dihadapi dalam hidupnya.

Pemanfaatan Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi informasi yang begitu canggih dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam pengelolaan informasi berbasis komputer demi kepentingan masyarakat. Pemanfaatan teknologi informasi bagi pengembangan perpustakaan dapat dilakukan dalam 3 (tiga) bentuk, yakni automating, informating dan transformating.

Automating, dimanfaatkan oleh perpustakaan dalam melakukan pekerjaan rutin, seperti pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pelayanan pengguna dan sebagainya. Dalam konteks ini, pemanfaatan teknologi informasi ini dapat mempercepat proses penyelesaian kegiatan perpustakaan jika dibandingkan dengan pekerjaan manual. Program otomasi perpustakaan seperti CDS/ISIS, Dynix atau program buatan sendiri (In Hous) merupakan contoh bentuk automating.

Informating, dimanfaatkan untuk mempermudah dalam penyampaikan informasi yang dimiliki perpustakaan kepada penggunanya. Pencarian dan penelusuran informasi dari berbagai arah dapat dilakukan dengan lebih cepat dan tepat. Katalog terpasang, seperti OPAC, CD-ROM, BRS, DIALOG dan sebagainya merupakan contoh pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan informasi.

Transforming, dimanfaatkan untuk membawa perubahan-perubahan penting dan mendasar bagi perpustakaan dalam mengelola, memberikan layanan dan menjalin hubungan antar unit informasi ataupun institusi. Kehadiran media seperti internet dan multi media lainnya, telah merubah konsep dasar maupun peranan perpustakaan.

Konsep perpustakaan tradisional yang berorientasi pada penyediaan akses informasi yang dimiliki, berubah pada konsep tanpa harus memilikinya. Tujuan perpustakaan tradisional untuk memperoleh dan meminjamkan buku berubah menjadi penyediaan hubungan antara pengguna dengan pelbagai jenis dan bentuk informasi dari tempat manapun.

Melalui pemanfaatan teknologi informasi seperti itu, peranan perpustakaan sebagai pusat sumber informasi akan berubah menjadi mitra aktif yang mendidik masyarakat untuk dapat memperoleh dan menyeleksi informasi yang benar-benar sesuai dengan permintaan dan kebutuhan pengguna. Dengan begitu, masyarakat sebagai pengguna dan sebagai penyedia informasi akan semakin dekat dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya.

Dari gambaran di atas tampak dengan jelas adanya suatu keterkaitan antara perpustakaan, masyarakat dan teknologi informasi. Perpustakaan memerlukan masyarakat sebagai pemakai jasa informasi, masyarakat membutuhkan perpustakaan untuk memperkaya dan memperluas wawasan berpikir, serta teknologi informasi dapat mempercepat dan mempermudah pencarian dan penelusuran informasi serta memperbarui dan memperlancar tugas-tugas perpustakaan.

Itu berarti, perpustakaan, masyarakat dan teknologi informasi merupakan mata rantai yang tak terpisahkan dan selalu saling terkait demi terwujudnya masyarakat gemar membaca dan cinta perpustakaan.

Labels: