<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: June 2016

Thursday, June 30, 2016

Ahmad Tohari Menghimbau Membaca Sejak Anak-anak

Ahmad Tohari Menghimbau Membaca Sejak Anak-anak.


Dunia Perpustakaan | Sastrawan dan budayawan Ahmad Tohari mengingatkan semestinya ada perpustakaan di dalam rumah meski sederhana, untuk menumbuhkan minat baca anak-anak sejak dini.

“Mulai dari keluarga. Hadirkan suasana membaca di rumah, bapak dan ibunya suka membaca. Anak-anaknya pasti suka membaca,” kata penulis novel “Ronggeng Dukuh Paruk” itu di Semarang, Dikutip dari hariansemarang.com [5/16].

Hal tersebut diungkapkannya usai pelantikan pengurus Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (Hiski) se-Jawa Tengah dan seminar bertema “Kemandirian Bangsa Melalui Sastra dan Budaya”. [05/16].

Tohari menjadi salah satu pembicara pada seminar nasional yang berlangsung di Wisma Perdamaian Semarang dan terselenggara atas kerja sama antara Balai Bahasa Jateng dan Hiski Jateng.

Ia mengingatkan minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah, terutama anak-anak, sebab warisan budaya memang lebih mengenalkan budaya tutur atau bercerita ketimbang membaca.

“Ketertinggalan tingkat literasi masyarakat kita dengan bangsa-bangsa lain jauh. Itu baru minat baca secara keseluruhan, belum lagi khusus untuk karya sastra yang jauh lebih kecil,” katanya.

Setelah keluarga, lanjut dia, peran sekolah untuk menyediakan perpustakaan yang memadai, diiringi dengan pemberian keteladanan, seperti bapak dan ibu guru mencontohkan gemar membaca. “Sekolah kebanyakan tidak menyediakan perpustakaan yang memadai dan tidak ada keteladanan dari para guru. Kalau begini, dampaknya kecerdasan bangsa kita kalah dibandingkan bangsa lain,” katanya.

Pemerintah, kata Tohari, turut berperan meningkatkan minat baca masyarakat dengan menganggarkan dana yang pantas untuk pengadaan perpustakaan secara memadai, baik fasilitas dan koleksi bukunya.

Namun, diakuinya, banyak perpustakaan milik pemerintah yang kondisinya justru kurang diperhatikan dan membuktikan keputusan politik yang dibuat kurang melihat arti penting perpustakaan. “Pemerintah seharusnya menyediakan bacaan-bacaan yang dibiayai anggaran resmi. Negara-negara lain saja mau membayar penulis membuat buku untuk dibagikan secara gratis ke sekolah,” katanya.

Meski jumlah buku yang beredar sekarang ini jauh lebih banyak dibandingkan semasa Orde Baru, Tohari mengatakan kenyataannya tidak berbanding lurus dengan meningkatnya minat baca masyarakat.

Labels:

Profil Perpustakaan Universitas Hasanuddin

Profil Perpustakaan Universitas Hasanuddin.


Dunia Perpustakaan | Universitas Hasanuddin (Unhas), adalah perguruan tinggi negeri di Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, yang berdiri pada 11 Juni 1956. Perguruan tinggi ini semula merupakan pengembangan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ketika Bung Hatta masih menjadi Wakil Presiden. Kampus Unhas semula dibangun di Baraya atau Kampus Baraya.

Namun, awal tahun 1980-an, ketika Rektor dijabat Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, Kampus Unhas dipindahkan ke Tamalanrea, karena Kampus Baraya sudah berada di tengah kota.

Kini Kampus Unhas menempati areal seluas 220 hektare di Tamalanrea dengan berbagai fasilitas.Sejak akhir tahun 2006 Fakultas di Universitas hasanuddin bertambah 1 yang merupakan pemekaran dari Fakultas Pertanian dan Kehutanan yaitu Fakultas Kehutanan.

Saat ini telah dikembangkan kampus baru UNHAS yang dikhususkan untuk Fakultas Teknik yang terletak di bekas pabrik kertas Gowa di kabupaten Gowa. Kampus baru ini mulai dipergunakan sejak tahun 2006 walaupun masih dalam tahap renovasi dan pembangunan gedung dan pengadaan fasilitas.

Sejarah Singkat


Perpustakaan Universitas Hasanuddin mulai dibentuk sebagai suatu Perpustakaan Fakultas di bawah naungan Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (yang pertama dibuka 3 Juli 1947 dan yang kedua dibuka 4 Oktober 1953). Kedua Fakultas tersebut merupakan cabang dari Universitas Indonesia. Ketika Fakultas Kedokteran Makassar dibuka 28 Januari 1956, maka ketiga fakultas ini akhirnya menjadi embrio Universitas Hasanuddin.

Terbitnya PP No. 23 Tahun 1956 tanggal 10 September 1956 menjadi tonggak sejarah berdirinya Universitas Hasanuddin dan membawa pengaruh kepada status pengelolaan Perpustakaan yang sebelumnya dikelola Fakultas menjadi di bawah pengelolaan Universitas Hasanuddin. Hal ini dilakukan sebagai realisasi Keputusan Rektor UNHAS (ketika itu disebut Presiden) No. 619/UP-UH/60 tgl. 13 April 1960 dan dengan dasar itu diangkat Direktur Perpustakaan yang pertama yaitu Drs. Miendrowo Prawirodjumeno.

Nama resmi Perpustakaan adalah Perpustakaan Pusat. Nama ini berlaku hingga dikeuarkannya Keputusan Mendikbud R.I. No. 0154/G/1983 yang mengubahnya menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Universitas Hasanuddin.

GEDUNG PERPUSTAKAAN

Gedung UPT Perpustakaan berada ditengah-tengah kampus Tamalanrea berdampingan dengan gedung Rektorat Universitas Hasanuddin. Gedung terdiri atas 4 lantai dengan luas seluruhnya 14.420 m2 namun sesuai sumber daya yang ada, ruang yang terpakai hanya sekitar 8.825 m2 Lantai 1 dimanfaatkan oleh Bagian Pendidikan, Bagian Kemahasiswaan, Bimbingan/Konseling Unhas dan sebagian oleh berbagai unit pelayanan umum, seperti Kantor Pos, BRI, Koperasi Mahasiswa, Koperasi Unhas, Toko Buku, dan berbagai aktivitas umum lainnya.

Gedung Perpustakaan Unhas Tampak Dari Luar

KOLEKSI

Besarnya koleksi UPT Perpustakaan Universitas Hasanuddin saat ini tidak kurang dari 516.000 volume, yang meliputi bahan buku, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, majalah, publikasi elektronik dan bahan AV. Penataan koleksi dirancang sedemikian rupa agar mudah diakses langsung oleh pemakai. Dengan dasar pemikiran ini koleksi dibagi berdasarkan pertimbangan pemanfaatan dan kepentingan pemakai sbb:

  1. Koleksi Umum

  2. Koleksi Referensi

  3. Koleksi Cadangan

  4. Koleksi Karya Ilmiah Unhas dan Majalah

  5. Koleksi Sulawesiana

  6. Koleksi Terbitan Lembaga Asing

  7. Koleksi Ilmu Kelautan

  8. Koleksi Kajian Wanita

  9. Koleksi Kajian Pasifik

  10. Koleksi Kajian Amerika

  11. Koleksi AV.


Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4

Layanan Sirkulasi

JAM PELAYANAN

Senin-Kamis 08.00-16.00 WITA

Jumat 09.00-16.00 WITA

JENIS PELAYANAN



  1. Pelayanan Bahan Pustaka


Perpustakaan menyediakan bahan pustaka untuk dibaca diruang baca perpustakaan atau dippinjam ke rumah. Akan tetapi untuk meminjam dan dibawa pulang hanya diperkenankan bagi anggota civitas akademika yang telah terdaftar sebagai anggota perpustakaan.

  1. Pelayanan Penelusuran Informasi


Pelayanan penelusuran informasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pengguna terhadap bahan informasi yang tidak dikoleksi oleh Perpustakaan Unhas. Pustakawan berusaha mencari bahan/dokumen ke berbagai Pusdokinfo baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hanya saja pengguna perlu bersabar dan menyediakan dana untuk pengiriman dan penelusuran bahan yang dimaksud.

  1. Pelayanan CD-ROM


UPT Perpustakaan memiliki sejumlah pangkalan data dalam bentuk CD-Rom. Pangkalan data dimaksud berbentuk bibliografi dan sebagian berbentuk fulltext.

  1. Pelayanan Internet


Pelayanan Internet UPT Perpustakaan dimaksudkan untuk memfasilitasi pengguna informasi mengakses informasi secara global. Disediakan 3 terminal komputer untuk pengguna. Pemakai diminta kontribusi biaya operasional dan pemeliharaan sarana ini.

  1. Pelayanan Fotokopi


Bagi pengguna yang tidak ingin membawa buku pulang, disediakan fasilitas fotokopi. Fasilitas ini juga disediakan bagi pengunjung yang tidak diberi hak untuk meminjam dan bagi bahan referensi.

  1. Pelayanan Konsultasi


Pelayanan konsultasi ini diberikan bagi masysarakat umum atau pengelola perpustakaan yang berkepentingan dengan masalah-masalah kepustakawanan atau ingin mengembangkan perpustakaan.

  1. Pelayanan Magang


UPT Perpustakaan membuka kesempatan bagi tenaga/staf dari instansi dan organisasi yang ingin mendapatkan keterampilan teknis dalam pengelolaan perpustakaan (dalam bentuk magang).

  1. Pelayanan Pelatihan dan Pendidikan


UPT Perpustakaan melayani permintaan tenaga pengajar atau instruktur bagi lembaga atau organisasi yang ingin melakukan penataran atau sejenisnya di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Hal-hal yang perlu Anda ketahui bila berada di perpustakaan



  1. Menitip Tas dan Jaket


Tas, jaket, Kantong plastik, folder, dan sebagainya supaya dititipkan di loket penitipan barang. Barang-barang penting/berharga berupa uang, emas, handphone agar dibawa serta masuk ke Perpustakaan, karena kehilangan barang-barang Anda tidak ditanggung oleh Perpustakaan (kecuali kalau kehilangan itu diakibatkan oleh kelalaian petugas).

  1. Mencari Buku


Sebelum mencari buku di rak sebaiknya Saudara memanfaatkan lebih dahulu Katalog Kartu atau Katalog Komputer yang telah disediakan. Perhatikan petunjuk yang ada.

  1. Membaca Buku


Mungkin Saudara datang ke Perpustakaan hanya untuk mengisi waktu luang dengan membaca, Anda dapat langsung mengambil buku di rak sesuai selera, dengan catatan tidak boleh lebih dari 3 eksamplar, dengan menitipkan kartu Mahasiswa/Identitas lain yang masih berlaku agar mendapat izin dari petugas.

  1. Pendaftaran Anggota Perpustakaan


Untuk mendaftar sebagai anggota peminjaman dibutuhkan:

  • Fotokopi Kartu Mahasiswa
    •  Foto Warna 2 x 3 Cm. (1 lbr.)
    •  Mengisi formulir pendaftaran
    •  Biaya administrasi Rp. 10.000,-



  1. Meminjam Buku


Pada dasarnya semua koleksi dapat dimanfaatkan di Perpustakaan. Namun koleksi yang dapat dipinjamkan pulang adalah koleksi umum. Peminjaman koleksi hanya berlaku bagi anggota yang telah terdaftar sebagai peminjam dan tidak dapat diwakili.

Pinjaman dibatasi sampai 3 eksamlar bagi mahasiswa dan 5 eksamplar bagi dosen selama 14 hari kerja dan dapat diperpanjang bila tidak ada pemakai lain yang memesannya. Bawalah buku yang Saudara ingin pinjam ke meja peminjaman dan tunjukkan kartu anggota Saudara yang tertera di kartu anggota. Serahkan ke petugas untuk diproses. Tunjukkan buku yang Saudara pinjam ke petugas jaga untuk mengecek keabsahan transaksi peminjaman Saudara saat Saudara keluar dari Perpustakaan.

  1. Mengembalikan Buku


Kembalikanlah buku yang Saudara pinjam sesuai tanggal harus kembali yang tertera pada lembar tanggal pengembalian. Pengembalian buku dapat diwakili. Pengembalian buku yang melewati batas waktu yang telah ditentukan dikenakan denda Rp.200/hari/buku.

