<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: August 2018

Friday, August 31, 2018

Bandung Street Library, Perpustakaan di Jalanan yang Keren Abis!

Dunia Perpustakaan | Bandung Street Library | Bandung, Sungguh terpujilah para pemimpin dan kepala daerah yang peduli dan mendukung adanya program yang mendukung gerakan literasi di tanah air.

Salah satu tokoh yang perlu kita berikan apresiasi hal tersebut diantaranya adalah Ridwan Kamil, Walikota Bandung sekaligus Gubernur terpilih Jawa Barat.

Baru-baru ini melalui akun instagramnya, Ridwan Kamil membuat status yang memajang foto dirinya sedang duduk asyik membaca, dan di sebelahnya terlihat ada bangunan kecil yang diketahui ternyata bernama "Bandung Street Library".

Dalam status tersebut berbunyi,
Ada 100-an benda mungil ini akan hadir di jalanan Kota Bandung dengan warna-warni permen ala Bus Bandros. Program "Community Swap" : Warga yang punya buku bagus bekas atau tidak terpakai, daripada nganggur berdebu, silakan sumbangkan dan drop bukunya di rak buku ini. Kecuali buku nikah dan buku hutang. Semoga warga Bandung naik tingkat budaya literasi membaca agar jadi bangsa juara. Nanti hadir di seluruh Jawa Barat. Karena Buku adalah jendela dunia.
Konsep "Bandung Street Library" ini tentunya cukup keren karena diharapkan dengan adanya "Bandung Street Library" ini mampu menumbuhkan tingkat minat baca masyarakat warga Bandung khususnya atau siapapun yang memang ada di sekitar "Bandung Street Library" tersebut.

"Bandung Street Library"dari penampilan dan konsepnya cukup simple dan rapi serta sangat "instagramable" sehingga diharapkan bisa jadi lokasi dan tempat favorit baru untuk narsis para netizen.

Hal yang jauh lebih penting lagi tentunya tidak hanya dijadikan sebagai tempat narsis saja, tapi juga benar-benar dimanfaatkan koleksi bukunya yang ada di "Bandung Street Library"sehingga minat baca masyarakat sekitar benar-benar bisa semakin tinggi.

Kabar baiknya lagi, ternyata dalam status di instagram Ridwan Kamil tersebut, dirinya menyatakan jika "Bandung Street Library"ini kedepanya akan dibuat juga di seluruh wilayah Jawa Barat. Janji tersebut tentunya harus kita apresiasi dan kita dukung, apalagi saat ini posisi Ridwan Kamil memang sudah terpilih dalam Pemilukada beberapa waktu yang lalu.

Dengan adanya "Bandung Street Library"diharapkan juga bisa menginspirasi kepala-kepala daerah lain di Indonesia, sehingga keberapaan perpustakaan jalanan tersebut mampu meningkatkan minat baca masyarakat di Indonesia.

Semoga!

Labels:

Thursday, August 16, 2018

73 Tahun Merdeka, 34,19% Sekolah di Indonesia Belum Miliki Perpustakaan

Dunia Perpustakaan | Miris! kata ini masih terus harus kita suarakan untuk menggambarkan kondisi perpustakaan sekolah di Indonesia. Dalam aspek perbaikan tentunya kita tetap memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang ikut terlibat aktif dalam meningkatkan perbaikan di bidang perpustakaan ini.

Namun kita tidak boleh berpuas diri, karena faktanya berdasarkan data terbaru 2018 ini, masih banyak sekolah di negeri ini belum miliki perpustakaan.

Dahulu, saat APBN untuk pendidikan belum mencapai 20%, banyak pihak menyatakan, Seandainya APBN untuk pendididikan mencapai 20%, niscaya pendidikan di Indonesia akan maju. Namun faktanya, setelah APBN pendidikan diterapkan mencapai 20%, toh kabar sekolah ambruk, sekolah tak miliki perpustakaan masih terdengar hingga kini.

Kami kutipkan dari data yang beberapa saat lalu sudah dipublikasikan oleh beritagar.id , disebutkan bahwa berdasarkan Tim Lokadata Beritagar.id mengolah data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tentang jumlah dan persentase kondisi perpustakaan sekolah di 34 provinsi. Sebanyak 34,19 persen sekolah di Indonesia belum memiliki perpustakaan.

Ironisnya, dari masih sedikitnya sekolah yang sudah memiliki perpustakaan, ternyata rata-rata perpustakaan sekolah mereka sebagian besar dalam kondisi rusak.
Berdasarkan data yang sudah diperbaharurui pada 2018, provinsi dengan perpustakaan terbanyak mengalami kerusakan, baik ringan maupun berat, di antaranya Aceh (74,8 persen), Lampung (74,1 persen) Sulawesi Barat (72,7 persen) dan Papua Barat (72,5 persen).

Untuk bisa memiliki sekolah yang layak dan merata di Indonesia saja masih sulit, apalagi harus bermimpi untuk perpustakaan ada di setiap sekolah? | gambar: suaranusantara.com 
Di Pulau Jawa kecuali Jakarta, rata-rata kerusakan yakni mencapai angka, mulai dari 60 hingga 70 persen. Sementara di Nusa Tenggara dan Papua, kerusakan lebih parah akrena kerusakanya lebih dari 70 persen.
"Jumlah perpustakaan rusak itu karena banyak faktor dan bagus tidaknya pengelolaan pendidikan daerah indikatornya bukan hanya itu. Perlu dilihat juga siapa yang mengelola, apakah Dinas Perpustakaan atau Dinas Pendidikan," kata Najeela.


"Daerah yang pencapaian (standar perpustakaan dan pendidikan) tidak optimal, ini yang harus didukung. Yang terjadi justru malah diberi hukuman dan bukan dibantu seperti penambahan biaya BOS. Itu kan aneh," katanya.

Najeela juga melihat kesenjangan di Jakarta dan kota besar lainnya dibandingkan dengan di daerah. Siswa sekolah di Jakarta, punya akses yang lebih banyak terhadap perpustakaan sekolah dengan fasiltas seperti koleksi buku yang mendukung. Kondisi tersebut jarang bisa dirasakan oleh mereka yang tinggal di Papua.

Untuk menyikapi kesenjangan ini, Najeela menyarankan perlunya perbedaan politik anggaran untuk membangun perpustakaan dan fasiitas sekolah lainnya yang sesuai dengan konteks dan kondisi kemampuan tiap daerah.

"Politik anggaran harus beda, masalahnya semua disamakan padahal ekosistem dan kondisi daerah beda. Juga tidak ada peningkatan kapasitas pemerintah daerah, ada yang paham soal perpustakaan, ada yang tidak tahu sama sekali," katanya.

Jika merujuk aturan, tiap perpustakaan harus memenuhi standar nasional, meliputi koleksi, sarana dan prasarana, pelayanan, tenaga, penyelenggaraan, pengelolaan, dan integrasi dengan kurikulum.

Namun, lagi-lagi untuk pemenuhan standar tersebut membutuhkan uang.

Labels:

Tuesday, August 14, 2018

Pejuang Literasi NTT Siap Adakan Gerakan #NTTKembaliBaca

Dunia Perpustakaan | Pejuang Literasi | Gerakan Literasi | Kupang, NTT - Bagi para pejuang literasi, mengenalkan budaya baca ke masyarakat sudah menjadi nadi mereka. Sehingga tak perlu menunggu komando atau undang-undang, mereka akan terus bergerak dan berjuang demi budaya baca di Indonesia.

Hal ini juga yang dilakukan oleh Solidaritas Merah Putih Nusa Tenggara Timur (NTT) atau Solmet NTT, yang akan melakukan gerakan #NTTKembaliBaca pada tanggal 16-18 Agustus 2018 di Kota Kupang.

Dalam kegiatan ini Solmet NTT menggandeng para pemuda secara individu yang memiliki visi sosial dan kemanusiaan membentuk Komunitas Literasi NTT. Selain itu kegiatan ini didukung secara penuh oleh Piter Pitoby.
ilustrasi gambar: brilio.net

Gerakan #NTTKembaliBaca ini akan dilaksanakan di depan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pitoby, Kuanino, Kota Kupang.

Gerakan #NTTKembaliBaca akan diisi dengan perpustakaan jalanan, diskusi tentang pentingnya membaca, kopi bersama, dan bagi souvenir.

Ketut Rudi Utama Ketua Solmet NTT yang memiliki sekretariat di Jln Gereja Moria RT25 RW 06 Kelurahan Liliba Kupang ini menjelaskan jika Solmet NTT ingin secara nyata turun ke masyarakat dan berbuat hal-hal yang positif serta bermanfaat.

"Kami tidak sekedar ormas yang tujuan didirikan untuk menjaga Pancasila, merawat Kebhinekaan, dan mendukung pemerintah akan tetapi kami ingin memperkuat akar rumput dalam hal ini masyarakat agar kembali pada budaya membaca buku. Minimal sehari itu luangkan waktu 30 menit untuk membaca buku. Ini penting sekali sebab dengan membaca buku otak kita dilatih untuk berpikir dan menambah pengetahuan," katanya.

Dikatakannya, tradisi membaca buku saat ini sudah mulai punah akibat dengan perkembangan tekhnogi informasi.

"Ini sangat instant dan membuat generasi milenial menjadi manja walaupun di sisi lain hidup manusia terbantu," jelas Rudi saat dihubungi, Minggu (12/8/2018).

Sedangkan Frids Wawo Lado dan Vera Oja Koordinator Komunitas Literasi NTT mengatakan bahwa gerakan #NTT Kembali Baca digagas dari hasil diskusi bersama Solmet NTT dan secara bersama-sama akan melakukan kegiatan perpustakaan jalanan dan kampanye NTT Kembali Baca.
-------------------------------------------
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Akan Ada Perpustakaan di Pinggir Jalan, Masyarakat NTT Diajak Membaca Buku, http://kupang.tribunnews.com/2018/08/13/akan-ada-perpustakaan-di-pinggir-jalan-masyarakat-ntt-diajak-membaca-buku.
Penulis: Ricardus Wawo
Editor: Kanis Jehola

Labels: , ,

Arkeolog Temukan Perpustakaan Romawi Kuno di Tengah Kota Jerman

Dunia Perpustakaan | Sejarah Perpustakaan | Perpustakaan Kuno | Cologne, Jerman - Penemuan-penemuan terkait keberadaan perpustakaan kuno di banyak negara sering terjadi. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa peradaban dan keberadaan perpustakaan di suatu zaman merupakan bagian terpenting dalam suatu peradaban.

Baru-baru ini ditemukan sebuah perpustakaan kuno di Cologne Jerman, Dikutip dari kompas.com [8/8/2018] ditemukan sebuah perpustakaan kuno, tepatnya di bawah tanah di kota Cologne, Jerman.

Setelah dipelajari, ternyata perpustakaan kuno tersebut diduga sebuah perpustakaan Romawi kuno yang saat itu pernah menyimpan koleksi naskah hingga 20.000.

Dalam galian tersebut, para arkeolog menemukan struktur epik secara tidak sengaja sejak 2017. Saat itu mereka sedang melakukan penggalian tanah di gereja Protestan yang bertujuan untuk membangun pusat komunitas baru.

Temuan ini memang tidak terlalu mengejutkan, mengingat Cologne merupakan salah satu kota tertua di Jerman yang didirikan pada tahun 50. Sehingga tidak mengherankan juga jika ia masih menyimpan struktur yang berasal dari zaman Romawi.

Namun menariknya, saat pertama kali ditemukan para arkeolog tidak menyadari struktur itu merupakan perpustakaan. Hingga akhirnya mereka menemukan lubang misterius di dinding yang masing-masing berukuran sekitar 80 x 50 sentimeter.

"Lubang di dinding itu kemungkinan lemari yang digunakan untuk gulungan atau naskah," kata Dirk Schmitz, arkeolog dari Roman-Germanic Museum di Cologne. "Dinding seperti itu khusus digunakan di perpustakan. Anda juga bisa menemukan yang serupa di perpustakaan di Efesus, Turki," ujarnya lagi.

Schmitz menduga jika perpustakaan itu berisi setidaknya 20.000 gulungan. Meskipun perpustakaan yang baru saja ditemukan ini ukurannya lebih kecil dibandingkan perpustakaan Celsus di Efesus yang dibangun pada tahun 117, namun ini merupakan temuan yang luar biasa.

"Ini merupakan perpustakaan paling awal di Jerman dan sekaligus di provinsi Romawi bagian barat laut. Mungkin juga masih ada banyak kota-kota Romawi yang juga memiliki perpustakaan, tetapi belum diekskavasi," jelas Schmitz.

Lanjutnya, Romawi kuno juga sangat mahir memilih tempat yang pas untuk sebuah perpustakaan. Perpustakaan terletak di jantung Cologne, di pusat perbelanjaan, tempat umum yang ada di pusat kota. Perpustakaan juga dibangun dengan material yang sangat kuat," tambahnya.

Perpustakaan kemungkinan berlantai 2 dengan luas 20 x 9 meter. Selain itu, juga ada tambahan sebuah ruang kecil di mana patung Minerva, dewi Athena Yunani ditempatkan. Setelah penemuan ini, reruntuhan perpustakaan rencananya akan diintegrasikan dengan pusat komunitas gereja baru, yang di kemudian hari bisa memudahkan akses pengunjung dan arkeolog ke situs peninggalan Romawi ini.

Arkeolog Temukan Perpustakaan Romawi Kuno di Tengah Kota Jerman

Dengan temuan ini menunjukan bahwa kemajuan-kemajuan dari peradaban sangat ditentukan adanya perpustakaan dan budaya baca di setiap zamanya.

Kalau di zaman yang katanya serba modern ini Perpustakaan dan budaya baca justru ditinggalkan, sungguh celaka generasi sekarang!

Gejala-gejala sudah mulai terlihat sekarang, dimana mereka yang meninggalkan budaya baca sangat mudah diadu-domba, mudah menerima dan sebarkan hoax, dan mudah melakukan berbagai "kebohonan-kebodohan" lainya.

-----------------------------------------------------------
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perpustakaan Zaman Romawi Kuno Ditemukan di Pusat Kota Jerman", https://sains.kompas.com/read/2018/08/08/193800423/perpustakaan-zaman-romawi-kuno-ditemukan-di-pusat-kota-jerman. 
Penulis : Kontributor Sains, Monika Novena
Editor : Shierine Wangsa Wibawa

Labels: ,

Monday, August 13, 2018

Jadilah Kepala Sekolah yang Peduli Nasib Perpustakaan Sekolah dan Pustakawan

Dunia Perpustakaan | Kalau secara teori, semua orang pasti sepakat bahwa perpustakaan sekolah itu adalah jantung dari sebuah sekolah. Hal tersebut dikarenakan perpustakaan sekolah yang dikelola dengan baik akan mampu meningkatkan mutu dan mendukung kwalitas SDM dari para siswa dan guru juga karyawan di sekolah tersebut.

Namun sayangnya, teori tersebut tak seindah dengan realita di lapangan.

Kami sudah berkali-kali berinteraksi dengan pustakawan maupun guru yang merangkap untuk mengurusi soal perpustakaan sekolah. Mereka selalu sering mengeluhkan atas kondisi perpustakaan sekolah mereka.