  1. Hal-hal yang perlu diperhatikan

  2. Memelihara bahan bacaan yang dipinjam

  3. Menjaga ketentraman dan tidak mengganggu pembaca lain di Perpustakaan

  4. Mengembalikan semuia bahan pustaka tepat pada waktunya

  5. Memiliki keterangan bebas pinjam sebelum menyelesaikan studi di Unhas

  6. Memeriksa diri pada saat akan meninggalkan Perpustakaan

  7. Memelihara kebersihan ruang baca

  8. Tidak mengembalikan buku sendiri ke rak karena akan mengacaukan susunan lokasibuku

  9. Tidak memakai jaket/rompi masuk ke Perpustakaan

  10. Tidak merokok di ruang baca

  11. Berpakaian rapi dan sopan

  12. Sanksi-sanksi


Untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta kenyamanan Anda dalam memanfaatkan Perpustakaan maka perlu dukungan dari semua pihak tanpa kecuali.

Pemakai yang sengaja maupun tidak sengaja merusak/menghilangkan, mencuri sebahagian ataupun seluruhnya bahan bacaan dikenakan sanksi-sanksi (SK Rektor No. 811/J04/KP.36/1999 Bab VII) sbb:

  • Mengganti bahan bacaan dan membayar denda serta ongkos administrasi sekurang-kurangnya 5 kali dari harga buku.(Pasal 16)
    •  Diskors dari kegiatan akademik selama 1 semester. (Pasal 17)
    •  Secara otomatis dibatalkan keanggotaannya dan tidak diperkenankan memanfaatkan perpustakaan selama waktu yang telah ditentukan.


Visi, Misi & Tujuan


VISI

UPT Perpustakaan Universitas Hasanuddin adalah parner strategic Universitas Hasanuddin dalam rangka mewujudkan masyarakat ilmuan yang cerdas, terampil dan berkeperibadian luhur melalui ketersediaan informasi dan sarana pendukung akses informasi berbasis teknologi.

Misi

1. Mendukung terwujudnya visi Universitas Hasanuddin menjadi universitas kelas dunia berbasis dunia maritim

2. Menjadi pusat informasi ilmiah bagi civitas akademik Universitas Hasanuddin, dan masyarakat pada umumnya

3. Mengadakan, mengelola dan menyediakan sumber-sumber informasi terkait dengan bidang-bidang studi yang ada di universitas, berupa bahan cetak dan non cetak yang berkualitas standar untuk mendukung proses pembelajaran di universitas.

4. Menyediakan sarana dan prasarana yang berkualitas standar untuk akses informasi seluas-luasnya untuk mendukung terselenggaranya tridharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) dengan sebaik-baiknya.

Tujuan

1. Mendukung kurikulum Unhas dengan menyediakan berbagai sumber informasi yang terbaru yang berorientasi pada kebutuhan pemakai dengan memperhitungkan segi kualitas dan kuantitas guna mendukung terwjudnya visi Universitas Hasanuddin menjadi Universitas Kelas Dunia berbasis dunia maritim.

2. Menjalin kerjasama antar perpustakaan ruang baca dalam penyediaan berbagaii sumber informasi untuk memperkuat koleksi perpustakaan Universitas Hasanuddin sebagai pusat informasi ilmiah bagi civitas akademik.

3. Mengembangkan dan berpartiisipasi secara aktif dalam jaingan kerjasama dengan perpustakaan Universitas lain, lembaga dan pusat dokumnetasi baik lokal, nasionall maupun internasional.

4. Mengembangkan efisiensi sistem kerja operasional perpustakaan berupa digitasi pengelolaan dan pemeliharaan data berbasis Teknologi Informasi seperti akuisisi koleksi , sirkulasi, referensi dan repositori.

5. Mengembangkan efisiensi sistem temu balik kembali informasi berupa data bibliografi, fulltext dan metadata yang berbasis Teknologi Informasi.

Labels: ,

Wednesday, June 29, 2016

Peserta Pesantren Lakukan Gerakan Literasi Surau

Peserta Pesantren Lakukan Gerakan Literasi Surau.


Dunia Perpustakaan | Ada yang menarik dari kegiatan pesantren Ramadan yang diikuti oleh siswa sekolah di Kota Padang.

Di kota ini, peserta tidak hanya sekadar belajar ilmu keagamaan, melainkan juga melakukan sebuah gerakan untuk gemar membaca bagi siswa usia sekolah.

Para siswa yang mengikuti pesantren di Mushala As-Sakinah, Kompleks Cemara, Gurunlaweh, Kecamatan Nanggalo itu mencanangkan gerakan Surau Membaca atau Literasi Surau.

Gerakan itu ditandai dengan mewakafkan buku dari para peserta pesantren yang terdiri dari murid SD/MIN, SMP/MTs dan SMA/MAN/ sederajat ke Musala As-Sakinah. Akhirnya musala itu memiliki perpustakaan yang bisa diakses jamaah atau warga sekitar untuk dibaca.

Dikutip dari jawapos.com, [29/06/16]. ”Setiap umat Islam harus menjadi insan yang cerdas, kuat membaca, bagian penting dalam percepatan informasi dan penggerak perubahan positif,” kata Ketua Komunitas Padang Membaca itu.

Di tempat yang sama, Yulita Silfia Amri, guru dan pembina di Musala As-Sakinah berharap, gerakan Surau Membaca yang ditandai dengan dibukanya Taman Bacaan Mushala As-Sakinah dapat motivasi anak-anak dalam memperluas wawasan dan mengembangkan imajinasinya.

Minat baca anak-anak bisa berkembang lebih baik lagi, karena tersedia wadah dengan beragam buku.

Tidak hanya para anak-anak, ibu-ibu pun bisa memanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan keterampilan diri dari buku yang dibaca.

“Mushala dengan perpustakaannya harus menjadi tempat favorit anak-anak dan remaja Islam dalam membangun diri dan masyarakat,” kata Maya Deviera, penanggungjawab pesantren Ramadan dan juga program Literasi Surau di As-Sakinah.

Menurut Maya, dengan dimulai gerakan wakaf buku, artinya, atas kesadaran dan keinginan bersama, taman bacaan atau perpustakaan As-Sakinah dibangun.  Ini sejalan dengan program pemerintah yang populer dengan sebutan Literasi Sekolah.

Yusrizal KW, salah seorang pembina gerakan Literasi Surau itu dalam ceramah motivasinya mengatakan, anak-anak, remaja atau pelajar setempat harus menjadi penggerak dalam membangun minat dan budaya baca.

Literasi Surau, imbuh Redaktur Budaya Padang Ekspres (Jawa Pos Group) ini, adalah upaya cerdas dalam melejitkan potensi generasi muda Islam di masa depan yang berilmu dan bertakwa.

Labels:

Tuesday, June 28, 2016

Profil Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Profil Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta.


Dunia Perpustakaan | Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) merupakan satu dari 164 Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan satu di antara 1.890 Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia. UMS ini terletak di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo (Kartasura, Sukoharjo).

Amal usaha bidang pendidikan ini bertekad mewujudkan kampus sebagai "Wacana Keil­muan dan Keislaman", yakni mampu menumbuhkan budaya islami yang menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi nilai-nilai keislaman.

Sejarah


Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berdiri sejak tanggal 18 September 1958, bersamaan dengan berdirinya IKIP Muhammadiyah Surakarta, sebagai cabang dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. Seiring dengan perubahan status IKIP Muhammadiyah Surakarta menjadi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Perpustakaan UMS juga mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Terbukti dengan semakin banyaknya perubahan yang terjadi dalam rangka memajukan diri. Beberapa perubahan tersebut meliputi gedung, fasilitas, dana, pengelolaan dan jumlah koleksi yang terus bertambah dalam jumlah judul dan eksemplarnya, serta ragam ataupun jenis koleksinya.

Demikian juga dengan sistem sentralisasi yang telah berubah ke sistem desentralisasi. Perpustakaan UMS yang dulu hanya satu-satunya perpustakaan di lingkungan UMS, saat ini dengan beberapa perpustakaan fakultas dan perpustakaan unit penunjang yang lain semakin banyak memiliki peluang untuk mengembangkan diri secara lebih baik dan optimal, dalam rangka mewujudkan perpustakaan online yang mampu mengikuti perkembangan informasi di dunia informasi, khususnya dalam dunia pendidikan.

Dengan menempati sebuah gedung berlantai empat dengan luas kurang lebih 4000 meter persegi sejak Februari 1994, banyak kemajuan yang telah dicapai oleh Perpustakaan UMS. Perhatian yang cukup serius dari pimpinan UMS dan semangat kerja yang tinggi dari tenaga pengelola, mampu mengantarkan Perpustakaan UMS untuk berubah menjadi perpustakaan yang modern, yaitu perpustakaan yang didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi dalam usaha mendukung kegiatan proses belajar mengajar (fungsi edukatif) di UMS secara lebih lebih efektif dan efisien, dengan hasil akhir yang optimal.

Tata Tertib Perpustakaan



  1. Pengunjung perpustakaan wajib mengenakan pakaian yang sopan dan bersepatu.

  2. Pengunjung perpustakaan tidak diperbolehkan:



  • Memakai jaket (pakaian yang sejenisnya)

  • Makan dan merokok di dalam ruangan yang ada di perpustakaan

  • Membuat kegaduhan (keonaran) Menyobek, merusak dan mengotori koleksi bentuk cetak (buku, majalah, jurnal. Koran, skripsi, dan lain-lain) yang ada dan menjadi milik perpustakaan

  • Memiliki 2 atau lebih kartu anggota

  • Membawa buku perpustakaan tanpa melalui prosedur yang ada. Dan apabila dengan sengaja melakukannya, akan dikenai sanksi

  • Membawa pulang kunci loker. Dan apabila terbukti melakukannya, akan dikenai sanksi denda sebesar Rp 10.000,-/hari. Dan apabila menghilangkannya, akan dikenai sanksi denda sebesar Rp 25.000,-.



  1. Pengunjung perpustakaan yang membawa handphone, diharapkan mengurangi volume dering, mengubah profil ke nada getar atau menonaktifkannya selama berada di ruang baca.

  2. Pengunjung perpustakaan diperbolehkan membawa laptop dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku di perpustakaan


SANKSI

Kesalahan Ringan

  1. Bila pengguna terbukti melakukan tindakan yang mengakibatkan kondisi koleksi rusak (robek, basah, berlubang, dll) akan dikenai kewajiban mengganti buku dan biaya pengolahan.

  2. Bila pengguna terbukti menggunakan kamera untuk mengkopi isi skripsi, akan diberi peringatan 1 kali dan apabila mengulangi kesalahan yang sama akan dikenai kewajiban membayar denda Rp 5.000,-


Kesalahan Berat

Merobek koleksi secara sengaja

  1. Anggota UMS, sanksi berupa skors keanggotaan selama 6 bulan dan denda 5 kali harga koleksi

  2. Anggota Luar Biasa (ALB), sanksi berupa keanggotaan dihapus selamanya, dilaporkan ke institusi asal, dan denda sebesar 5 kali harga koleksi


Mencuri koleksi

  1. Anggota UMS, sanksi berupa skors keanggotaan selama 1 tahun, dilaporkan ke fakultas/progdi/jurusan, orang tua, dan denda 10 kali harga koleksi

  2. Anggota Luar Biasa (ALB), sanksi berupa keanggotaan dihapus selamanya, dilaporkan ke institusi asal, orang tua dan denda sebesar 10 kali harga koleksi


Lain-Lain

  1. Keterlambatan pengembalian buku akan dikenai denda Rp 300,-/buku/hari

  2. Apabila buku yang dipinjam dikembalikan dalam keadaan rusak (sobek, basah, berjamur, lengket, brodol, dll) maka peminjam akan dikenai denda sebesar harga terbaru dari buku tersebut

  3. Peminjam yang menghilangkan buku harus mengganti buku sesuai dengan yang dihilangkan, ditambah biaya proses buku sebesar Rp 10.000,-/buku serta membayar denda apabila terlambat mengembalikan

  4. Untuk Koleksi skripsi, denda ditetapkan dengan harga sebesar Rp 50.000,-


Jam buka :


Senin-Kamis :   07.00 s/d 20.00
Jumat           :    07.00 s/d 11.00 - 13.00 s/d 20.00
Sabtu            :    07.00 s/d 16.00

Perpustakaan tutup pada Hari libur nasional, libur universitas, dan saat ada kegiatan selving bulanan (Sabtu ke-4).

Visi dan Misi


Visi

Menjadi pusat pengelola dan penyebaran informasi yang berbasis teknologi informasi guna mendukung pelaksanaan pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat serta pengembangan ilmu dan nilai-nilai keislaman.

Misi

  1. Meningkatkan kemampuan mengelola dan meyebarkan informasi guna mendukung kebutuhan informasi bagi civitas akademika di UMS.

  2. Meningkatkan kemampuan mengelola dan menyebarkan informasi atas kekayaan ilmiah yang dimiliki oleh UMS.

  3. Menunjang sistem jaringan informasi baik diantara perpustakaan perguruan tinggi atau perpustakaan lain di tingkat nasional, dan internasional.

  4. Mengelola dan menyebarkan informasi tentang perkembangan islam di Surakarta dan sekitarnya.


Tujuan


  1. Menyediakan dan mengupayakan ketersediaan akses informasi yang mendukung proses belajar-mengajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi.


  2. Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil sivitas akademika dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi.


  3. Mengupayakan terwujudnya jaringan informasi di lingkungan perpustakaan perguruan tinggi muhammadiyah atau perpustakaan lain di tingkat nasional dan internasional.


  4. Mendokumentasikan dan menyebarluaskan informasi tentang perkembangan islam, dengan memanfaatkan kemampuan teknologi informasi.


Fungsi


  1. Sebagai sumber informasi dan layanan program pendidikan dan pengajaran;


  2. Sebagai sumber informasi dan layanan program penelitian;


  3. Sebagai sumber informasi dan layanan program pengabdian pada masyarakat yang berwacana keislaman;


  4. Sebagai Media rekreasi alternatif bagi civitas akademika perguruan tinggi.

Labels: ,

Menanamkan Cinta Buku Kepada Anak

Dunia Perpustakan | Anak-anak adalah makhluk kecil yang memiliki dunia yang luar biasa: indah, suci, polos, dan lugu. Di balik itu semua, mereka sebenarnya menyimpan suatu potensi besar dan amat beragam.

Mereka adalah para “filsuf cilik” (faylasuf shaghîr) sebagaimana pernah dinyatakan oleh Hamid Abdul Hamid. Mereka adalah “seorang penemu” sebagaimana dinyatakan dalam sebuah pepatah in jedem Kind steckt ein Erfinder (dalam setiap anak tersembunyi seorang penemu).

Para psikolog juga seperti sudah sepakat bahwa anak-anak sebenarnya telah memiliki kemampuan untuk berpikir lebih jauh tentang konsep-konsep filosofis seperti keadilan, cinta, dan eksistensi dari “wujud tertinggi” (The Supreme Being).

Bahkan Marsha Sinetar menemukan bahwa banyak sekali anak-anak yang memiliki “pancaran cahaya kesadaran dini” (the early awakening child); Sebuah potensi potensi besar untuk mendemonstrasikan kemampuannya untuk melampaui segala bentuk kesulitan dalam rangka walk in truth.

Menanamkan Cinta Buku

Pada sekitar tahun 80-an, Neil Postmann, seorang sosiolog Amerika, sudah pernah memprediksi bahwa seiring dengan kemajuan teknologi, anak-anak akan kehilangan masa kanak-kanaknya. Berbagai tontonan yang disajikan oleh televisi dan media elektronik yang lain, semakin memaksa anak-anak untuk menjadi dewasa sebelum saatnya. Sindhunata pernah menyatakan bahwa gejala menipisnya perbedaan antara orang dewasa dan anak-anak merupakan gejala yang secara tersembunyi sangat membahayakan peradaban kita (Sindhunata, 2000: 10).
ilustrasi

Data yang dilansir oleh UNESCO tahun 2012, menunjukkan bahwa perbandingan orang Indonesia yang suka membaca dan tidak adalah satu banding seribu. Pernyatan tersebut dikuatkan oleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa 91.68% orang Indonesia gemar menonton TV dan hanya 17.6% persen yang suka membaca (Kemendikbud, 29 Mei 2015).

Data-data di atas menunjukkan bahwa anak-anak kita sedang berada dalam cengkraman tangan-tangan kuasa media audio-visual seperti TV, termasuk media elektronik lainnya. Fenomena ini menjadi ancaman besar bagi pengembangan tradisi literasi yang merupakan kunci utama bagi kemajuan bangsa.

Saat ini masih ada jutaan anak Indonesia yang bisa kita selamatkan dengan segera mungkin mengembalikan mereka pada dunia buku, dengan tetap mempertimbangkan kondisi psikologis mereka. Menanamkan kecintaan terhadap buku memang bukan pekerjaan yang mudah. Akan tetapi hal tersebut bukan sesuatu yang tidak bisa dikerjakan.

Gerakan “10 Menit Membacakan Cerita untuk Anak” yang dicanangkan oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, dan diluncurkan di perpustakaan Kemendikbud merupakan suatu langkah strategis untuk mengembalikan anak-anak Indonesia pada dunia yang lebih baik, demi menjadi manusia unggul di masa depan. Gagasan cerdas ini tentu perlu mendapat apresisasi yang hangat dari kita semua, terutama para pendidik dan orangtua, dengan mengambil langkah kongkrit.

Menyediakan buku anak-anak yang menarik dan mendidik, mendampingi mereka saat belajar, dan berdongeng secara konsisten dan kontinyu merupakan hal penting yang selama ini seringkali diremehkan oleh orangtua.

Banyak sekali kearifan yang kita miliki menjadi sirna karena tradisi berdongeng atau membacakan hikayat oleh orangtua pada anak-anak sudah digantikan oleh TV dan media elektronik yang lain. Cerita sebelum tidur yang banyak dilakukan oleh orangtua zaman dulu sudah terkikis sehingga banyak anak-anak yang akhirnya tertidur di depan TV.

Selain itu, orangtua mesti juga tampil menjadi orang-orang yang mencintai buku dan gemar membaca, sehingga bisa disaksikan secara langsung oleh anak-anak. Pendekatan keteladanan semacam ini tentu memiliki efek yang lebih dalam dibandingkan dengan hanya menyuruh anak-anak untuk belajar, sementara situasi dalam keluarganya sama sekali tidak mendukung proses tersebut.

Bahkan tidak jarang, orangtua ‘bertengkar’ dengan anak-anaknya karena berebut remote TV, untuk dapat menonton acara kesukaan masing-masing. Bagaimana ajaran dan seruan orangtua akan didengar oleh anak-anaknya jika mereka sendiri tidak memberikan contoh yang baik dan kongkrit.

Mengembalikan anak-anak kepada dunia buku merupakan hal mendesak yang tidak bisa ditawar dan ditunda lagi. Semakin dini kita memulai semakin banyak yang bisa kita selamatkan. Sebab, apa yang mereka dengar, saksikan, dan alami di masa kanak-kanak akan menjadi hipnoterapi bagi mereka. Ini amat penting disadari, sebab 88% perilaku seseorang digerakkan oleh alam bawah sadarnya. Sedangkan alam bawah sadar ini tersusun dari rekaman masa lalu.

Saatnya kita semua, terutama para orangtua, menyelamatkan bangsa ini dengan memberikan yang terbaik bagi calon penerus bangsa: anak-anak.

Yang penting, bukan seberapa lama kita mendampingi mereka untuk mencintai buku, tetapi sebarapa besar komintmen dan konsistensi kita dalam melakukannya. Ini semua kita lakukan karena kita mencintai dan menghormati aset negara yang tak ternilai tersebut dan ingin menjadikan mereka sebagai manusia yang sesungguhnya. Manusia yang manusiawi. Bukan manusia yang menjadi predator bagi manusia yang lain.

(sumber: korankabar.com)

Labels:

Inilah 5 Cara Meningkatkan Keterampilan Membaca

Dunia Perpustakaan | Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat dengan tradisi lisan. Dari mulai dongeng-dongeng rakyat sampai lagu-lagu tradisional, sebagian besar diturunkan ke generasi selanjutnya dengan budaya lisan. Karena itu, sampai saat ini budaya tulis dan baca tidak berakar kuat dalam masyarakat.

Selain itu, mereka yang memiliki hobi membaca pun memiliki beberapa masalah terkait dengan hobinya tersebut. Misalnya, banyak orang yang tergoda untuk secepanya menyelesaikan bacaan sehingga menjadi tidak terlalu teliti.

Beberapa tips sederhana dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca. Tips sederhana tersebut dapat membuat seseorang lebih efektif dan berkonsentrasi saat membaca.

Apa saja tipsnya? Berikut ulasannya seperti dikutip liputan6.com dari Huffingtonpost.

#1. Jangan baca sambil tiduran

ilustrasi: popsugar.com.au
Banyak orang suka membaca sambil tiduran. Membaca dalam posisi itu membuat seseorang lebih nyaman dan santai. Tetapi, membaca sambil tiduran membuat risiko ketiduran lebih besar.

Untuk itu, jika ingin keterampilan membaca meningkat, bacalah dengan posisi yang setidaknya agak vertikal. Dengan posisi ini, tertidur saat membaca dapat dihindari.

#2. Membaca sendirian

Bill Gates sering terlihat baca buku sendirian di rumahnya, Bill Gates juga sangat dikenal rajin sekali baca buku | gambar: cnbc.com
Sisihkan waktu untuk membaca sendiri tanpa gangguan dari lingkungan sekitar. Kalau bisa, bacalah di tempat yang memang tidak ada orang sama sekali seperti di kamar.

Selain itu, jangan pernah membaca sambil menonton TV atau berselancar di duna maya. Tips ini dapat membuat Anda lebih fokus dalam membaca.

#3. Garisbawahi dan catat hal-hal yang penting

ilustrasi :  revistamira.com.mx
Ada orang yang tidak suka bukunya dicoret-coret. Tetapi, ternyata dengan mencoret-coret buku yang sedang dibaca justru dapat meningkatkan keahlian membaca seseorang. Misalnya, jika ada kalimat penting, atau konsep yang masih belum jelas, pembaca bisa menggarisbawahi kalimat tersebut.

Setelah mencatat, akan lebih baik jika saat membaca, pembaca juga memberikan komentar atas konsep-konsep yang tercetak pada buku. Pembaca tidak boleh hanya menjadi objek yang pasif saja dalam membaca, mereka juga harus aktif dengan menganalisa, memberikan komentar dan bahkan menyanggah apa yang ditulis.

#4. Baca buku cetak

Saat banyak orang suka baca e-book, ternyata membaca buku text itu lebih baik | gambar; youworkforthem.com
Membaca lewat perangkat elektronik akan membuat mata seseorang lebih cepat lelah dibanding membaca dari buku cetak. Hal ini disebabkan karena cahaya yang dihasilkan oleh gadget tersebut.

Selain itu, penelitian lain menunjukkan bahwa membaca buku cetak lebih membuat seseorang lebih teliti dan tidak tergesa-gesa. Membaca buku tercetak juga terbukti dapat membuat seseorang lebih senang karena pengalaman yang tidak akan didapat jika membaca lewat gadget. Misalnya, sensasi mencium bau buku yang baru saja dibeli.

#5. Baca ulang dan buat ulasan

Ilustrasi: vokrygmira.ru
Setelah selesai membaca buku dan membuat komentar, pembaca bisa membaca ulang buku yang baru selesai dibacanya. Hal ini berguna agar maksud penulis dalam buku bisa lebih dipahami.

Selain membaca ulang, pembaca juga dapat membuat semacam ulasan ringkas atas buku yang telah dibacanya. Ringkasan ini dapat berisi isi buku secara garis besar beserta tanggapannya.

Labels:

Monday, June 27, 2016

IPPM Pangkep Salurkan Donasi "One Pen One Book"

IPPM Pangkep Salurkan Donasi "One Pen One Book".


Dunia Perpustakaan | Gerakan Donasi One Pen One Book merupakan gerakan amal yang mengumpulkan beberapa sumbangan yang diberikan oleh para dermawan guna membentuk dan menambah minat baca masyarakat terpencil di Pangkep.

Penyaluran Donasi yang dilakukan oleh IPPM Pangkep dibantu oleh Pihak Polres Pangkep. Kapolres Pangkep, Edy Kurniawan mengatakan, “Kegiatan pemuda seperti ini tentunya merupakan hal yang positif. Polisi sebagai pengayom masyarakat juga melaksanakan fungsi Binmas maka kami akan  merspon positif,” terangnya.