Walaupun akhir-akhir ini kami bersyukur karena semakin sering bertemu dengan kepala sekolah yang mereka sangat peduli memajukan perpustakaan sekolah juga sangat menghargai profesi para pustakawan/pengelola perpustakaan di sekolah mereka.

Namun tetap saja, kalau dihitung jumlahnya masih jauh lebih banyak kepala sekolah yang belum peduli akan keberadaan perpustakaan di sekolah mereka.

(Baca juga: Nasib Pustakawan Swasta dan Pustakawan PNS serta Dinamika Perpustakaan di Sekitar Kita)

Kami sendiri sudah berkali-kali dihubungi pengelola perpustakaan sekolah yang selalu berkeluh kesah atas nasib perpustakaan mereka yang kurang terurus.

Diantara curhatan tersebut mulai dari minimnya anggaran, minimnya gaji pustakawan, minimnya fasilitas perpustakaan, minimnya koleksi buku, rusaknya rak buku dan meja kursi baca, dan lain-lainya.

Jika kebetulan saja anda kepala sekolah yang sedang membaca tulisan ini, dan mungkin anda memiliki berjuta alasan untuk melakukan pembelaan atas ketidakmampuan anda dalam mengelola perpustakaan sekolah yang ada di sekolah anda, kami sarankan berhentilah membuat berjuta alasan tersebut.
Tidakkah kalian wahai para kepala sekolah diingat oleh siswa dan guru sebagai kepala sekolah yang peduli dengan perpustakaan sekolah anda? Atau justru anda ingin dikenang sebagai Kepala Sekolah yang sangat tidak peduli dengan perpustakaan Sekolaha Anda? | gambar: kingdown.wilts.sch.uk

Hal itu karena semakin anda mencari-cari dalih dan pembenaran atas masalah ketidakmampuan anda mengelola dan memajukan perpustakaan anda, maka dipastikan itu akan menjadikan anda semakin tidak mau mengurusi kondisi perpustakaan sekolaha nda.

Padahal solusinya sudah sangat banyak.

Jika anda ingin tahu bagaimana supaya bisa menjadi kepala sekolah yang bisa memajukan perpustakaan sekolah di sekolah anda, maka belajarlah dan terus belajar kepada kepala-kepala sekolah di Indonesia yang sudah semakin banyak yang bisa dan mampu memajukan perpustakaan sekolah mereka.

Hampir setiap tahun selalu ada lomba-lomba perpustakaan sekolah, mulai dari tingkat kota/kabupaen, propinsi, hingga nasional. Jika memang anda serius ingin memajukan perpustakaan sekolah anda, belajar dan teruuuuslah belajar kepada mereka agar bisa terus lebih baik.

Jika kalian beranggapan bahwa masalah ada pendanaan, carilah tahu kepada kepala sekolah yang sudah lebih dahulu mampu memajukan perpustakaan sekolah mereka, bagaimana mereka bisa memperoleh dana untuk memajukan perpustakaan sekolah mereka, begitu seterusnya.

Pada akhirnya, semua sangat ditentukan akan NIAT atau TIDAKNYA kepala sekolah untuk MAU dan MAU untuk memperjuangkan perbaikan perpustakaan di sekolah mereka.

Jika kepala sekolah MAU dan NIAT untuk memajukan perpustakaan sekolah, apapun dan bagaimanapun caranya, pasti akan ada jalan untuk bisa memajukan perpustakaan sekolah mereka.

Namun kalau sudah tidak ada niat, maka akan ada BERJUTA ALASAN untuk tidak akan pernah peduli dan memajukan perpustakaan di sekolah mereka.

Jadilah Kepala Sekolah yang akan dikenang kebaikan anda saat menjabat kepala sekolah karena peduli memajukan perpustakaan sekolah di sekolah anda, daripada akan diingat menjadi kepala sekolah yang sangat tidak peduli dengan nasib perpustakaan dan pustakawan di sekolah yang anda pimpin.

Pilihan anda pada tindak-tanduk dan kebijakan anda, wahai Kepala Sekolah!

Labels: ,