Kegiatan yang berlangsung di Kampung Badong Desa Tondong Kura Pangkep ini di hadiri oleh AKP Aris Sumartono (Kapolsek Tondong Tallasa), AKP Muh. Yusnus (Kasat Binmas Resort Pangkep), Muh. Ikhlas (Kepala Desa), Tokoh masyakarat, agama, dan pemuda, Sabtu 25 Juni 2016.


Lukman Azis, Penanggung Jawab kegiatan menjelaskan “Pendidikan adalah hak segala bangsa. Tema yang di gunakan dalam kegiatan One Pen One Book oleh IPPM Pangkep diharapkan mampu memberi pengaruh terhadap pemerataan pendidikan di seluruh Indonesa pada umumnya dan Pangkep khususnya,” jelasnya. Dikutip dari rakyatku.com, [26/01/16].

Ketum IPPM Pangkep Achmad Faisal mengatakan, kegiatan ini bukan hanya berbentuk penyaluran buku semata namun akan dibentuk perpustakaan mini sebagai sarana membaca masyarakat. "Tentunya ini kan terjadi atas kerjasama kita semua,” tambahnya.

Kepala Desa Todong Kura Muh. Ikhlas merespon positif kegiatan tersebut. “Saya ucapkan terimakasih pada IPPM Pangkep yang telah membuat program ini, semoga kegiatan ini bisa berlanjut dan tidak sampai disini saja, pemerintah desa siap berkerjasama demi keberhasilan kegiatan ini,” tambahnya

Labels:

Bj Habibie: Generasi Muda Harus Punya Rasa Ingin Tahu yang Besar danPandai Memanfaatkan Waktu

Dunia Perpustakaan | Anda apsti tahu  kan siapa Baharuddin Jusuf (BJ) Habibie? Laki-laki berperawakan kecil ini adalah nama penting di balik berkembangnya industri pesawat terbang di Tanah Air. Selain itu, dedikasinya kepada bangsa ini sudah tidak perlu diragukan lagi dengan kiprahnya sebagai ilmuwan dan Menteri Riset dan Teknologi di beberapa periode pemerintahan.

Kariernya di pemerintahan mencapai puncaknya saat ia menjabat sebagai Presiden ketiga Indonesia menggantikan Presiden Soeharto pada 1998 yang lalu.

“Sejak kecil saya mempertanyakan adanya kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia. Kenapa yang satu bisa makan? Sementara yang lainnya tidak bisa. Saya punya banyak pertanyaan di dalam kepala saya,” ungkapnya,dikutip dari fimela.com, [01/16].

Suami mendiang Ainun ini bercerita, sangat sulit mencari sumber informasi pada saat itu. Sumber informasi yang tersedia hanya buku dan guru. Buku-buku Indonesia tidak terlalu banyak memberikan informasi. Informasi yang dibutuhkan justru datang lebih banyak dari buku-buku berbahasa Inggris dan Belanda. Oleh karena itu, BJ Habibie mempelajari dua bahasa tersebut. Ia ingin mengetahui lebih banyak lagi soal dunia dan perkembangannya.
BJ Habibie (Alm) di Perpustakaan pribadinya | gambar: tribunnews.com
Seiring dengan semakin besarnya rasa ingin tahu BJ Habibie, ia pun mulai membaca buku-buku yang mengunakan bahasa lain, seperti bahasa Perancis dan Jerman. Baginya mempelajari bahasa sama saja dengan mempelajari dunia.

Sejak kecil, BJ Habibie memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal. Terutama mengenai segala sesuatu yang berbentuk konstruksi, misalnya jembatan, kapal laut dan kapal terbang. Untuk memenuhi rasa ingin tahunya, ia pun membaca banyak buku.

“Hal ini tentu saja berbeda dengan zaman sekarang di mana sudah banyak sumber informasi yang tersedia. Saya selalu ingin menceritakan pengalaman ini kepada generasi sekarang supaya mereka tidak ketinggalan. Saya bilang ke cucu saya supaya memanfaatkan sarana yang ada, seperti internet,” paparnya.

Kemudahan informasi di masa kini sangat memudahkan umat manusia. Informasi bisa didapat secara instan dan dalam waktu singkat. Hal ini seharusnya dimanfaatkan dengan baik oleh generasi muda. Nyaris tanpa perlu usaha berarti, anak muda sekarang bisa memenuhi rasa ingin tahu mereka dengan mudah.

Semua manusia diberikan waktu yang sama yaitu 24 jam. Oleh karena itu, setiap manusia harus bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Bermanfaat atau tidak waktu selama 24 jam sangat tergantung dengan apa yang dilakukan setiap orang,” tambahnya.

Dua pesan ini tentu menjadi hal penting yang harus dilaksanakan oleh para anak muda di luar sana, Fimelova. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Labels:

Saturday, June 25, 2016

Perpustakaan Harus Perhatikan Kualitas Layanan

Perpustakaan Harus Perhatikan Kualitas Layanan.


Dunia Perpustakaan | Era digital atau internet bagi saya sebuah peluang dan juga tantangan. Peluang itu adalah bagaimana dengan era teknologi itu kita bisa memperkenalkan perpustakaan kita kepada publik.

Sedangkan tantangan tentu bahwa publik akan beranggapan bahwa tidak perlu lagi ke perpustakaan.

Tantangan ini cukup serius dan sudah dialami oleh pengelola perpustakaan. Tapi dengan kondisi itu, saya kira perpustakaan khusunya pustakawan berani mengampanyekan kepada pemustaka (pembaca) bahwa tidak semua informasi oleh google akurat dan belum tentu dapat dipertanggungjawabkan.

Memang kami di Perpustakaan Unwira Kupang ini terus membenahi manajemen layanan. Kami tidak berlebihan, tapi berbangga bahwa perpustakaan kami mendapat Akreditas B. Selain itu, apabila ada kunjungan dari Perpustakaan Nasional, maka salah satu perpustakaan yang dikunjungi adalah perpustakaan kami.

Pada sisi ini, tantangan kami menghadapi era digital terus kami tempuh. Bukan saja kami di Unwira, tetapi semua perpustakaan yang ada di NTT.


Menghadapi era digital, perpustakaan harus bekerja sama dengan pihak pengelola teknologi informasi (TI) demi peningkatan layanan di perpustakaan.

Saya contohkan, kami di Perpustakaan Unwira sekitar tahun 2014 kerja sama dengan tim TI Unwira untuk memberi pelatihan Otomasi Perpustakaan di Universitas Timor dan tahun 2015 di Maumere.

Bagi perpustakaan sendiri untuk menghadapi era digital ini harus mengutamakan pemustaka atau pembaca dalam pelayanan. Perpustakaan ada falsafah dirumuskan seorang pustakawan India bahwa setiap pembaca ada buku dan setiap buku ada pembaca.

Artinya, ketika ada koleksi buku kita harus berusaha agar ada pembaca dan pembaca itu adalah orang yang super sibuk. Ini sebagai hal yang perlu diperhatikan perpustakaan.

Dari tiga hal itu perpustakaan harus tahu bahwa pembaca adalah orang sibuk sehingga perlu kesiapan perpustakaan dalam pelayanan kepada pengunjung yang super sibuk. Falsafah ketiga yang perlu diperhatikan, yakni pelayanan efektif bagi pengunjung yang sibuk.

Pembaca ini harus dilayani secara cepat dan tepat dalam mendapat referensi yang dicari. Dalam perpustakaan juga tidak kalah penting soal suasana yang kondusif dan nyaman.

Semua itu, perpustakaan harus memperlihatkan pelayanan prima mulai saat pengunjung berada di pintu perpustakaan. Perpustakaan juga harus terapkan sistem terbuka dalam pelayanan, meski ada konsekuensi seperti buku yang rawan rusak.

Perpustakaan harus memperhatikan kualitas layanan, memiliki keunggulan dan koleksi buku. Kalau ini dipenuhi melalui manajemen, maka saya yakin perpustakaan tetap eksis.

(tribunnews.com)

Labels:

Friday, June 24, 2016

Pentingnya Layanan Otomasi Perpustakaan

Pentingnya Layanan Otomasi Perpustakaan.


Dunia Perpustakaan | Pelayanan otomasi perpustakaan sangat diperlukan saat ini mengingat berkembangnya teknologi dan informatika (TI). Pelayanan ini diharapkan bisa menaikan citra perpustakaan.

Hal ini terungkap dalam pelatihan otomasi perpustakaan yang diselenggarakan oleh Badan Perpustakaan Daerah (Bapusda) NTT di Hotel Amaris Kupang, Kamis (23/6/2016). Acara ini dihadiri beberapa pengelola perpustakaan dari sejumlah perguruan tinggi dan sekolah di Kota Kupang.

Kepala Bidang Pengembangan Teknologi Informasi dan Alih Media Koleksi Perpustakaan, Bapusda NTT, Ir. Toga Butar Butar, M.Si mengatakan, otomasi perpustakaan adalah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan TI.

Sedangkan manfaat otomasi antara lain mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan, memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan dan meningkatkan citra perpustakaan.

Hendi, salah satu pemateri mengatakan, selain otomasi perpustakaan, perlunya implementasi aplikasi perpustakaan.

Menurut dia, penggunaan teknologi komputer di perpustakaan mempunyai beberapa keuntungan di antaranya, dapat mempercepat proses temu balik informasi (information retrieval), memperlancar proses pengolahan, pengadaan bahan pustaka dan menjamin pengelolaan data administrasi perpustakaan.

Melansir dari laman tribunnews.com, [24/16]. "Pengelolaan perpustakaan harus dibenahi mulai sekarang. Salah satu contoh, buku dipinjam harus ada laporan," kata Hendi.

Sedangkan untuk pengadaan buku perlu ada acuan seperti buku sudah rusak, banyak peminjam. "Harus ada laporan yang menjadi acuan agar buku diperpustakaan ditambah. Itu harus punya acuan dasar," tegas Hendi.

Labels:

Dunia Digital, Tantangan Baru Dunia Pendidikan

Dunia Digital, Tantangan Baru Dunia Pendidikan.


Dunia Perpustakaan | Saat ini, dunia pendidikan dihuni oleh generasi Z, atau generasi yang lahir antara tahun 1994 sampai 2009. Mereka dikenal sebagai penduduk asli dunia digital.

Makanya, mereka memiliki hubungan yang sangat erat dengan globalisasi dan kemajuan teknologi. Bahkan, hal ini juga telah mengubah cara mereka dalam belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan. Mereka lebih akrab dengan buku digital dibanding buku konvensional.

Atas kondisi tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku penyelenggara urusan di bidang pendidikan di Indonesia merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelaraskan antara fungsi buku dan peran kemajuan teknologi.

Diungkapkan Hilman Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, kemajuan teknologi ini merupakan tantangan. Kendati demikian, katanya, tulisan tangan tetap harus dibudayakan di tengah kecenderungan anak menulis dengan perangkat elektronik.

“Teknologi digital membuat hidup kita lebih cepat. Anak-anak juga bisa belajar lebih cepat dan tak terbatas. Tapi karena hal ini, mereka kehilangan referensi bersama. Padahal seharusnya ada. Platform sudah tersedia, membaca 15 menit," tuturnya seperti dikutip infonitas dari Sindonews.com.

Hilman yang kala itu berbicara dalam acara bertajuk Kopi Darat Kongko Pendidikan, Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat di ruang serbaguna perpustakaan Gedung A Kemendikbud, Jakarta, mengaku bahwa pihaknya belum menemukan langkah nyata untuk menangani fenomena ini.

"Ini bidang yang belum dipelajari secara sistematis," tegasnya. Maka itu, lanjut dia, Kemendikbud pun berusaha untuk segera beradaptasi dan menemukan solusi dari masalah ini. “Kecanggihan teknologi telah menggiring anak-anak kepada hal-hal  yang bersifat cepat dan instan,” tandasnya.

Labels:

Thursday, June 23, 2016

Perlahan Beralih ke Perpustakaan Digital

Perlahan Beralih ke Perpustakaan Digital.


Dunia Perpustakaan | Digital library  adalah perpustakaan yang mempunyai koleksi buku sebagian besar dalam bentuk format digital dan yang bisa diakses dengan komputer. Jenis perpustakaan ini berbeda dengan jenis perpustakaan konvensional yang berupa kumpulan buku tercetak, film mikro (microform dan microfiche), ataupun kumpulan kaset audio, video, dll.

Isi dari perpustakaan digital berada dalam suatu komputer server yang bisa ditempatkan secara lokal, maupun di lokasi yang jauh, namun dapat diakses dengan cepat dan mudah lewat jaringan komputer.

Tren membaca masyarakat mengalami penurunan. Mengakali kondisi tersebut, Unmul coba berinovasi. Sejak 2013, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perpustakaan Unmul telah mengautomasi puluhan ribuan buku.

“Ada lebih 42 ribu buku yang sudah terdata dalam situs tersebut. Selain itu, ada tujuh ribu referensi berjenis karya tulis ilmiah yang bisa diakses langsung lewat gadget apapun,” jelas Sularto, staf TI UPT Perpustakaan Unmul. Dia mengatakan, buku-buku tersebut sudah bisa diakses di situs http://perpustakaan.unmul.ac.id/ .

Sementara ini, data yang masuk di situs tersebut baru daftar nama dan resensi buku. Sedangkan untuk jurnal ilmiah, sudah bisa diakses penuh. Dia menjelaskan, program itu menyesuaikan perkembangan stok buku. Dari situ, mahasiswa juga mengetahui ketersediaan buku secara aktual.

Dikutip dari prokal.co, [23/06/16]. “Kami terkendala sumber daya manusia, di sini jumlah pustakawan hanya 13 orang. Idealnya memiliki minimal 30 pustakawan,” ujarnya.

Masih tergolong baru, lanjut Sularto, perpustakaan digital di Unmul masih campuran. Artinya, perpustakaan berawal dari perpustakaan tradisional, kemudian berkembang menggunakan jaringan komputer. Koleksi perpustakaan juga terbagi menjadi dua, sebagian sudah digital tapi koleksi fisik pun masih tersedia.

Labels:

Wednesday, June 22, 2016

Memihak Warga Masyarakat Pembaca Buku

Memihak Warga Masyarakat Pembaca Buku.


Dunia Perpustakaan | Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat yang membidangi masalah pendidikan segera membahas Rancangan Undang-Undang Sistem Perbukuan. Salah satu masalah krusial yang dihadapi rakyat adalah mahalnya harga buku dan pemerintah belum memperlihatkan keberpihakan kepada masyarakat ekonomi lemah dalam pemenuhan buku-buku.

Diharapkan, dari pembahasan itulah para wakil rakyat akan memperlihatkan keberpihakan mereka untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat berkantong pas-pasan dalam mengakses buku-buku dengan harga yang murah, bahkan kalau mungkin yang sangat murah.

Negara yang dijadikan contoh selama ini sebagai penyedia buku-buku murah adalah India. Pemerintah di sana memberikan insentif bagi penerbit buku sehingga harga buku cukup terjangkau oleh khalayak ramai di sana.

Bagi publik di kota-kota besar di Tanah Air, mendapatkan buku-buku murah bisa dilakukan dengan mendatangi pasar-pasar loak buku bekas. Di pasar inilah, di Pasar Senen Jakarta atau di Pasarturi Surabaya, masyarakat dapat memperoleh buku-buku bekas dengan harga yang bisa 50 persen lebih murah dari harga buku baru.

Kebanyakan para pemburu buku di pasar loak bukanlah pembaca pada umumnya tapi kelompok masyarakat yang sedang berburu buku-buku lama yang sudah tak diterbitkan lagi oleh penerbit saat ini. Namun pasar loak juga menyediakan penjualan buku-buku terbitan mutakhir edisi bajakan.

Buku-buku laris seperti Kamus Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia dan sebaliknya Bahasa Indonesia- Bahasa Inggris susunan John M Echols dan Hassan Shadily merupakan salah satu yang paling sering dicari pengguna kamus karena harganya yang jauh lebih murah dari edisi bukan bajakan.

Komisi X DPR agaknya perlu membahas sisi dilematis dunia perbukuan ini sehingga publik bisa memperoleh buku yang dibutuhkan tanpa harus membeli terbitan bajakan. Pembajakan merupakan fenomena paradoks, di satu sisi memberikan keuntungan bagi khalayak pembaca di sisi lain merugikan para penulis dan penerbit resmi. RUU Sistem Perbukuan perlu memutus dilema ini.

Ada poin lain yang mungkin perlu dibahas oleh Komisi X DPR terkait dengan persoalan perbukuan, yakni soal kehadiran buku-buku elekronik. Tak bisa dimungkiri bahwa saat ini adalah era di mana buku dalam bentuk fisik kertas pada akhirnya tergeser oleh kehadiran buku-buku elektronik.

Di dunia luar, berbagai laman yang menyediakan layanan untuk mengakses buku-buku secara gratis oleh publik sudah cukup melimpah. Gutenberg Project merupakan salah satu laman yang menyediakan layanan itu sehingga pembaca diuntungkan dengan kehadirannya.

Namun Gutenberg Project baru sebatas penyediaan buku-buku berbahasa asing dan belum bisa jadi santapan rohani bagi warga Indonesia yang tak mampu memahami bahasa selain bahasanya sendiri.

Tentu banyak karya-karya klasik Indonesia yang sudah tidak diterbitkan lagi dalam bentuk buku cetak yang bisa dijadikan perpustakaan umum lewat laman yang bisa diakses oleh publik. Tentu poin ini tak terlalu krusial karena yang membutuhkan sebagian besar adalah kaum pembaca perkotaan dari kalangan kelas ekonomi menengah ke atas.

..................................

Harus diakui bahwa sesungguhnya isu paling krusial dalam dunia perbukuan adalah soal besaran pajak yang dikenakan oleh negara pada penerbit. Para penerbit, baik yang kecil maupun yang besar seperti Penerbit Gramedia, menginginkan pemihakan pemerintah dalam dunia literasi dengan meminimalkan pengenaan pajak pada produk mereka.

Di luar soal urusan pemajakan, persoalan perbukuan yang lebih esensial adalah bagaimana melahirkan kegairahan membaca buku-buku, khususnya buku-buku yang berkualitas. Tentu saja semua ini urusan dunia pendidikan dan tradisi atau budaya membaca di lingkungan keluarga.

Di tataran sekolah, dunia pendidikan belum sanggup melahirkan siswa pembaca untuk buku-buku yang membuatnya semakin tergila-gila pada dunia bacaan. Guru-guru dan kurikulum pendidikan baru sebatas memaksa siswa untuk membaca buku-buku pelajaran yang tak merangsang siswa untuk menjelajah dunia pengetahuan dengan membaca buku-buku serius.

Tak banyak siswa bahkan sampai tingkat sekolah menengah atas yang membaca puisi-puisi Chairil Anwar, drama-drama WS Rendra atau novel sekelas tetralogi Bumi Manusia.

Kalau toh ada siswa yang kecanduan karya-karya seperti itu, bisa dipastikan bahwa kegairahan atas buku-buku penting itu bukan karena inspirasi dari ruang kelas tapi dari lingkungan keluarga.

Tentu dengan mengenakan pajak yang rendah pada industri perbukuan, secara tak langsung akan terbentuklah suasana kecintaan membaca sebab hanya dengan cara demikian akan semakin banyak keluarga-keluarga yang tergerak untuk membangun perpustakaan keluarga.

Selama ini hanya mereka yang memiliki uang berlebih yang sanggup membangun perpustakaan keluarga. Bahkan di kalangan guru pun, saat ini mereka tampaknya lebih tergerak untuk membangun garasi mobil dibandingkan membangun ruang baca dan perpustakaan keluarga.

Tentu dengan terjadinya revolusi teknologi komunikasi dan informasi, perpustakaan keluarga barang kali tak relevan lagi karena segala macam jenis dan judul buku dapat disimpan dalam seperangkat laptop atau komputer.

Fenomena ini menjadikan Komisi X DPR yang sedang membahas RUU Sistem Perbukuan berada dalam dua dunia yang satu kakinya berada dalam fenomena buku sebagai komoditas barang cetakan dan satu kaki lainnya berada di ambang fenomena digital.

Untuk yang fenomena digital, tak banyak yang bisa dibahas sebab di sanalah para penggila buku dapat berkelana ke mana saja untuk menyimak buku-buku hebat yang bisa dibaca secara gratis.

Di sanalah pembaca Indonesia yang tercerahkan bisa menyimak kedahsyatan buku Zen and The Art of Motorcycle Maintenance yang edisi cetaknya terjual lebih dari lima juta eksemplar itu.

Sumber: Beritametro.co.id

Labels:

Profil Lengkap Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Profil Lengkap Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta [UNS].


Dunia Perpustakaan | Salah satu perpustakaan perguruan tinggi ternama di Jawa Tengah yaitu UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta [UNS].

Saat ini UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret sudah menempati gedung baru yang belum lama direnovasi secara besar-besaran. Namun sebelum bisa berdiri seperti sekarang, UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret memiliki sejarah yang panjang.

UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret ini juga sudah sering menjadi tujuan untuk dikunjungi berbagai perpustakaan perguruan tinggi lain, termasuk juga mendapatkan kunjungan dari mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan di berbagai daerah di Indonesia.

Agar lebih mengenal lebih jauh, berikut ini merupakan profil lengkap UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sejarah


Sejarah UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret tidak terlepas dari sejarah lembaga induknya yaitu Universitas Sebelas Maret.

Universitas Sebelas Maret pada mulanya merupakan penggabungan dari sepuluh Perguruan Tinggi swasta di Surakarta dan IKIP Negeri Surakarta.  Universitas-universitas swasta tersebut semula bergabung dalam satu wadah, yaitu Universitas Gabungan Surakarta (UGS).

Beberapa di antaranya turut menggabungkan perpustakaannya menjadi perpustakaan UGS yang berpusat di Pagelaran Kraton Surakarta, sedangkan perpustakaan IKIP Negeri tetap menempati gedung di Purwosari, perpustakaan PTPN di Tirtomoyo dan perpustakaan STO di Manahan.

Sejak di resmikannya pada tanggal 11 Maret 1976 dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 10 tahun 1978, hapuslah semua perguruan tinggi tersebut dan melebur menjadi satu, yaitu menjadi Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang berpusat di Pagelaran, tetapi perpustakaannya masih terpencar.

Mengingat perkembangan jumlah mahasiswa yang sangat cepat dan terbatasnya serta tersebarnya fasilitas yang diperlukan untuk kelancaran proses belajar dan mengajar, dirasa sangat mendesak terwujudnya kesatuan dan persatuan potensi Universitas Sebelas Maret.

Oleh karenanya, pada tahun 1981 semua perpustakaan diperintahkan untuk dipindahkan ke kampus Kentingan, hal ini sesuai dengan PP No. 5/1980. Berdasarkan SK Rektor Universitas Sebelas Maret tanggal 14 Agustus 1980, No. 134/PT.40/ C/1980 didirikanlah UPT (Unit Pelaksana Teknis).

Selanjutnya, merujuk Permendikbud No. 82 tahun 2014 tentang SOTK UNS, UPT Perpustakaan menjadi salah salah satu Unit Pelaksana Teknis yang bertugas memberikan layanan kepustakaan.

Tugas


Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 82/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Sebelas Maret, tugas UPT Perpustakaan adalah memberikan layanan kepustakaan.

Fungsi


Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, UPT Perpustakaan mempunyai fungsi;

  1. penyusunan rencana, program, dan anggaran UPT,

  2. penyusunan rencana, kebutuhan, dan penyediaan pustaka,

  3. pengolahan bahan pustaka,

  4. pemberian layanan dan pendayagunaan bahan pustaka,

  5. pemeliharaan bahan pustaka, dan (pelaksana urusan tata usaha UPT.)


Visi


Menjadi pusat sumber belajar, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan layanan informasi yang prima dan unggul di tingkat dunia pada tahun 2030.

Misi



  1. Menjadi mitra seluruh civitas akademika dan pemustaka sebagai pusat sumber belajar mandiri berbasis pustaka.

  2. Menjadi mitra seluruh civitas akademika dan pemustaka sebagai pusat penelitian mandiri dan kolegial berbasis pustaka.

  3. Menjadi mitra layanan prima bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka secara mandiri dan kolegial yang mendukung implementasi tri dharma perguruan tinggi.

  4. Menjadi pusat media publikasi dan pusat koleksi berbagai keunggulan ilmiah bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka di tingkat nasional, asia tenggara, dan dunia.


Tujuan



  1. Mewujudkan kemitraan dan integrasi pustaka sebagai pusat sumber belajar mandiri berbasis pustaka bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka.

  2. Mewujudkan kemitraan sebagai pusat penelitian mandiri dan kolegial berbasis pustaka bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka.

  3. Mewujudkan kemitraan dengan semua kelembagaan dan civitas akademika dengan layanan prima bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka secara mandiri dan kolegial.

  4. Mewujudkan kemitraan sebagai pusat media publikasi dan koleksi berbagai keunggulan ilmiah bagi seluruh civitas akademika dan pemustaka, di tingkat nasional pada tahun 2020, di tingkat Asia Tenggara pada tahun 2025, dan di tingkat dunia pada tahun 2030.


Fasilitas


Untuk menunjang pelayanan kepada pengguna layanan perpustakaan, kami dilengkapi dengan beragam fasilitas, seperti;

  • Ruang baca,

  • Taman baca,

  • Komputer (OPAC untuk Penelusuran Informasi bahan pustaka),

  • Kantin,

  • Foto Kopi,

  • Internet,

  • Locker (tempat tas),

  • Individual study room (ruang belajar mandiri),

  • Ruang Koleksi,

  • Mushola,

  • Ruang seminar.


Bagan Struktur Organisasi




Terkait data team pustakawan UPT Perpustakaan UNS Surakarta bisa dilihat secara lengkap disini.

VIDEO



Untuk informasi lengkap terkait dengan UPT Perpustakaan UNS, silahkan bisa mengunjungi website resminya di library.uns.ac.id

Alamat


Jalan Ir. Sutami no. 36A, Kentingan, Surakarta, Central Java, Indonesia

Kode Pos: 57126

Tel. +62 271 654311 (direct) Tel. +62 271 646994 ext 329

e-mail:

  • library@mail.uns.ac.id

  • pustaka@uns.ac.id


Social Media

Labels: ,

Tuesday, June 21, 2016

Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta Gelar Ratusan Judul Buku di Kawasan Titik Nol Yogyakata

Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta Gelar Ratusan Judul Buku di Kawasan Titik Nol Yogyakata.


Dunia Perpustakaan | Ada sebuah pemandangan yang berbeda dengan hari hari sebelumnya pada  hari Minggu, (19/06/2016). Bahkan bisa dikatakan pemandangan yang baru pertama terjadi. Sekelompok anak muda yang menamakan diri komunitas Perpustakaan Kebun Buku menggelar ratusan judul buku di emperan jalan depan Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta atau Kawasan Titik Nol Yogyakata.

Usia mereka rata-rata kurang  dari 20 tahun. Mereka berjualan buku? Tidak. Buku buku itu ditawarkan kepada siapa saja yang mau  membaca tanpa dipungut biaya alias gratis, sambil menunggu tanda waktu  berbuka puasa tiba.

Dikutip dari beritaterkini.id, [06/16]. Alhasil, banyak  warga masyarakat  dan sebagian wisatawan dalam dan luar negeri tertarik dan  memanfaatkan kesempatan berharga itu. Azizah, warga Lampung Sumatera yang datang bersama teman-temannya juga ikut asyik menikmati sebuah novel terjemahan.

Azizah yang hobi baca itu mengaku senang karena sambil menunggu waktu berbuka tiba dirinya bisa memanfaatkan dengan membaca. “Senang mas, Ngabuburit sambil baca gratis. Bukunya bagus-bagus.  Judulnya dan jenis bacaannya juga banyak. Bisa milih sesuka hati,” ujar gadis berjilbab itu.

Dimas koordinator  Perpustakaan Kebun Buku saat ditemui di lokasi menjelaskan  Perpustakaan Kebun Buku Yogyakarta terbentuk dari adanya kesamaan hobi  dari anak-anak muda yang memiliki hobi yakni membaca.  Dari kesamaan hobi ini  kemudian  timbul ide untuk membentuk ruang baca  lagi di  masyarakat. “Kita merupakan teman-teman ngumpul.  Kita punya hobi yang sama. Hobi membaca.

Terus Kemudian kita kepikiran kenapa buku buku kita itu tidak kita beri ke masyarakat supaya ada ruang baca lagi yang terbentuk di masyarakat, selain ada yang di perpustakaan. Sebenarnya latar belakangnya cuma itu,”jelas Dimas, pria 23 tahun yang masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi swasta di Yogyakarta ini.

Perpustakaan Kebun Buku beroperasi seminggu sekali yakni pada hari Jumat. Tempat pengoperasianpun berpindah-pindah karena mereka tidak mempunyai tempat yang pasti. Biasanya mereka memilih tempat yang ramai dikunjungi (dilewati).  “Kalau pemilihan tempat itu sendiri kita biasanya ke tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang.

Kalau istilahnya tempat pastinya ya gak ada. Kita kalau ada tempat kosong dan diperbolehkan, kita stay disana. Seminggu sekali,”ujar Dimas.  Ditambahkan,  untuk sementara waktu Perpustakaan Kebun Buku selalu menginformasikan kegiatannya melalui media sosial (Istagram dan Line).

Dimas menambahkan koleksi buku mereka sudah terbilang banyak. Dirinya tidak dapat menyebut berapa jumlah yang pasti. “Koleksi buku kita banyak. Kalau kita tidak pernah menghitung berapa koleksinya. Pokoknya dari koleksi pribadi yang kita kumpulkan,”imbuhnya.

Menurut Dimas  buku-buku yang  ada di perpustakaan Kebun Buku merupakan sumbangan  dari koleksi teman-teman kosnya. “Ada bebrapa teman yang memang kost-kostannya punya buku kita kumpulkan menjadi satu,” jelasnya.

Salah seorang rekan Dimas menambahkan buku-buku yag mereka punyai sudah cukup banyak.  Judul dan temanyapun beragam. “Ada sastra, filsafat, bacaan populer. Ada juga bertemakan agama,” tambahnya.

Perpustakaan Kebun Buku  Yogyakarta masih terbilang muda. Baru tiga bulan berdiri. “Masih sekitar tiga bulanan,”jelas Dimas. Menurut Dimas, model-model perpustakaan seperti ini sudah ada dan  lebih lama bergerak di kota  lain seperti Bandung dan Surabaya.

Menurut Dimas, Perustakaan Kebun Buku tidak memiliki aggota tetap. Namun, mereka tetap membuka ruang bagi siapa saja yang mau bergabung. “Kami membuka ruang, siapa yang mau silakan bergabung bersama kita,”

Ketika ditanya, apakah kegiatan ini bisa meningkatkan  minat baca masyarakat? Dimas  menegaskan  bahwa  mereka hanya memberikan  ruang baca bagi masyarakat.  Soal dampak kegiatan mereka  akan meningkatkan minat baca masyarakat Dimas mengaku belum memiliki target  secara khusus kesana.

Namun kegiatan ini  menurutnya dapat  mempertemukan masyarakat yang memiliki hobi yang sama yakni membaca. Juga  menjadikan ajang untuk  sharing buku. “Kita sih cuma memberikan ruang ya mas. Untuk masalah orang mau baca atau gak , kita serahkan pada orang itu. Yang pentingkan kita sudah memberikan ruang baca. Dan paling tidak di situ buat kita kumpul dan sharing buku.

Semoga niat baik Dimas dan rekan-rekannya menyediakan ruang baca bagi masyarakat berdampat positip kepada peningkatan minat baca bagi masyarakat dan generasi muda Indonesia.

Labels: ,

Perpustakaan Jangan Sekadar Ruang Membaca

Perpustakaan Jangan Sekadar Ruang Membaca.


Dunia Perpustakaan | Perpustakaan mesti mengubah citra. Bukan sekadar tempat penyimpan buku-buku dan tempat membaca, melainkan adalah pusat ilmu pengetahuan dan cermin peradaban. Untuk itu, perpustakaan di berbagai tempat harus dikemas lebih menarik dan dinamis menjadi pusat kunjungan masyarakat.

"Kalau kita pergi ke luar negeri, misalnya saja Singapura, perpustakaan itu tempat yang ramai dikunjungi. Di tempat kita berbeda. Perpustakaan identik tempat yang gelap, kumuh, dan penuh buku. Kita harus mengubah image (citra) ini.

Pengelola perpustakaan di berbagai daerah dapat berinovasi dengan memasukkan unsur-unsur rekreasi dan edutainment ke dalam lembaga ini. Tidak melulu konservatif hanya berupa tempat menyimpan buku-buku. "Misalnya dibuat taman bermain (bacaan), biar anak-anak mau datang dan betah.

Berdasarkan data UNESCO tahun 2012, minat baca Indonesia hanya 0.001 persen. Hal ini dinilai Yayasan Cinta Baca bertolak belakang dengan amanat Undang Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa tujuan bernegara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

"Minat baca Indonesia sangat rendah. UNESCO yang melakukan penelitian ini di tahun 2012, bukan Yayasan Cinta Baca. Faktornya bisa saja karena banyak kondisi perpustakaan di Indonesia yang tidak layak," ujar Koordinator Wilayah Yayasan Cinta Baca Samuel Tarihoran kepada tribun-medan.com di kantornya, Jalan Sunggal, Bumi Seroja Permai Medan, Kamis (16/6/2016).

Menurut Samuel, perpustakaan bukan sekadar ruang membaca bagi anak dan masyarakat.

"Jangan hanya sebagai tempat membaca. Supaya ada daya tarik, perpustakaan harus dikemas sebagai tempat sosialisasi dan rekreasi. Anak-anak pasti menyukainya," ujarnya.

Menurutnya, sejak tahun 2001 Yayasan Cinta Baca sudah mendirikan perpustakaan di berbagai wilayah di Indonesia.

"Yayasan Cinta Baca berdiri pada 14 September 2001 secara nasional. Di Sumatera Utara, tanggal 10 Maret 2009. Hingga saat ini kami ada di tujuh provinsi (Banda Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, dan Papua). Visi kami membuka perpustakaan sebanyak-banyaknya. Mudah-mudahan program ini dapat mencerdaskan kehidupan bangsa," katanya.

Labels:

Monday, June 20, 2016

Witdarmono: Pentingnya Peran Orangtua dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak

Witdarmono: Pentingnya Peran Orangtua dalam Menumbuhkan Minat Baca Anak.


Dunia Perpustakaan | Penggagas tabloid anak "Berani", Witdarmono, menyampaikan pentingnya peran orangtua dalam menumbuhkan minat anak-anak dalam membaca.

Menurut dia, orangtua merupakan guru pertama bagi anak-anak mereka.

"Awalnya memang dari keluarga. Orangtua itu adalah guru yang pertama," ujar Witdarmono dalam sebuah diskusi bertajuk "Buku vs Media Sosial: Membangkitkan Selera Literasi untuk Dunia" di Bentara Budaya Jakarta,Dikutip dari kompas.com [5/16].

Witdarmono berpendapat, konsentrasi anak akan tumbuh ketika mereka mendengar suara orangtuanya.

Dengan begitu, mereka akan dapat fokus belajar membaca. "Anak-anak ketika mendengar suara ibu atau ayahnya menjadi sangat tenang, terkonsentrasi untuk bisa membaca buku," kata pria yang juga wartawan senior Kompas itu.

Di lingkungan keluarga, budaya membaca harus diajarkan sejak dini. Membaca dinilainya dapat menumbuhkan kejujuran anak dan membuat mereka memegang nilai-nilai positif.

Ia juga menilai, orangtua bisa mulai menumbuhkan semangat membaca anak dengan menceritakan tradisi-tradisi dalam keluarga maupun budaya mereka.

"Orangtua bisa mewariskan tradisi yang ada. Bercerita bagi orangtua adalah mewariskan tradisi. (Anak-anak) mendengar lebih dahulu daripada membaca," ucap Witdarmono.

Selain itu, sambung dia, menumbuhkan minat membaca harus dilakukan paralel dengan menulis.

Orangtua dinilai perlu melakukan kedua hal tersebut bersama anak-anaknya.

"Membaca bersama dan menulis. Menulis menjadi penting untuk mengungkapkan perasaan," tutur Witdarmono.

Labels:

Friday, June 17, 2016

Pemkab Sergai Budayakan Literasi Gemar Membaca

Pemkab Sergai Budayakan Literasi Gemar Membaca.


Dunia Perpustakaan | Menghadapi kondisi semakin menurunnya minat membaca dikalangan generasi muda, untuk itu Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Pemkab Sergai) terus berupaya mendorong budaya literasi gemar membaca. Hal ini telah dibuktikan dengan  Deklarasi Gerakan Budaya Membaca serta Pemecahan Rekor Musium Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori menulis resensi buku bacaan secara massal pada November 2015 yang lalu.

Sebagai pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk menyediakan pelayanan terbaik bagi masyarakat dimana salah satunya adalah dengan memberikan layanan pendidikan yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mendorong warga sekolah khususnya dan masyarakat Sergai umumnya untuk gemar membaca.

Hal ini diungkapkan Bupati Sergai Ir. H. Soekirman melalui Kabag Humas Dra. Indah Dwi Kumala usai melakukan talkshow yang bertajuk “Membudayakan Literasi di Sekolah” di salah satu televisi swasta di Cafe Ulos Hotel Santika Dyandra Medan, Selasa (14/6).

Lebih lanjut disampaikan Bupati H. Soekirman, Kabupaten Sergai saat ini sebagai salah satu dari tiga kabupaten di Sumatera Utara (Sumut) yang telah membudayakan literasi di sekolah dengan melaksanakan wajib membaca 15 menit setiap harinya sebelum memulai pelajaran di sekolah-sekolah.

Kemudian pada Hari Sabtu setiap minggunya, para siswa diwajibkan melakukan literasi apa yang sudah mereka baca setiap harinya. Dalam arti bahwa seorang anak tidak hanya bisa membaca dengan lancar melainkan ia juga harus dapat memahami dan merepresentasikan kembali apa yang telah dibacanya.

Disamping itu juga gerakan gemar membaca ini tentunya membutuhkan dukungan semua elemen masyarakat, tidak hanya pemerintah daerah. Dikutip dari dnaberita.com, [17/06/16].  “Tidak cukup hanya mengandalkan sekolah semata untuk menumbuhkan minat budaya membaca melainkan seluruh elemen masyarakat”, ujar Bupati.

Dalam hal membudayakan literasi gemar membaca Kabupaten Sergai mendapat dukungan dari USAID Prioritas dengan menerima hibah Buku Bacaan Berjenjang.

Dan di Kabupaten Tanah Bertuah Negeri Beradat ini sendiri telah mempunyai 10 Taman bacaan di 9 kecamatan, perpustakaan desa  dan kelurahan serta 9 warung pintar, kemudian mempunyai siswa SD sebagai juara bercerita tingkat nasional dari Pantai Cermin dan dai muda tingkat nasional Ustadz Sulaiman.

Budaya literasi gemar membaca ini dilakukan dalam hal menghadapi perubahan dunia, pendidikan yang merupakan senjata paling ampuh untuk memenangkan persaingan masa depan karena saat ini kita sedang menghadapi tantangan persaingan SDM yang begitu luar biasa besarnya.

Salah satu kunci penting untuk memenangkan kompetensi masa depan adalah semua anak bangsa harus memiliki kemampuan SDM yang unggul, berkarakter (jati diri) sekaligus juga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan ini telah sesuai dengan Nawacita, yakni meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program “Indonesia Pintar”

Diakhir pembicaraan Ir. H, Soekirman menyampaikan untuk mendorong dan menciptakan budaya literasi membaca harus melakukan empat hal diantaranya:

pertama, Kebijakan, dimana pemerintah daerah harus mempunyai kebijakan yang mengaturnya,

kedua, kelembagaan baik formal, nonformal dan badan perpustakaan daerah.

Kemudian ketiga, kebersamaan, bersama-sama mensosialisasikan budaya literasi gemar membaca.

Dan terakhir keempat, keikhlasan, dalam arti bahwa kegiatan budaya literasi gemar membaca.

Labels:

Thursday, June 16, 2016

Pesantren Literasi untuk Anak Putus Sekolah

Pesantren Literasi untuk Anak Putus Sekolah.


Dunia Perpustakaan | Banyak cara bagi umat muslim untuk mengisi keberkahan bulan Ramadan. Di Gorontalo, penggiat minat baca membentuk Pesantren Literasi untuk anak putus sekolah. Anak putus sekolah di sana diajak membaca, bacaan islami.

Seperti itulah yang dilakoni penggiat Perpustakaan Taman Limboto yang mengajak sejumlah anak jalanan dan putus sekolah untuk mendapatkan pendidikan moral dari membaca beragam buku dengan kisah-kisah islami.

Penggagas Perpustakaan Taman Limboto Milastry Muzakar mengatakan, kegiatan Pesantren Literasi itu untuk memberikan pembelajaran baca tulis iqra kepada sejumlah anak-anak.

Di samping belajar membaca iqra, para anak didik binaan pesantren literasi Gorontalo ini juga diajak untuk menuliskan pesan moral islami dengan apa yang didapatkan selama mengikuti proses belajar di taman.

"Minat baca dapat dibentuk oleh budaya di suatu tempat. Budaya pun sebetulnya bisa dibentuk, kalau kita mau. Sayangnya perpustakaan sekolah sering terlupakan dalam perencanaan pendidikan di negara kita," ujar Milastry Muzakar kepada Gorontalo Post (Jawa Pos Group) dilansir Kamis (16/6).

Milastry Muzakar berpendapat, minimnya minat baca membuat anak-anak di Indonesia khususnya di Gorontalo karena kurang mengapresiasi keberadaan sebuah perpustakaan.

Hal itu itu terjadi karena mereka sejak usia dini tidak pernah melihat dan berada dalam sebuah perpustakaan. Sehingga pemahaman mereka terhadap perpustakaan selalu hanya diidentikkan dengan buku-buku di rak.

Ketua Rumah Pintar Gorontalo Wawan Muhamad mengatakan, masalah utama yang ada di Indonsia sebetulnya bukanlah iliterasi (buta aksara). Kalau masalah itu jumlahnya semakin lama semakin mengecil.

Namun masalah masalah utama yang dihadapi anak-anak negeri ini mereka sudah bisa membaca tetapi tidak mau membaca. Dalam ilmu informasi, ketidakmauan untuk membaca disebut aliterasi. Masalah ini terjadi karena tidak adanya pendorong atau penggerak untuk membaca serta lingkungan yang memang tidak membaca pada saat orang sudah bisa membaca.

"Mengembangkan minat baca di usia dini lebih mudah dibandingkan dengan mengembangkan minat baca di usia dewasa atau bahkan usia senja. Kita ingat, dulu ada program yang dilaksanakan untuk membuat orang-orang tua bisa membaca," ujarnya

Wawan menambahkan, membaca sangat erat dengan menulis. Menulis dan membaca harus merupakan suatu paket yang saling mendukung. Selain itu, media untuk menulis dan membaca sangat diperlukan.

"Saya berpikir bahwa mengembangkan minat baca justru dimulai pada usia dini. Saat anak berusia 2 tahunan, sudah harus dikenalkan dengan media tulis dan mendapatkan media untuk menulis," ungkapnya.

Apabila tidak ada media, maka anak akan menulis dimana pun, seperti di tembok, di lemari, di pintu dan sebagainya. Media tulis dimaksudkan agar anak mengenal batas-batas dimana mereka diperbolehkan menulis. Pada usia dini tersebut, anak juga sudah harus dikenalkan dengan media seperti buku.

Labels:

Donasi Seribu Buku Bantu Tingkatkan Minat Baca

Donasi Seribu Buku Bantu Tingkatkan Minat Baca.


Dunia Perpustakaan | Sejak lama Surabaya mencanangkan keberadaannya sebagai kota literasi. Dari predikat ini, diharapkan semakin mengerek tinggi minat baca, yang berujung kegemaran menulis bagi warga kota. Berangkat dari latar belakang ini, lintas kampus serta elemen kota di Surabaya bersinergi, berupaya keras lebih memantabkan keberadaan kota literasi.

Beberapa kampus, di antaranya Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Islam Negeri Surabaya (UINSA) serta perguruan tinggi negeri maupun swasta lainnya di Kota Pahlawan ini tak ketinggalan memberikan donasi buku bacaan. Unsur masyarakat kota lainnya, juga demikian.

Baik atas nama lembaga atau perorangan. Buku yang ada, mereka kumpulkan melalui Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek (RAR). Selanjutnya, buku yang sudah terkumpul itu diserahkan ke Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya. Penyerahan dilakukan di Gedung Balai Pemuda, Rabu (15/6).

“Ada sekitar 1.000 buku bacaan dari beberapa perguruan tinggi di Surabaya, organisasi masyarakat, maupun perorangan. Buku ini kami himpun, kami kumpulkan sekitar satu bulan. Ada yang kami ambil ke tempat donatur buku, dan ada yang diantar ke sekretariat RAR di areal Hi TechMall pintu utara, Jalan Kusuma Bangsa Surabaya," tutur Ketua Komunitas Pecinta Surabaya RAR Herman Rivai, di sela penyerahan buku di Balai Pemuda.

Pria yang akrab disapa Meneer ini merinci buku yang ada. Ada buku tentang politik, militer, agama, novel, sosial, budaya, pendidikan, teknologi, dan lainnya.

"Partisipasi kampus, masyarakat luar biasa. Begitu kami sampaikan rencana donasi buku bacaan melalui sosial media, langsung ada konfirmasi kesiapan menyumbangkan buku. Ada dari ITS, UINSA dan kampus lain.

Bahkan pak rektor beberapa perguruan tinggi ini konfirmasi langsung. Ada yang melalui sekretaris kampus," ulas Herman yang juga Ketua Pengprov Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Jawa Timur.

Sekretaris RAR, Isa Anhsori yang juga ikut dalam penyerahan buku menambahkan, gerakan pengumpulan buku yang dilakukan Komunitas Peduli Surabaya Rek Ayo Rek sebagai upaya mendorong bertambahnya ketersediaan buku.

"Ini merupakan bentuk partisipasi masyarakat sekaligus menjadi keprihatinan. Dimana Surabaya yang sudah dicanangkan sebagai kota literasi ternyata capaiannya masih sangat minim," sebutnya.

Banyak sekolah sekolah membentang spanduk sebagai wujud dukungan kepada Surabaya sebagai kota literasi. "Tapi seberapa banyak buku karya anak-anak dan karya guru yang didukung oleh Dinas Pendidikan yang sudah diterbitkan?," tanya sekaligus sindir Isa.

Pria berkacamata ini menguatkan, gerakan donasi buku merupakan wujud seriusnya RAR berikut elemen kota lainnya untuk membantu pemerintah kota dalam mewujudkan Surabaya sebagai kota literasi.

Dikutip dari beritametro.co.id, [16/06/16]. Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Surabaya Arini Pakistyaning menerima donasi buku, menyampaikan terima kasih atas partisipasi yang ada. "Buku-buku ini akan kami pilah dan selanjutnya disumbangkan ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM)," jelas Arini.

Selama Ramadan ini jumlah pengunjung meningkat dibanding hari biasa, selain lebaran. "Hari biasa saja ada 600-1.000 pengunjung ke purpustakaan di areal Balai Pemuda. Jam buka tetap sama, antara 07.30 hingga 21.00 WIB," terang Arini.

Ada lima mobil disediakan untuk mendukung keberadaan perpustakaan keliling. "Sehari ada 10 lokasi yang menjadi tujuan perpustakaan keliling. Tiap mobil mendatangi dua lokasi dalam sehari," imbuh pejabat berjilbab ini.

Sekolah yang jumlah koleksi buku di perpustakaan minim menjadi salah satu tujuan. "Tidak semua sekolah menganggarkan belanja buku. Ada sekolah yang anggarkan dan tidak," rincinya.

Untuk jumlah TBM, di Surabaya ada 1.438 lokasi, di wilayah RW. TBM ini juga menerima bantuan buku dari Badan Arsip dan Perpustakaan. Asal buku yang dikelola serta didistribusikan Badan Arsip dan Perpustakaan, ada belanja dari APBD serta bantuan pihak luar. Semua buku yang masuk tetap diseleksi. Jangan sampai isinya ada yang tidak sesuai.

Labels:

Muhammadiyah Dukung Penuh Gerakan Literasi Umat

Muhammadiyah Dukung Penuh Gerakan Literasi Umat.


Dunia Perpustakaan | Pimpinan Pusat Muhammadiyah mendukung kampanye literasi untuk umat Islam. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut semangat mencerdaskan umat lewat literasi sejalan dengan hasil Konvensi Nasional Indonesia Berkemajuan yang digelar Muhammadiyah beberapa waktu lalu.

Menurutnya kampanye literasi adalah bagian dalam mencerdaskan bangsa. Saat ini, papar Haedar, ada gejala gerakan untuk melemahkan pemikiran umat. "Gerakan literasi Republika harus hadir dengan semangat iqra. Pencerdasan itu inti spirit iqra," ujar Haedar saat menerima silaturahim Redaksi Republika, di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jakarta, Senin (13/6).

Haedar mengakui Muhammadiyah dan Republika memiliki kesamaan visi. Apalagi, ungkap dia, gerakan dakwah memerlukan ujung tombak salah satunya media. Muhammadiyah sendiri sejak awal kelahirannya sudah menempatkan kesadaran literasi sebagai prioritas.

Haedar mengungkapkan saat berdiri pertama kali, Muhammadiyah memiliki beberapa majelis yakni Majelis Sekolah, Majelis Pendidikan, Majelis Tabligh, Majelis Kesengsaraan Umum dan Majelis Pustaka. "Adanya Majelis Pustaka dan Taman Pustaka membuktikan Muhammadiyah ingin gerakan literasi ini maju," papar dia.

Haedar sendiri juga getol mengampanyekan ke warga Muhammadiyah agar peduli dengan produk-produk literasi. "Saya bilang kalau sama buku, majalah, koran jangan minta tapi beli. Kita harus hargai hasil karya intelektual orang," papar Haedar menerangkan.

Labels:

Budaya Baca di Indonesia Terkendala Oleh Pajak Buku

Budaya Baca di Indonesia Terkendala Oleh Pajak Buku.


Dunia Perpustakaan | Buku merupakan salah satu sumber Ilmu yang sangat berguna untuk manusia. Bahkan dengan membaca buku kehidupan manusia bisa berubah drastis, dengan membaca buku kita juga bisa menambah ilmu, dan wawasan yang luas.

Apa jadinya bila buku yang semakin hari semakin mahal harganya bahkan semakin rendah pula peminatnya, cuma gara-gara harga buku yang terlalu mahal.

Pengenaan pajak terhadap buku menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan minat baca di Indonesia. Sebab, pajak 10 persen untuk pajak pertambahan nilai (PPn) ditambah 1,5 persen pajak penghasilan pasal 22 membuat harga buku pun lebih mahal.

"Sehingga budaya baca di Indonesia tidak terlalu bagus karena masyarakat jadi susah beli buku," kata Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Hikmat Kurnia dikutip dari Republika, di Jakarta, Rabu (15/6). Oleh karena itu, Hikmat menilai kebijakan pajak buku tidak terlalu baik pengaruhnya.

Sumbangan pajak buku ke dalam kas pemerintah pun sangat kecil dibandingkan presentase besaran APBN. Dalam memakmurkan bangsa, menurut Hikmat, terdapat dua hal yang memiliki pengaruh kuat, yakni pangan dan buku yang murah.

Pangan murah baik untuk fisik. Sedangkan buku bagus untuk mencerahkan pikiran masyarakat.

Atas hal ini, Hikmat mengaku sangat menyayangkan apabila pemerintah tetap menerapkan pajak buku. "Apalagi pemerintah katanya menganggarkan 20 persen untuk pendidika. Kalau begini, kenapa buku harus dikenakan pajak? Belajar kenapa dipermudah?," katanya.

Labels:

Wednesday, June 15, 2016

Profil Perpustakaan Universitas Gunadarma

Profil Perpustakaan Universitas  Gunadarma.


Dunia Perpustakaan |  Sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan. Universitas Gunadarma menyediakan Perpustakaan yang dilengkapi dengan beragam bahan pustaka yang terdiri dari buku literatur baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa Inggris, majalah, jurnal ilmiah serta buku ilmu pengetahuan lainnya. Fasilitas Perpustakaan Universitas Gunadarma telah digunakan oleh mahasiswa, dosen, karyawan dan alumni Universitas Gunadarma.

Sesuai dengan kemajuan teknologi komunikasi telah dikembangkan perpustakaan audio visual di Universitas Gunadarma. Perpustakaan ini dilengkapi dengan peralatan video dan TV , juga perangkat komputer untuk keperluan belajar mandiri.

Koleksi perpustakaan bersifat satu arah dan dua arah (multi media interaktif) Apabila seorang mahasiswa kesulitan dalam salah satu mata kuliah, mahasiswa dapat mengunjungi perpustakaan audio visual kemudian mencari koleksi yang diinginkan, kemudiana belajar secara mandiri.

Dengan perpustakaan audio visual diharapkan keterbatasan ruang dan waktu dapat dihilangkan. seorang mahasiswa sastra Inggris, dapat mempelajari bagaimana kebudayaan inggris dan karya sastra klasik inggris melalui video, atau melalui audio.

Untuk memenuhi koleksi video dan multi media interaktif, perpustakaan audio visual dilengkapi dengan studio produksi. distudio ini diproduksi video dan multi media interaktif. Direncanakan akan di produksi video/vcd dan multimedia interaktif untuk semua mata kuliah yang diberikan di universitas gunadarma.

Para mahasiswa, dosen dan karyawan serta pihak lain yang berkepentingan dapat memanfaatkan fasilitas tersebut guna mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.

Tujuan
Menunjang Tridarma Perguruan Tinggi dengan fungsinya sebagai sumber informasi bagi pelaksanaan proses belajar dan mengajar, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Sejarah

  • 1987 Berdiri Perpustakaan STKG di kampus Depok

  • 1992 Berdiri Perpustakaan STIE di kampus Kelapa Dua

  • 1996 Bertambah 4 buah Perpustakaan fakultas yaitu: Perpustakaan fakultas Teknik Perencanaan, Teknik Industri, Psikologi dan Sastra

  • 2000 Secara keseluruhan disebut sebagai Perpustakaan Universitas.


Lokasi Operasional

Kampus D
Jalan Margonda Raya No. 100 Depok
Telepon : 78881112 - ext. 301
Gedung III Lt. 1
Perpustakaan Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Teknologi Industri, dan Fakultas Teknik Perencanaan dan Sipil

Kampus E Jalan Akses UI Kelapa Dua
Telepon : 8727541 - ext. 501
Gedung V Lt. 1
Perpustakaan Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi dan Fakultas Sastra dan Bahasa Perpustakaan Audio Visual

Kampus J Jl. KH. Noer Ali, Kalimalang, Bekasi
Telepon : 021-88860117 ext 117
Lt. 3
Perpustakaan Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Teknik Perencanaan dan Sipil,Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi dan Fakultas Sastra.

Layanan Perpustakaan


Keanggotaan
Perpustakaan menyediakan layanan keanggotaan yang ditujukan untuk mahasiswa dan staf/dosen di lingkungan Universitas Gunadarma. Dengan menjadi anggota, mahasiswa/staf/dosen dapat melakukan peminjaman koleksi bahan pustaka yang dimiliki oleh Perpustakaan Universitas Gunadarma.

Peminjaman bahan pustaka bagi anggota
Peminjaman bahan pustaka hanya ditujukan untuk anggota. Bahan pustaka yang dapat dipinjam adalah buku teks untuk mahasiswa dan dosen/staf, serta buku diktat kuliah untuk dosen/staf.

Administrasi
Layanan ini meliputi pembuatan Surat Bebas Perpustakaan dan Surat Keterangan Sumbangan.
Kunjungan Ruang Referensi
Bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan penulisan ilmiah atau skripsi dapat mengunjungi ruang referensi. di ruang ini, tersedia jurnal, majalah, penulisan ilmiah, skripsi dan akses internet.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai prosedur masing-masing layanan, dapat dilihat disini.

Jenis Pelayanan di Tiap Perpustakaan

Perpustakaan H
Baca, Peminjaman dan Pengembalian Buku, Layanan Referensi, Jurnal dan Skripsi.

Perpustakaan D
Administrasi meliputi : Bebas Perpustakaan, Sumbangan Buku, Verifikasi PI/Skripsi/Jurnal/Presentasi, Penulisan Dosen.

Waktu Pelayanan

  • Senin - Jum'at:  09.00 - 15.00 WIB (Istirahat : 12.00 - 13.00 WIB)

  • Sabtu: 09.00 - 12.00 WIB


Kunjungan Referensi, Pengembalian dan Administrasi

  • Senin - Jum'at: 09.00 - 15.00 WIB (Istirahat 12.00 - 13.00 WIB)

  • Sabtu: 09.00 - 12.00 WIB

Labels: ,

Tuesday, June 14, 2016

Kisah Mualaf Nashrullah Ong, Masuk Islam Karena Pelajari Islam di Perpustakaan!

Dunia Perpustakaan | Kisah inspiratif ini memberikan bukti bahwa perpustakakaan memiliki peran penting dalam membuat perubahan dalam diri seseorang.

Hal ini juga yang dialami oleh seorang Muallaf bernama Nashrullah Ong, seorang penganut Katholik yang kemudian memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Kisah bermula saat dirinya yang memang sangat suka membaca buku membuatnya penasaran dan ingin mengenal lebih dekat tentang Islam.
gambar: Radar Banyumas
Dikutip dari jpnn.com [14/6/16], Pria yang memiliki nama marga Nashrullah Ong ini sejak lahir merupakan penganut Katholik. Kesukaannya membaca buku, terutama fiksi ilmiah, membuatnya penasaran dengan isi kandungan dari Surat Al Ikhlas.

"Waktu itu saya membaca buku mengenai surat-surat yang ada di Alquran, dan kesukaan saya membaca buku dari halaman belakang yang pada saat itu tertera surat Annas, Al Falaq, dan Al Ikhlas," ujarnya mengawali cerita.

Dari ketiga suratan pendek tersebut, Ong tertarik untuk mendalami  makna Surat Al Ikhlas yang berisi tentang Ketuhanan. Maka, dicarinya buku-buku referensi di perpustakaan.

Selama setahun pencariannya, pria yang saat dijumpai Radar Banyumas (Jawa Pos Group) mengenakan baju Koko putih itu, akhirnya memutuskan akan memeluk agama Islam. "Banyak hambatan yang saya hadapi, terutama dari lingkungan keluarga," ungkapnya.

Dengan tekad yang sudah bulat, akhirnya dia mengucapkan kalimat Syahadat pada usia 35 tahun. Setelah memeluk Islam, Ong menikahi wanita muslim.

"Pada pengucapan Syahadat pertama, saya anggap sebagai syarat memeluk Islam, tapi saat itu saya belum benar-benar paham  agama ini, hanya memang hati saya sudah terketuk," kata pria kelahiran Purwokerto tersebut.

Apalagi saat itu, Ong merasa dikucilkan. Tidak hanya dari lingkup keluarganya, tetapi juga teman-teman komunitas dari keyakinan sebelumnya.

Selain itu, dia pun sempat diberi cobaan kehilangan harta. Terlebih saat itu, dia harus menghadapi dua anaknya sakit. Tanpa adanya biaya berobat, Ong pun menjual pakaian yang dimiliki dan dibayar tidak sesuai dengan harga obat yang harus dibeli.

Dari pergulatan batin akan datangnya cobaan tersebut, dia terus memperdalam tentang Agama Islam. Dia mencoba mengikuti kajian-kajian ajaran Islam dan  mulai belajar membaca Alquran secara privat bersama guru ngaji.

"Kalau kajian keilmuan selain Alquran, saya bersama jamaah lain, dan juga ada kajian khusus atau halaqoh dengan jumlah jamaah yang tidak banyak," ungkapnya.

Dengan tertanamnya keyakinan dan kebenaran  agama Islam yang semakin tumbuh, Ong merasa harus mengucapkan kalimat Syahadat lagi. Sebab, dari proses yang pertama, dirinya belum seratus persen yakin. Setelah melalui proses tujuh tahun pembelajarannya , Ong kembali mengucapkan dua kalimat Syahadat.

Dengan perjalanan panjang dan penuh liku tersebut, Ong merasa harus memiliki prinsip. Dari beberapa hal yang dialaminya, walaupun dengan ikhlas dipandang sebelah mata oleh keluarganya, dia tidak berputus asa.

Bahkan, kini kehidupannya pun terasa lebih tenang dan damai. "Saya masih silaturahmi dengan keluarga, karena Islam itu menganjurkan selalu tersambungnya tali silaturahmi," ucap pria murah senyum ini.

Kini, Ong dan istrinya, Erma Hanura lebih fokus dalam membesarkan keenam anaknya dengan menanamkan ilmu agama sejak dini dan dititipkan dalam lingkungan pesantren. Bahkan, ada anaknya yang mendapat beasiswa karena hapalan Alquran.

Di samping fokus membesarkan anak-anaknya dengan ilmu agama, Ong juga melayani jasa bekam, pijat, serta berjualan obat herbal dan nasi goreng.


Labels: