<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: May 2016

Tuesday, May 31, 2016

Sukseskan Gerakan Indonesia Membaca 2019 dan Gerakan Literasi, Walikota Kerahkan ASN

Sukseskan Gerakan Indonesia Membaca 2019 dan Gerakan Literasi, Walikota Kerahkan ASN.


Dunia Perpustakaan | Walikota Pekanbaru, DR H Firdaus MT, kerahkan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru mengumpulkan buku, untuk kemudian bisa dibaca oleh masyarakat secara gratis.



Buku dalam bentuk hibah ini dalam rangka melengkapi dan menambah jumlah koleksi buku di Perpustakaan Umum Kota Pekanbaru. "Buku-buku tersebut bisa lebih bermanfaat untuk dibaca masyarakat di perpustakaan kita," ujar Walikota.

Perpustakaan yang dimaksud beralamat di Jalan Dr Sutomo No 1 Pekanbaru. Himbaun ini juga dalam rangkaian Gerakan Indonesia Membaca 2019 dan Pencanangan Sekolah Literasi di Kota Pekanbaru yang sudah dimulai sejak 6 Januari 2016 lalu.

"Untuk merealisasikan ini perlu dukungan semua pihak demi terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai kota Metropolitan yang Madani," ujar Walikota.

Dalam rangkaian tersebut, dibutuhkan kelengkapan jumlah koleksi buku yang terdapat di Perpustakaan Umum Kota Pekanbaru. "Kami mengimbau kepada seluruh PNS di lingkungan Pemko Pekanbaru untuk dapat menghibahkan buku-bukunya yang tidak lagi dibaca," harap Walikota.

Secara teknis buku-buku tersebut dapat dihibahkan sedikitnya satu buku yang dikumpulkan melalui SKPD masing-masing untuk diteruskan ke Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Pekanbaru. "Semoga buku yang terkumpulkan bermanfaat bagi yang membacanya," tambah Walikota. Dikutip dari goriau.com [31/05/16].

Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Kota Pekanbaru, Nelfiyonna, melalui Kabid Informasi dan Layanan, Syahyarwan Zam siap menyukseskan apa yang menjadi harapan Walikota Pekanbaru. Jika buku yang dimaksud sudah terkumpulkan, pihaknya segera menurunkan tim untuk menjemput.

"Sebelum kami pajang di rak perpustakaan, kami olah dulu, seperti mencatat judul, mengklasifikasi berdasarkan isi, penomoran dan seterusnya. Setelah itu baru bisa kita sajikan kepada pengunjung," ujarnya.


Labels:

Program Literacy Boost Sasar Minat Murid SD

Program Literacy Boost Sasar Minat Murid SD.


Dunia Perpustakaan | Dalam rangka pembiasaan minat membaca khususnya untuk anak-anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), pemerintah telah mencanangkan "Gerakan Literasi Sekolah". Gerakan ini dirasa perlu untuk menumbuhkan minat membaca anak Indonesia yang dinilai masih kurang hingga saat ini.

"Pembiasaan membaca 15 menit agar anak-anak semakin terbiasa membaca," ujar Sekretaris Satgas Gerakan Literasi Sekolah, Susanti Sufyadi di Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Selasa 31 Mei 2016.

Program minat baca atau literacy boost tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan keaksaraan anak-anak sekolah. Program ini berfokus pada tiga komponen yaitu penilaian membaca, pelatihan guru dan aksi masyarakat.

"Tiga komponen dijalankan dengan pelatihan pada guru maupun sukarelawan di lingkungan masyarakat agar meningkatkan kualitas pembelajaran terutama membaca pada anak," katanya.

Menurut Susanti, membaca adalah modal dasar untuk menciptakan ekosistem pendidikan sehingga membangun  mental ingin belajar terus ada dalam diri seseorang. Selain itu, dampak pastinya adalah mendapatkan informasi yang luas.

"Perpustakaan, area baca atau sudut baca diterapkan agar mendukung minat baca pada anak," katanya.

Program literacy boost juga sudah dimulai oleh digerakkan sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan disebut telah mampu meningkatkan keterampilan membaca hingga 600 anak di Jakarta Utara. Program itu dilakukan melalui pengadaan sejumlah pos baca.

"Ada 600 anak yang mengikuti kegiatan pos baca mengalami peningkatan keterampilan serta minat baca," ujar Education Advisor Yayasan Sayangi Tunas Cilik (YSTC), Lusi Margiyani dalam kesempatan yang sama.

Misi itu kata Lusi tak terlepas dari proyek Strengthening Education trough Awareness and Reading Achievement (SETARA) atau penguatan pendidikan melalui kesadaran dan prestasi keaksaraan. Program ini otomatis akan mendongkrak kualitas pendidikan di kawasan Jakarta Utara.

Dikutip dari viva.co.id [31/05/16]."Hingga 6.724 buku tersebar di 20 sekolah dan 20 titik pos baca di masyarakat," ujarnya.

Untuk menjalankan program ini, YSTC bekerja sama dengan Dinas Pendidikan kota serta pengawas sekolah.

Labels:

Pustaka Gudang Ilmu & informasi, Setiap Desa Harus Ada!

Pustaka Gudang Ilmu & informasi, Setiap Desa Harus Ada!


Dunia Perpustakaan | Setiap Desa diharapkan memiliki pustaka yang memadai, mengingat fungsi pustaka sebagai gudang ilmu dan informasi.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) melalui kecamatan diminta untuk terus melakukan upaya-upaya untuk melengkapinya agar terbentuk perpustakaan disetiap Desa yang ada di Kabupaten Bengkalis.

Harapan itu disampaikan Tokoh Pendidikan Kabupaten Bengkalis Masdaruddin. Senin (30/5/16).

Menurut Masdaruddin, seiring dengan kemajuan teknologi, pustaka dituntut tidak hanya menyediakan buku saja, tapi juga bagaimana menyedia komputer dan akses internet. Hal ini juga sejalan dengan upaya menjadikan Bengkalis kota cyber (cybercity).

"Tujuannya bagaimana masyarakat, terutama anak-anak sekolah mendapatkan informasi yang seluas-luasnya. Perlu banyak membaca agar ilmu bertambah" ujar Masdaruddin yang juga sebagai ketua NU Kabupaten Bengkalis.

Lebih lanjut dikatakan Masdaruddin bahwa tujuannya ini bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang perpustakaan serta tak kalah penting adalah bagaimana menanamkan budaya gemar membaca di kalangan masyarakat.

Dikutip dari riaubook.com. " Dengan membaca, kita akan mengetahui apa saja perkembangan dunia luar dan segala pengetahuan akan kita ketahui hanya dengan kebiasaan membaca, karena buku adalah jendela segala pengetahuan dan merupakan jendela dunia,"terangnya

Kebutuhan akan perpustakaan desa harus diprioritaskan terutama bagi desa-desa yang cukup jauh dan terpencil dari Ibukota Kabupaten Bengkalis, sehingga masyarakat tidak perlu jauh-jauh mencari buku yang ingin dibacanya jika ada di desa masing-masing, Ia berharap setiap desa harus memiliki setidaknya satu perpustakaan yang akan melayani kebutuhan membaca disatu desa.

"Kalau sudah memiliki perpustakaan desa, kemungkinan untuk mencari buku hingga keluar daerah sangat kecil, jadi meskipun dengan kecilnya bangunan perpustakaan yang dimiliki tiap desa tapi kalau dapat memenuhi keinginan masyarakat yang selalu ingin tahu tentang segala hal, makanya masyarakat juga tidak perlu jauh-jauh berburu bahan bacaan,"paparnya.

Kendati begitu, setiap desa yang memiliki perpustakaan juga wajib memperbaharui kepustakaan tiap-tiap buku dan menghidupkan minat baca anak dan masyarakat melalui sosialisasi ataupun berbagai kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk datang ke perpustakaan dan menghabiskan sepertiga waktu mereka untuk membaca.

"Jadi bukan hanya perpustakaan saja yang harus ada namun strategi pemerintahan desa untuk meningkatkan minat baca serta bagaimana mengatur strategi agar masyarakat benar-benar tertarik untuk masuk dalam perpustakaan dan menghabiskan waktunya untuk membaca.

Membaca kan positif jadi sudah selayaknya membiasakan membaca dikalangan anak-anak, remaja hingga orangtua, sebab dengan kebiasaan membaca kita akan terus haus akan ilmu pengetahuan serta berbagai informasi,"tambahnya.

Labels:

Monday, May 30, 2016

14.000 Siswa di Sragen Beraksi Membaca Buku di Jalan Sepanjang 2 KM

14.000 Siswa di Sragen Beraksi Membaca Buku di Jalan Sepanjang 2 KM.


Dunia Perpustakaan | Sebanyak 14.000 siswa tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA) beraksi membaca buku dan membuat resume di jalan sepanjang 2 km.

Dari Dinas Pendidikan Sragen di Jl. Sutomo hingga ke Pendapa Rumah Dinas Bupati di Jl. Raya Sukowati Sragen, Jumat (27/5/2016). Aksi tersebut merupakan rangkaian deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

Aksi membaca buku dan membuat resume itu melibatkan ratusan sekolah SD-SMA di 20 kecamatan di Bumi Sukowati. Sragen sebagai Kabupaten Literasi dideklarasikan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati pada puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-270 Kabupaten Sragen di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen mulai pukul 06.00 WIB.

Acara tersebut juga berbarengan dengan Kirab Tumpengan Ageng Sukowati yang menyuguhkan 270 tumpeng di Alun-alun.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah (Setda) Sragen. Dikutip dari  solopos.com, [27/05/16]. Tugino mengatakan puncak perayaan HUT Sragen mengambil tema Guyup Rukun Sesarengan Bangun Sukowati. Pada puncak Hari Jadi Sragen itu, kata dia, Bupati akan mendeklarasikan Kabupaten Literasi dengan rangkaian aksi belasan ribu para siswa SD-SMA di sepanjang Jl. Raya Sukowati.

“Nanti warga dewasa juga ikut beraksi membaca buku di pinggir jalan. Buku-buku itu akan disumbangkan ke Perpustakaan Daerah (Perpusda). Jumlahnya banyak.

Setiap tumpeng itu akan dikerumuni 10 orang. Kalau 270 tumpeng maka orang yang hadir di Alun-alun mencapai 2.700 orang. Nanti Kota Sragen benar-benar menjadi lautan manusia,” ujar Tugino.

Koordinator Kabupaten United State Agency for International Develompment (USAID) Prioritas Sragen, Dewayani Sitouresmi, menargetkan setiap kecamatan mengirimkan siswa 500-700 orang dari jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA. Neni, sapaan akrabnya, ingin memecahkan rekor nasional untuk Sragen sebagai Kabupaten Literasi.

“Rekor terbanyak yang sudah pernah dipecahkan Sumatra Utara dengan peserta 10.600 orang. Bila target 14.000 orang itu tercapai maka Sragen menjadi rekor nasional dalam deklarasi Kabupaten Literasi.

Tidak hanya anak-anak yang hadir, tetapi orang dewa pendamping anak, guru, dan UPTD (unit pelaksana teknis daerah) juga ikut meramaikan,” ujar Neni.

Dia menjelaskan teknis aksi membaca itu dilakukan dengan membentuk kelompok-kelompok di sepanjang Jl. Dr Sutomo hingga Jl. Raya Sukowati di Pendapa Rumdin Bupati Sragen.

Setiap kecamatan, kata dia, sudah ditentukan tempatnya sehingga akan bisa dengan mudah menghitungnya. “Setelah deklarasi selesai, baru tumpengen ageng dimulai,” tambah dia.

Aksi tersebut diprediksi hanya berlangsung selama 45 menit. Buku bacaan nonpelajaran, ujar dia, dibawa siswa dari rumah sendiri dan setelah aksi buku-buku itu akan disumbangkan ke sekolah mereka masing-masing.

Bagi warga umum yang ikut berpartisipasi, tambahnya, juga membawa buku sendiri yang nantinya akan disumbangkan ke Perpusda.

“Target maksimalnya ada 15.000 orang. Mereka nanti duduk di pinggir jalan. Jadi mungkin jalan akan ditutup pula. Bupati akan membacakan deklarasi di Alun-alun,” tambah dia

Labels:

Saturday, May 28, 2016

Avrist Kenalkan Literasi kepada Siswa SD

Avrist Kenalkan Literasi kepada Siswa SD.


Dunia Perpustakaan | Sejumlah siswa kelas 1-3 SD BPI Bandung menerima buku 'Petualanganku Bersama Avrist" di Perpustakaan SD BPI Jalan Halimun, Selasa (25/5). Buku tersebut persembahan dari PT Avrist sebagai kontribusi program edukasi literasi keuangan, khususnya asuransi.

Menurut Presiden Direktur Avrist Asuransi Perry M Diah, perusahaan memiliki program mengedukasi generasi muda dengan tema asuransi sejak dini. Pihaknya mendukung pendidik supaya mampu meningkatkan minat baca kepada generasi muda.

"Semua literasi, kalau dilakukan sejak dini, maka aplikasi ke depan akan mendalam. Kami mau ikut serta membuat generasi muda lebih advance soal finansial," kata Perry kepada wartawan usai kegiatan.

Buku bertema Asuransi Sejak Dini tersebut dibuat dengan materi komik yang disesuaikan peruntukan, yakni kelas 1-3 SD. Persembahan komik petualangan berdasarkan kajian supaya tema yang diusung sampai kepada anak-anak.

"Kami diberi saran, buku ada levelnya. Cerita yang disajikan diaplikasikan oleh tokoh bernama Ari. Tokoh Ari berada dalam sebuah keluarga yang kehidupannya tentu ada resiko. Lalu resiko itu kami aplikasikan dalam manfaat asuransi. Buku ini sederhana," ujarnya. Dikutip dari inilahkoran.com, [05/16].

Perry menyatakan, buku Petualanganku Bersama Avrist diberikan kepada 40 sekolah di seluruh Indonesia secara gratis. Selain Kota Bandung, sebelumnya program serupa digelar di Bogor, Medan, Jambi, Jogja, Semarang, Surabaya, Menado, Balikpapan, dan Makasar.

"Mari bersama-sama melaksanakan program edukasi literasi, khususnya asuransi, kepada masyarakat sejak dini demi memajukan kehidupan gemilang," ucapnya.

Kepala SD BPI Dyah Aryanti mengatakan, pemerintah sedang giat mengembangkan literasi karena minat baca anak menurun. Karena itu, perpustakaan berusaha keras mendongkrak dengan bantuan buku.

"Sekarang ada bantuan dari Avrist yang berisi edukasi asuransi. Mudah-mudahan anak-anak bisa membacanya untuk kehidupan yang masa datang," katanya.

Dyah mengakui, sekolah harus berupaya keras memfasilitasi anak supaya gemar membaca. BPI mencoba melengkapi buku sesuai usia dan minat.

"Ke depan kita ingin menjadikan perpustakaan digital. Kita manfaatkan gadget anak supaya mau membaca. Sekarang kan anak-anak membaca hanya terkait tugas. Kalau guru tidak kreatif, anak-anak akan habis minat membaca," tandasnya.

Selain itu, kata Dyah, BPI akan mengembangkan perpustakaan digital berbasis aplikasi. Siswa tinggal mengunduh buku yang diinginkan melalui google play.

"Tetapi kami tidak akan menghabiskan juga bukunya. Ruh sekolah itu buku dan baca. Mustahil berkembang kalau tidak ada buku," bebernya.

Labels:

Perpustakaan Daring di Tengah Pusaran Texting

Dunia Perpustakaan | Menurut data UNESCO, budaya literasi kita masih sangat rendah. Penyebab terjadinya hal ini, masih belum sepenuhnya jelas. Namun, pada kondisi seperti itu, justru muncul tren baru yang membawa bangsa ini kepada budaya yang baru juga.

Kelahiran berbagai macam variasi gadget, entah dalam bentuk tablet maupun smart phone, sudah mengubah gaya hidup kita. Restoran, yang seharusnya menjadi tempat keluarga dan kolega bersenda gurau, sudah menjadi sepi karena semua pelanggannya memainkan gadget masing-masing.

Gadget sudah menjauhkan kita dari buku, dan konsekuensinya menjauhkan kita juga dari perpustakaan. Apakah yang terjadi?

ilustrasi

Texting Tanpa Henti

Sejak lahirnya media sosial (medsos), justru budaya texting yang lahir, bukan literasi. Texting diartikan sebagai menggosip dan meracau di media sosial atau aplikasi chatting, yang merupakan kepanjangan tangan dari budaya lisan/oral.

Dalam satu sisi, texting kelihatan sangat berguna untuk menjalin silaturahmi dengan teman baru dan untuk kepentingan pekerjaan, iklan misalnya. Di sisi lain, texting tanpa kontrol sudah menghasilkan fitnah dan teror yang berkepanjangan.

Sudah sangat jamak kasus pemenjaraan dan kriminalisasi di Tanah Air, karena texting kebablasan di media sosial. Sedihnya, kondisi seperti ini sama sekali tidak memperbaiki budaya literasi kita, dan justru membuat semakin buruk.

Buku, yang merupakan salah satu sumber utama untuk melakukan verifikasi data, ditinggalkan sama sekali ketika medsos sedang panas karena twitwar berkepanjangan. Emosi yang sudah terbawa ketika twitwar, menjadikan verifikasi data dilupakan sama sekali.

Berdasarkan penelitian di Harvard, texting di medsos bisa menjadikan penggunanya kecanduan. Menipisnya kebiasaan melakukan riset dan verifikasi data pada sumber pustaka, tentu saja berakibat peran perpustakaan menjadi semakin di ujung tanduk. Untung saja, perpustakaan juga bertransformasi di era digital ini.

Perpustakaan Daring

Pemerintah kita sebenarnya tidak tinggal diam melihat kondisi ini. Untuk mengintegrasikan perpustakaan kepada web 2.0, maka diperkenalkanlah perpustakaan daring (e-library).

Perpustakaan nasional (perpusnas), yang merupakan pusat rujukan di negara ini terhadap perpustakaan, juga memiliki perpustakaan daring. Untuk bergabung, cukup mudah, yaitu mengakses tautan berikut http://keanggotaan.pnri.go.id/.

Fitur yang ditawarkan sangat menguntungkan terutama bagi siswa dan mahasiswa yang mengerjakan tugas sekolah atau kuliah. Perpusnas online telah berlangganan dengan berbagai jurnal berbayar dan indexing database seperti Proquest, SAGE, Taylor and Francis, EBSCO, Cambridge University Press, dan banyak lagi lainnya.

Jika hal ini disosialisasikan secara optimal, maka akan sangat banyak sekolah dan universitas yang terbantu karena bisa mengakses sumber pustaka terbaru dan aktual.

Kemudian, Pemda DKI merilis 'ijakarta', sebuah platform untuk perpustakaan digital. Aplikasinya dapat diunduh di https://ijakarta.id/. Inisiatif Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama ini patut dipuji dan ditiru oleh Pemda lain.

Hanya saja, memang ada satu kendala yang dihadapi perpustakaan daring ini. Apakah mereka dapat mengurangi budaya texting yang sudah merajalela ini? Atau justru tidak berdaya menghadapinya?

Saran berikut mungkin bisa membantu.

Paradoks Perpustakaan Daring dan Media Sosial

Di sini, justru kita jangan melawan budaya texting, namun harus kita manfaatkan demi kepentingan budaya literasi itu sendiri. Seakan seperti bersekongkol dengan 'musuh', namun sebenarnya tidak demikian.

Justru medsos dapat membantu untuk meningkatkan literasi, sepanjang yang digunakan adalah platform yang terspesialisasi. Kita mengenal Schoology dan Edomondo, media sosial kependidikan yang sudah umum digunakan oleh praktisi pendidik jarak jauh.

Budaya texting tidak sepenuhnya buruk, sepanjang bisa disalurkan kepada hal yang memang benar dan tepat. Mengembangkan modul pembelajaran, dan menggunakan fitur-fitur perpustakaan daring dari medsos kependidikan justru akan meningkatkan budaya literasi itu sendiri.

Sangat menarik jika perpustakaan daring tersebut ditautkan kepada mensos kependidikan. GUI dari aglomerasi tersebut dibuat menarik seperti windowing system milik MacOSX dan Windows.

Namun hal ini memerlukan komitmen sangat kuat dari pengembang perpustakaan daring dan juga komunitas pembaca maupun komunitas open source yang mendampinginya.

Jika inisiatif seperti ini tidak diupayakan, satu hal yang sangat dikhawatirkan bahwa akhirnya medsos konvensional (Facebook, Twitter, Instagram, dll) justru akan semakin mereduksi budaya literasi itu.

Satu hal yang penting, bahwa untuk mengubah budaya diperlukan suatu rekayasa sosial-budaya, tidak hanya rekayasa sistem/teknik informasi an sich saja.

Oleh karena itu, kontribusi ilmu desain/seni rupa misalnya, akan sangat bermanfaat untuk memperkuat integrasi perpustakaan daring dengan medsos. Kemudian pakar advertising/marketing sangat diperlukan untuk mensosialisasikan hal baru ini kepada segenap lapisan masyarakat.

Sumber: detik.com

Labels:

Tuesday, May 24, 2016

Perpustakaan Harus Jadi Gudang Informasi

Perpustakaan Harus Jadi Gudang Informasi.


Dunia Perpustakaan | Perpustakaan adalah guru sepanjang hayat. Selain sebagai sarana pendidikan yang memiliki segudang ilmu untuk dipelajari, perpustakaan juga harus mampu mengfungsikan diri sebagai gudang informasi.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Drs Rudiansyah Iden saat menjadi pembicara dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Perpustakaan Umum, Senin (16/5).

Menurutnya, perpustakaan sebagai lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi mempunyai peranan yang signifikan terhadap lembaga pendidikan serta masyarakat penggunan buku, khususnya para pelajar yang membutuhkan reperensi dari buku.

Upaya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas bisa melalui pendidikan formal dan nonformal atau wahana pendidikan sepanjang hayat seperti perpustakaan. SDM yang berkualitas haruslah menguasai ilmu, berwawasan luas, memiliki daya saing dan mempunyai jati diri yang kuat serta karakter yang baik.

“Perpustakaan menempati posisi yang lebih penting, karena tempat rekreasi yang konstruktif-edukatif selain di kelas. Karena itu, ruang perpustakaan adalah sarana prasarana yang sangat penting. Karena di sanalah para siswa dan siswi menimba ilmu dan mencari sumber ilmu yang belum diketahui sebelumnya,” ucapnya.

Dengan memaksimalkan peran perpustakaan, lanjutnya, diharapkan perpustakaan yang ada disekolah bisa menari atau mengajak siswa agar senantiasa terbiasa dengan aktifitas membaca, memahami pelajaran, mengerti maksud dari sebuah informasi dan ilmu pengetahuan, serta menghasilkan karya bermutu.

Dikutip dari tabengan.com, [05/16]. “Jadikanlah perpustakaan sebagai tempat belajar, karena di perpustakaanlah tempatnya buku-buku yang menyimpan berbagai catatan sebagai sumber ilmu dan menularkannya kepada peserta didik,” katanya.

Dalam membantu siswa untuk menghasilkan karya yang bermutu, perpustakaan tidak bisa bekerja sendiri. Dukungan sekolah, terutama melalui kebijakan pimpinan atau kepala sekolah dan guru-guru, akan memerlancar tugas/kebijakan yang akan dijalankan oleh pengelola perpustakaan sekolah.

Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan sekolah perlu dikelola oleh pustakawan dengan tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi terhadap layanan yang baik akan membuat para siswa betah dan nyaman belajar di perpustakaan.

Labels:

Potensi Literasi di Yogyakarta Sangat Besar

Potensi Literasi di Yogyakarta Sangat Besar.


Dunia Perpustakaan | Potensi literasi di DI Yogyakarta (DIY) sangat besar. DIY bukan hanya memliki banyak toko buku, tetap juga memiliki banyak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang dikelola dengan baik, perpustakaan yang banyak dan penerbit buku yang juga banyak.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY, Kadarmanto Baskoro Aji dalam Dialog Pendidikan Gerakan Literasi Nasional di Yogyakarta, Rabu (18/5).

Dialog sendiri diselenggarakan oleh Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dikutip dari republika.co.id, "Potensi literasi di Yogya sangat baik, ketersediaan buku juga banyak hanya saja peran ppenulis dan penerbit semakin kendor dalam upaya ini. Banyak penerbit yang menerbitkan buku pelajaran dan kurang buku diluar pelajaran," ujarnya.

Di Yogyakarta menurut Aji, gerakan literasi sudah berjalan dengan baik bahkan sebelum keluarnya ajakan Mendikbud untuk membaca minimal 15 menit sebelum pelajaran di sekolah. Karenanya dengan program baru Mendikbud tersebut, gerakan literasi di Yogyakarta siap melanjutkannya.

Semua desa di Yogyakarta kata dia, juga sudah menyiapkan perpustakaan desa. Ini juga dibantu dengan perpustakaan keliling dan kecukupan literasi melalui online juga sangat bagus di Yogyakarta.

Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendikbud, Asianto Sinambela mengatakan, gerakanm 15 menit membaca sebelum pelajaran yang dicanangkan Menteri Pendidikan akan efektif meningkatkan literasi masyarakat. Hal ini menurutnya juga harus diikuti di masyarakat dan di keluarga.

Dialog pendidikan yang digelar tersebutt bertujuan mencari masukan terkait pengembangan gerakan literasi di IIndonesia.
Dialog sendiri diikuti insan pendidikan di DIY baik guru, pengawas sekolah, dewan pendidikan, pengelola perpustakaan, pengelola TBM, penerbit, penulis dan gugus gerakan literasi.

Labels:

7 Situs Penyedia Buku Digital Gratis

7 Situs Penyedia Buku Digital Gratis.


Dunia Perpustakaan | Merujuk pada hasil survei UNESCO pada 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Sedangkan data Most Literate Nations in the World pada Maret 2016 merilis pemeringkatan literasi internasional yang menempatkan Indonesia berada di urutan ke-60 di antara total 61 negara. Sedangkan pada World Education Forum yang berada di bawah naungan PBB, Indonesia menempati posisi ke-69 dari 76 negara.

Penyebabnya rendahnya minat baca di Tanah Air sendiri beragam. Salah satunya dipengaruhi perkembangan teknologi yang memudahkan seseorang dalam mencari informasi. Keberadaan buku konvensional pun perlahan ditinggalkan lantaran orang malas ke toko buku atau perpustakaan.

Oleh karena itu, keberadaan buku digital menjadi solusi bagi masyarakat untuk tetap membaca, namun dengan cara yang lebih praktis. Sehingga, tidak ada alasan untuk tidak membaca.

Nah, jika kamu berencana mengoleksi berbagai buku digital, coba manfaatkan tujuh situs berikut ini untuk mengunduh buku-buku digital gratis, yang kami kutip dari okezone.com.

#1. Open Library


Open Library yang dapat diakses melalui openlibrary.org itu merupakan situs yang mengoleksi judul-judul buku dari Perpustakaan Congress, Amazon, dan beberapa perpustakaan lain yang berpartisipasi. Situs ini tak hanya menyediakan jutaan judul buku yang dapat diunduh dalam bentuk Adobe tetapi juga bekerjasama dengan perpustakaan dan penerbit untuk program buku pinjaman di BookReader, PDF, dan ePub formats.

#2. Amazon Kindle Store


Dengan situs ini, kamu bisa mencari di Amazone untuk melihat buku-buku gratis yang tersedia di Kindle. Beberapa buku yang tersedia, misalnya buku klasik karangan Jane Austen, Charles Dickens, dan James Joyce, juga beberapa buku roman, fiksi ilmiah, thriller, juga fantasi. Untuk dapat memanfaatkan situs ini, kamu harus memiliki Kindle atau perangkat yang memiliki aplikasi Kindle.

#3. Project Gutenberg


Situs ini bisa diakses melalui alamat gutenberg.org. Project Gutenberg sudah ada sejak tahun 70-an dan menjadi perpustakaan digital tertua. Sejauh ini, situs ini memiliki koleksi lebih dari 50 ribu judul buku yang dapat diunduh gratis dalam berbagai format, seperti free Kindle books, ePub books, plain text files, PDFs, dan masih banyak lagi.

#4. ManyBooks.net


Sama seperti Project Gutenberg, ManyBooks.net juga memiliki koleksi berbagai judul buku. Bedanya, fitur situs ini menawarkan pencarian yang lebih mudah dan tampilan yang lebih menarik. Melalui laman ini, terdapat beragam pilihan unduh, dari HTML, PDF, eReader, dan masih banyak lagi. Untuk mengetahui koleksi buku terbaru, cek Facebook atau media sosial lainnya dari ManyBooks.net.

#5. PDFgeni


Melalui PDFgeni, kamu bisa mengunduh berbagai kategori buku, termasuk majalah. Untuk mengakses buku digital, lakukan sign up terlebih dahulu bagi yang belum mendaftar.

#6. Free-ebooks


Situs yang diakses melalui alamat free-ebooks.net itu tidak jauh berbeda dengan PDFgeni. Untuk bisa mengunduh ebook gratis di dalamnya, kamu harus sign up atau log ini terlebih dahulu.

#7. Readprint


Readprint menjadi salah satu situs terbaik versi Majalah Time. Readprint menyediakan beragam ebook mulai dari esai, fiksi, hingga cerpen-cerpen populer dari seluruh dunia. alamat situs ini adalah readprint.com.

Labels:

8 Cara Unik Menata Buku di Rumah

Dunia Perpustakaan | Ada pepatah yang mengungkapkan "You are what you read". Yang Artinya, karakter seseorang dapat terlihat dari buku yang dibacanya. Tidak hanya itu, cara mengatur penyimpanan buku di rumah pun akan menunjukkan bagaimana kepribadian orang tersebut.

Jika anda pustakawan atau minimal pernah kuliah di jurusan ilmu perpustakaan, dalam menata buku tentunya anda akan disesuaikan dengan nomor klasifikasi dari buku tersebut.

Namun bagi orang umum kebanyakan yang memang belum tahu cara mengklasifikasikan berdasarkan nomor klasifikasi buku, maka biasanya mereka punya cara unik dan cara yang berbeda-beda saat menata buku.

ilustrasi

Beberapa orang mengatur buku-buku di rumahnya agar lebih praktis dan lebih mudah ketika mencarinya, sedangkan beberapa orang lain lebih fokus ke gaya penataan secara visual.

Temukan gaya mengorganisir buku di rumah yang dirangkum oleh goodhousekeeping.com dan rumah.com ini. Apakah sudah sesuai dengan karakter Anda?

#1. Urutan Abjad

Anda seseorang yang tradisional. Cara pengurutan ini sudah digunakan selama ratusan tahun di perpustakaan besar dan sudah terbukti efektif. Tidak ada hal lain yang dapat membahagiakan Anda selain menemukan buku dengan mudah ketika seorang teman ingin meminjamnya. Hal ini juga yang menunjukkan bahwa Anda menyukai buku-buku klasik seperti buku karangan Shakespeare dan F. Scott Fitzgerald.

#2. Susun Vertikal

Tidak hanya sepatu, tetapi buku juga bisa disusun secara vertikal. Anda mungkin melihatnya di majalah dekorasi rumah atau di internet bahwa menyusun sesuatu secara vertikal lebih rapi dan efisien daripada menyusunnya secara horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa Anda seseorang yang senang mengikuti tren terbaru.

#3. Subyek

Anda senang mengelompokkan buku berdasarkan tema? Hal ini untuk menghemat waktu ketika membutuhkan sebuah buku Anda tidak perlu mencarinya ke seluruh tempat.

Ketika di dapur Anda membutuhkan buku resep Anda bisa langsung mengambilnya di tempat yang sudah disediakan untuk menyimpan buku-buku resep tanpa harus membuang waktu untuk mencarinya ke seluruh lemari.

#4. Tahun Terbit

Anda seorang akademis yang senang mengelompokkan buku berdasarkan tahun diterbitkannya buku tersebut atau berdasarkan kejadian kronologis. Hal ini sangat membantu Anda untuk mencari buku-buku penting ketika mencari sebuah referensi berdasarkan tahun.

#5. Berdasarkan Warna

Menyusun buku berdasarkan warna bisa membuat efek visual yang menganggumkan di rumah. Anda adalah seseorang yang senang menjalani kehidupan dengan sepenuh hati dan senang menjadi pusat perhatian.

#6. Disusun Satu Tumpukan

Anda seseorang yang sangat santai, terutama dalam mengorganisir barang-barang Anda di rumah. Walaupun Anda merasa perlu untuk mengategorikan buku-buku tersebut, tetapi Anda tetap saja menyusunnya dalam satu tumpukan dan Anda pun tetap menjalani aktivitas harian seperti biasa.

#7. Di Semua Rak

Anda biasa dipanggil ‘kutu buku’ karena senang mengoleksi dan membaca banyak buku. Anda pun tidak keberatan untuk mendedikasikan satu ruangan khusus berisikan rak yang penuh dengan koleksi buku di rumah.

#8. Gadget/SmartPhone

Anda seseorang yang menyukai teknologi. Anda lebih nyaman membaca dan menyimpan buku dalam format e-book (versi elektronik sebuah buku) daripada membeli buku dalam bentuk asli.

Walaupun hal ini membuat Anda tidak bisa menunjukkan koleksi buku, tetapi hal ini membuat rumah Anda menjadi lebih rapi.

Labels:

Perpustakaan Merupakan Jendela Dunia

Perpustakaan Merupakan Jendela Dunia.


Dunia Perpustakaan | Perpustakaan merupakan jendela dunia, masyarakat bisa mengetahui dan memahami perkembangan jaman melalui membaca. Dengan gemar membaca akan menambah pengetahuan seseorang. Mereka yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, mereka yang sudah tahu menjadi lebih pintar.

Hal itu disampaikanya saat meresmikan gedung perpustakaan representatif dua lantai SMA N 1 Kaliwungu, kemarin. Kata dia, dengan gemar membaca termasuk datang ke perpustakaan, harus dimulai dari diri sendiri.

“Maka, bapak atau ibu guru di sekolah juga harus menjadi contoh dan siswa-siswi harus gemar membaca,” kata dia.

Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pengguntingan pita kepala dinas pendidikan.

Muryono mengungkapkan, seperti imbauan menteri, bahwa sekolah harus didesain seperti taman, sehingga bisa menjadikan anak lebih kreatif. Selain itu, menjadi lebih kritis dan anak-anak akan menjadi cerdas.

“Semoga, harapan saya, ke depan setiap satuan pendidikan dari SD hingga SMA/SMK memiliki perpustakaan yang representatif,” kata dia.

Kepala SMA 1 Kaliwungu Puji Hastuti, mengatakan, gedung perpustakaan dua lantai itu dibangun sejak tahun 2015. Pembangunannya dua tahap yakni tahap pertama pada 2015 untuk lantai satu dan tahap kedua pada 2016 untuk lantai dua.

Dikutip dari radarpekalongan.com, [23/05/16]. “Pembangunan perpustakaan yang representatif itu merupakan gagasan dari Ketua Komite SMA 1 Kaliwungu Mudjahirin Tohir,” ungkap dia.

Di ungkapkan, perpustakaan juga dilengkapi tujuh unit komputer lengkap dengan jaringan internet, sehingga akan semakin memudahkan pengunjung mengetahui peristiwa yang terjadi di luar negeri.

Sementara buku-buku yang tersedia beragam jenis mulai dari mata pelajaran, porto folio, buku agama, karya tulis, kamus hingga ensiklopedia.

Labels:

SLiMS Permudah Manajemen Perpustakaan

SLiMS Permudah Manajemen Perpustakaan.


Dunia Perpustakaan | Keberadaan aplikasi Senayan Library Management System (SLiMS) dirasakan sangat membantu dalam pengelolaan data perpustakaan di suatu tempat. Sehingga mengelola perpustakaan kini menjadi semakin mudah.

Misalnya saja dalam pendataan koleksi buku, pendataan member atau anggota, pendataan peminjam dan buku yang dipinjam, serta pendataan buku yang belum dikembalikan, kini semua bisa diketahui.

Hal tersebut diketahui dalam SLiMS Gathering Jateng 2016, yang digelar di Aula Akper Muhammadiyah Kendal, Sabtu (21/5). Tercatat setidaknya ada 108 peserta mengikuti kegiatan tersebut.

Ketua Panitia SLiMS Gathering Jateng 2016, Abdul Rohman, di sela-sela acara mengatakan, rata-rata peserta berasal dari pengurus perpustakaan sekolah dan mahasiswa jurusan perpustakaan dari wilayah Jateng, DIY, dan beberapa diantaranya dari luar pulau Jawa.

Menurut Abdul Rohman, masih banyak perpustakaan yang belum menggunakan aplikasi SLiMS ini. Padahal software aplikasi tersebut bisa didownload dengan gratis.

“Aplikasi Slims merupakan solusi otomasi perpustakaan yang memudahkan pengelolaan perpustakaan. Dengan SLiMS, bisa melakukan kegiatan input data bibliografi koleksi.

Sehingga otomatis bisa mencetak katalog buku, label buku, pemrosesan barcode, dan melakukan import-eksport file format excel,” ujarnya yang dikutip dari radarpekalongan.com, [23/05/16].

Labels:

Monday, May 23, 2016

Membangun Budaya Literasi dengan Pendekatan Kultural di Komunitas Adat

Membangun Budaya Literasi dengan Pendekatan Kultural di Komunitas Adat.


Dunia Perpustakaan | Masyarakat memiliki keragaman budaya, budaya itu berasal dari kata buddhi yang berarti akal, budaya masyarakat yang ada, dibentuk karena kebiasaan (kecerdasan/akal) dan fasilitas alam yang tersedia sebagai sumber kehidupan.

Budaya masyarakat merupakan beradapan turun temurun yang tidak lepas dari ilmu pengetahuan. Budaya itu adalah sebuah proses berfikir, yang dipengaruhi oleh agama(keyakinan hati), politik (aturan), bahasa (komunikasi), pakaian (perlindungan diri), bangunan (karya), seni (rasa). Budaya itu juga merupakan hasil karya, cipta dan rasa yang dimiliki manusia.

Literasi adalah keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.

Ada banyak cara untuk membentuk budaya literasi diantaranya (dekat, mudah, murah, senang, lanjut) :

  1. Pendekatan akses fasilitas baca (buku dan non buku)

  2. Kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan

  3. Murah / Tanpa biaya (gratis)

  4. Menyenangkan dengan segala keramahan

  5. Keberlanjutan / Continue / istiqomah


Namun sebenarnya upaya itu tidak cukup hanya dengan lima langkah, karena ada penjabaran yang lebih detail. Tidak sekedar ketersediaan fasilitas saja tapi ada cara bagaimana menjalin hubungan antar manusia sehingga hubungan tersebut akan mpengaruhi bagaimana suatu kelompok masyarakat bisa menerima dengan baik apa yang akan menjadi tujuan kita melakukan gerakan literasi.

Hubungan antar manusia itu bisa terjalin baik apabila ada komunikasi, komuikasi dan cara pendekatan yang baik akan bisa menjadi syarat bisa diterimanya fasilitas yang sengaja disediakan buat masyarakat tersebut. Perlu belajar sejarah untuk memasukkan sebuah “budaya baru” kepada kelompok masyarakat.

Dalam sejarah yang bisa kita pelajari adalah masuknya Islam di Indonesia, bagaimana seorang Wali mengajarkan Islam melalui budaya masyarakat. Contoh gamelan sebagai alat musik digunakan untuk syiar Islam, memasukkan ajaran ajaran Islam melalui penciptaan lagu, seperti lagu Lir liri.

Penggunaan bedug adalah alat yang digunakan sebagai penanda waktu sholad. Selamatan itu merupakan cara untuk mengajarkan masyarakat memberikan sodakhoh dalam bentuk makanan tapi dikemasnya dengan menggunakan budaya atau kebiasaan masyarakat yang selama ini biasa dilakukan oleh komunitas Hindu.

Trik trik yang perlu dilakukan dalam pengembangan budaya literasi melalui pendekatan kultural bagi seorang pustakawan yang merupakan garis depan dalam perjuangan pencerdasan masyarakat maka ada beberapa hal yang perlu diingat diantaranya adalah :

  1. Kenali budaya/ kebiasaan masyarakat lokal (tradisi/kebiasaan)

  2. Kenali tokoh masyarakat (memiliki pengaruh/kepala suku/pemuka agama/kepala desa)

  3. Kenali fasilitas yang ada di masyarakat, (fasilitas umum)

  4. Kenali alam dan kondisi lingkungan (alam, geografis, lingkungan, potensi)

  5. Kenali kearifan lokal : (petuah, aturan)


Lakukan pendekatan secara bertahap dengan berbagai cara diantaranya :

  1. Sosialiasi : penyampaian niatan dan kegiatan yang akan disediakan buat masyarakat, cara cara akses buku, aturan dan kebijakan yang akan menyertai, dan semua apa yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

  2. Partisipasi : keterlibatan masyarakat secara aktif di setiap kegiatan, termasuk kemungkinan menjadi donatur bagi keberlangsungan Taman Belajar Masyarakat (TBM).

  3. Silaturahmi : menjalin keakraban antar masyarakat dan tokoh masyarakat, tidak saja untuk sosialisasi tapi untuk kepeluan lainnya, memahami karakter masyarakat, mendapatkan dana, dan mendapatkan dukungan, banyak yang bisa dilakukan saat silaturahmi.


Buatlah kerangka acuan dengan disertai target dan rencana program, dengan menyertakan masyarakat untuk membuatnya apa yang akan di capai dengan fasilitas yang tersedia, untuk membudayakan baca dan tulis. Apa yang sudah dilakukan akan perlu di tinjau ulang untuk melihat tingkat keberhasilannya, dengan tujuan mengatur strategi pendekatan di kemudian hari untuk mencapai tujuan.

Ingat jangan paksa masyarakat membaca jika itu belum menjadi budaya. Masuklah mengikuti budaya yang ada, perlahan tapi pasti “membiasakan membaca” akan mudah bagi masyarakat jika kita sudah mengenal budayanya, kita sudah mengenal tokoh masyarakat, kita sertakan partisipasi masyarakat. Perlu keahlian khusus bagi pustakawan jika memang tujuan mencerdasakan masyarakat melalui TBM.

Sumber: triniharyanti.id

Labels: ,

Perpustakaan SMA 1 Kaliwungu Diresmikan

Perpustakaan SMA 1 Kaliwungu Diresmikan.


Dunia Perpustakaan | Gedung perpustakaan SMA 1 Kaliwungu diresmikan penggunaannya oleh Kepala Dinas Pendidikan Kendal Muryono, belum lama ini. Sebelumnya perpustakaan yang dimiliki kurang representatif.

Pihaknya sekolah lantas membangun gedung baru perpustakaan dengan dua lantai sehingga lebih representatif dan membuat nyaman pengunjungnya.

Peresmian ditandai dengan penandatangan prasasti dan pengguntingan pita kepala dinas pendidikan. Muryono mengatakan, perpustakaan merupakan jendela dunia. Masyarakat bisa mengetahui dan memahami perkembangan zaman melalui membaca.

Dengan gemar membaca akan menambah pengetahuan seseorang. Mereka yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu, mereka yang sudah tahu menjadi lebih pintar. Dikatakan, gemar membaca termasuk datang ke perpustakaan, harus dimulai dari diri sendiri.

‘’Bapak atau ibu guru di sekolah juga harus menjadi contoh. Siswa-siswi harus gemar membaca, seperti imbauan menteri sekolah harus didesain seperti taman, sehingga bisa menjadikan anak lebih kreatif.

Selain itu, menjadi lebih kritis dan anak-anak akan menjadi cerdas. Saya berharap berharap ke depan setiap satuan pendidikan dari SD hingga SMA/SMK memiliki perpustakaan yang representatif,’’ kata dia. Dikutip dari suaramerdeka.com  [23/0516].

Jaringan Internet


Kepala SMA 1 Kaliwungu Puji Hastuti mengatakan, gedung perpustakaan dua lantai itu dibangun sejak tahun 2015.

Pembangunannya dua tahap yakni tahap pertama pada 2015 untuk lantai satu dan tahap kedua pada 2016 untuk lantai dua. Pembangunan perpustakaan yang representatif itu merupakan gagasan dari Ketua Komite SMA 1 Kaliwungu Mudjahirin Tohir.

Perpustakaan tersebut juga dilengkapi tujuh unit komputer lengkap dengan jaringan internet, sehingga akan semakin memudahkan pengunjung mengetahui peristiwa yang terjadi di luar negeri.

Labels:

Saturday, May 21, 2016

Perlu Lebih Banyak Lagi Penggiat Literasi di Daerah

Perlu Lebih Banyak Lagi Penggiat Literasi di Daerah.


Dunia Perpustakaan | Kabid Pengkajian dan Pemasyarakatan Minat Baca, Nani Suryani berharap lebih banyak lagi penggiat literasi di daerah seperti, Ridwan Sururi dengan Kudapustaka Gunung Slamet di Purbalingga, juga Muhammad Ridwan Alimuddin sebagai penggagas perahu pustaka Pattingalloang yang menebar virus membaca ke pulau-pulau terpencil.

Dia mengatakan rendahnya minat baca berkaitan langsung dengan minimnya akses untuk mendapatkan bahan bacaan. Selama ini akses bahan bacaan baru tersebar di perkotaan, tetapi belum sampai ke pelosok Tanah Air.

Dikutip dari bisnis.com, [21/05/16]. “Meski akses perpustakaan desa sudah menjangkau ke 21.000an desa, tetapi tidak dapat menjangkau seluruhnya. Kehadiran penggiat literasi di daerah sangat membantu upaya peningkatan minat baca,” katanya.

Plt Kepala Perpustakaan Nasional Dedi Junaedi menyebutkan terdapat 21.281 perpustakaan desa dari 81.253 desa per April 2015. Dia mengakui masih banyak masyarakat yang belum terjangkau akses buku hingga ke desa-desa. Padahal, ketika buku dekat dengan warga desa, antusiasme mereka untuk membaca terhitung besar.

"Minat baca masih rendah di daerah terpencil. Sebagian masih buta aksara. Jika tumbuh budaya baca akan menambah wawasan dan makin cerdas," tuturnya.

Adapun, Perpustakaan Nasional kini telah mengembangkan perpustakaan digital agar dapat diakses masyarakat dari berbagai daerah. Saat ini tersedia koleksi 20.000 E-Book dan 177.000 Jurnal yang dapat diakses secara gratis. Sedangkan, koleksi buku fisik sebanyak 4,9 juta eksemplar bekerja sama dengan 300 lembaga.

Labels:

Buku Harian Berusia 200 Tahun Ditemukan di Toko Buku Bekas

Buku Harian Berusia 200 Tahun Ditemukan di Toko Buku Bekas.


Dunia Perpustakaan | Sebuah buku harian atau jurnal yang diduga berasal dari masa Perang Napoleon ditemukan ditumpukan buku-buku bekas milik sebuah toko buku bekas di Hobart.

Buku harian atau jurnal kecil itu ditulis oleh John Squire, seorang perwira tentara dan insinyur kerajaan Inggris yang melayani Duke of Wellington antara tahun 1810 dan 1812 selama Perang Peninsula.

Richard Sprent, pemilik toko buku bekas Cracked and Spineless mengaku dia tidak tahu sama sekali mengenai keberadaan buku harian itu sampai ketika dia membiarkan seorang pembeli melihat-lihat sendiri tumpukan buku bekas di lemari penyimpanan di tokonya.

"Buku jurnal itu benar-benar terkubur di salah satu sudut kecil dari toko Saya yang sudah lama sekali tidak pernah kami hampiri," katanya.

"Ketika akhirnya memeriksa sudut itu, kami mendapati buku itu dan terkejut, 'Wow, buku ini menarik sekali, Ia lalu kemudian melihat dan melakukan penelitian kecil terhadap buku tersebut dan mendapati ternyata buku itu luar biasa menarik,"

Squire dikenal sebagai penulis buku harian dan mendokumentasikan kehidupan dan pengalamannya di Wellington selama berlangsungnya Perang Peninsula.

Ia terlibat dalam dua peristiwa pengepungan dari Badajoz antara Mei dan Juni 1811 - sebagaimana tercantum dalam waktu dan tanggal dalam jurnal tersebut. "Jurnal khusus ini dari ditulis antara Bulan Mei hingga Juli tahun 1811," kata pemilik toko buku bekas, Mike Gray.

"Wellington disebutkan Squire dua kali dalam berita-berita di periode Mei-Juni [1811]." Jurnal itu tampaknya ditulis dengan tangan, lengkap dengan gambar diagram terowongan bawah tanah dan seluruh rencana pertempuran serta catatan mengenai cuaca dan kejadian hari itu.

Mike Gray dan Sprent sempat mengira buku itu palsu. "Hal itu sempat terlintas di pikiran Kami, tapi jelas terlihat sepertinya buku itu bukan hanya coretan kecil dari buku harian dari pria ini yang ditulis pada tahun 1811," kata Gray.

"Salah satu cara untuk menguji keasliannya adalah dengan mencipratkan sedikit air dibeberapa tinta di buku ini dan melihat apakah akan merembes atau tidak?

"Dan buku ini ternyata asli setelah diuji dengan cara seperti itu dan bukan juga salinan," Sprent mengatakan mereka menemukan buku ini beberapa pekan lalu dan berusaha mencari seseorang untuk memastikan keaslian buku harian tersebut.

"Kami berusaha menghubungi beberapa orang namun tidak ada yang muncul, jadi kemarin Saya mengunggahnya ke Facebook dan hari ini sudah ada beberapa orang dari museum di seluruh dunia yang menyatakan sangat tertarik untuk melihat buku jurnal tersebut. Tentu saja kami ingin sekali ada seseorang yang bisa meneliti lebih jauh buku ini untuk mengetahui apa sebenarnya yang kami dapatkan," kata Sprent.

Sprent mengaku dia tengah menantikan kedatangan seorang akademisi sejarah Eropa yang hendak menelaah buku jurnal tersebut pekan ini.

Dirinya juga sudah dihubungi oleh orang-orang yang bersedia membeli jurnal tersebut dengan imbalan sejumlah uang.

"Telepon Saya terus berbunyi selama 24 jam terakhir, kami memang memiliki usaha kecil dan berminat untuk menjualnya. Tapi di saat yang sama, kami juga hendak melihat buku ini bisa dipelihara oleh orang atau lembaga yang semestinya.

"Kami tidak ingin buku ini menjadi tergeletak tak tersentuh atau tidak bisa diakses sama sekali karena menjadi milik pribadi seseorang, seperti kondisi buku itu selama ini di toko kami," pungkas dia.

Buku harian berusia 200 tahun itu ditemukan diantara tumpukan buku lama yang telah dimiliki toko buku itu selama bertahun-tahun oleh pemilik sebelumnya dari toko buku tersebut, tapi tidak ada yang mengetahui dari mana dia mendapatkan buku-buku tersebut.

Gray mengatakan sejak penemuan buku jurnal itu, Dia jadi rajin melihat dan memeriksa koleksi buku di tokonya hanya untuk mencari tahu kemungkinan Ia menemukan kembali buku langka lain yang menarik seperti buku jurnal tersebut.

Sumber : detik.com

Labels:

Mengenang Bung Karno, Sosok yang Gemar Membaca

Dunia Perpustakaan | Ir. Soekarno (Bung Karno) sang proklamator dan sekaligus presiden pertama di Indonesia ini adalah sosok pemimpin besar. Putra Sang Fajar ini sangat kharismatik, berwibawa, tegas, nasionalis, hingga revolusioner.

Semangat dan jiwa Nasionalisme tidak pernah pudar saat menorehkan dan memperjuangkan Indonesia hingga menjadi negara yang berdaulat, bahkan menjadi negara yang disegani oleh bangsa lain.

Bung Karno dikenal sebagai salah satu sosok yang menguasai informasi dan pengetahuan demi terwujudnya sebuah negara bangsa, ujar Sekretaris Jenderal Asia Africa Reading Club, Adew Habsta.

Dia mengatakan Bung Karno juga tergolong orang yang membaca segala hal dengan tertib, runut dan berakar pada khazanah budaya bangsanya. Terlebih dalam merumuskan landasan ideal dan pandangan hidup sebuah bangsa.

Hal ini Adew ungkapkan di sela gelaran tadarus buku bertema “Menjadi Bangsa Pembaca” bersama Perpustakaan MPR RI di Bandung, Jumat, seperti dalam keterangan tertulis MPR.

“Dari pengamatan yang mendalam terhadap segala kenyataan zaman saat itu, melalui pembacaan dan pengembaraan yang intens atas teks yang berkutat pada roh kebangsaan, maka dengan sendirinya telah menghimpun pelbagai gagasan pemikiran ihwal yang menjadi landasan kekuatan dalam gerak hidup berbangsa dan bermasyarakat," tutur dia.

"Dan kehadiran Pancasila kiranya menjadi panduan dalam berpola yang lebih terarah. Bung Karno telah menjadi juru bicara paling jitu untuk kebersatuan negeri yang luas ini,” kata Adew. Yang dikutip dari antaranews.com  [20/05/16].

Kegiatan Presiden Sukarno saat sedang meninjau pameran buku | Foto: wiki.archive.id

Menurut dia, menjadi bangsa pembaca dengan kebangkitan nasional mempunyai kaitan yang tentu saja sangat lekat.

“Mana mungkin seseorang akan bangkit, tanpa ada upaya pembacaan atas diri dan lingkungan sekitarnya. Membaca menjadi salah satu cara yg ampuh untuk memetakan diri, menempatkan minat, memunculkan potensi, lebih jauh menumbuhkan motivasi demi prestasi terbaik," kata penggiat literasi dan kepustakaan di kalangan remaja, pemuda dan dewasa itu.

Selain itu, lanjut dia, tanpa membaca, mustahil semua orang akan mengenal dirinya, pun identitas kebangsaannya.

“Tak ada pilihan lain, jika memang hendak bangkit bersama menuju peradaban yg lebih mulia, maka membaca kiranya menjelma sebentuk ikhtiar yang berkomitmen dan konsisten dalam menjaga diri dan keutuhan tatanan bangsa,” pungkas Adew.

Labels: ,

Friday, May 20, 2016

Perhatian Pemerintah Terhadap Pustakawan Masih Minim

Perhatian Pemerintah Terhadap Pustakawan Masih Minim.


Dunia Perpustakaan | Perhatian pemerintah terhadap para pustakawan, utamanya yang bertugas di sekolah, masih terbilang minim. Upah yang mereka terima masih jauh dari harapan. Padahal, perannya untuk mencerdaskan bangsa tak bisa dianggap remeh.

Hal itu mencuat dalam Seminar Perpustakaan dengan tema Menebar Energi Positif melalui Gerakan Literasi Sekolah, di Pendapa Kabupaten Klaten, Kamis (19/5). Seminar itu diadakan Dinas Pendidikan (Disdik) bekerjasama dengan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI)  setempat.

Salah satu pembicara, Yusron Aminulloh mengatakan, para pustakawan secara menyeluruh melakukan aksi perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan. Menurutnya, perlu ada tunjangan profesional bagi tenaga literasi atau perpustakaan.

“Namun untuk sementara, gaji atau tunjangan bagi tenaga perpustakaan yang kecil, jangan menyurutkan semangat pengabdian,”ujarnya,

Gerakan untuk mengubah nasib itu akan dibawa ke ATPUSI Pusat di Jakarta, agar nantinya disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Menurutnya, pemerintah tak adil karena membedakan profesi pustakawan dengan guru. Padahal, keduanya sama-sama memiliki tugas mencerdaskan anak bangsa.

Selama ini, guru mendapat tunjangan sertifikasi dan lainnya, sedangkan pustakawan tak pernah mendapat perhatian kesejahteraan meski telah bekerja dengan baik.

Dikutip dari sumber joglosemar.com, [20/05/16]. “Kalau melihat perkembangan guru dengan tingkat kesejahteraannya saat ini, saya berharap pustakawan suatu hari juga bisa seperti itu,” ungkapnya.

Sementara Ketua ATPUSI Klaten, Samento mengatakan, keberadaan tenaga literasi atau tenaga perpustakaan diharapkan bisa membawa energi positif bagi kemajuan sekolah. Dia pun berharap kesejahteraan mereka turut meningkat.

Saat ini Anggota ATPUSI Klaten mencapai 300 pustakawan. Hampir semua SD di Klaten sudah memiliki perpustakaan.

“Namun koleksi perpustakaan rata-rata masih minim, sekitar 300 buku. Padahal, idealnya perpustakaan sekolah memiliki 1.000 koleksi buku,” ungkapnya.

Labels:

Thursday, May 19, 2016

Aktivis PMII Gelar Aksi Baca Buku di Alun-Alun

Aktivis PMII Gelar Aksi Baca Buku di Alun-Alun.


Dunia Perpustakaan |Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melakukan sosialisasi gemar membaca di Alun-Alun Sidoarjo.

Sosialisasi dalam bentuk aksi membaca buku ini dimaksudkan untuk memperingati Hari Buku Nasional sekaligus mengajak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo ikut mendukung upaya gemar membaca dengan mendirikan perpustakaan di tempat-tempat publik seperti aluin-alun.

Hari buku nasional yang merujuk pada awal mula berdirnya PNRI (Perpustakaan Nasional Republik Indonesia) di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1980 silam ini, dijadikan momentum oleh PMII komisariat lintang songo Unusida.

”Berbicara tentang perpustakaan adalah dimana masyarakat bisa menikmati membaca buku , Sidoarjo saat ini sangat kekurangan tempat membaca karena hanya berpacu pada perpusda saja,” ungkap Haidar selaku korlap acara itu, Selasa (17/5) malam.

Haidar juga menyebutkan, seharusnya Pemkab Sidoarjo bisa bekerjasama dengan SKPD yang mempunyai ruang publik untuk bisa membuat taman bacaan menumbuhkan budaya literasi.

”Kualitas atau mutu pendidikan bisa dibangun dengan budaya literasi sehingga harus dilakukan secara sporadis pada semua tempat untuk akses pada buku,” cetusnya dikutip dari beritametro.co.id  [19/05/16].

Dia berharap, bisa melihat masyarakat membaca di tempat-tempat strategis khususnya di taman yang ada di Sidoarjo.
Acara yang di laksanakan di tengah Alun-Alun Sidoarjo ini menarik pengunjung alun-alun Sidoarjo ikut membaca karena menyajikan buku dan suasana yang menyenangkan.

Labels:

Wednesday, May 18, 2016

Mendongkrak Minat Baca dengan Buku Digital

Mendongkrak Minat Baca dengan Buku Digital.


Dunia Perpustakaan | Saat ini hampir semua aktivitas bisa kita nikmati melalui gadget, termasuk membaca. Kegiatan ini juga didukung dengan kian banyaknya buku digital yang dapat diunduh gratis.

Deputi bidang pengembangan perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Woro Titi Haryanti menilai, apa pun jenis bacaan, sebenarnya bisa meningkatkan minat baca masyarakat.

"Termasuk membaca melalui buku digital. Karena dengan begitu berarti mereka ada aktivitas membaca buku," ujar Woro di Perpusnas, seperti dikutip dari okezone.com, [17/05/16].

Meski begitu, imbuh Woro, mengukur minat baca seseorang baru bisa dilakukan jika orang tersebut membaca secara terus menerus. Bukan kegiatan membaca yang hanya dilakukan sesekali.

"Misalnya, kita ukur dalam seminggu biasanya menghabiskan waktu berapa lama untuk membaca. Lalu juga berapa halaman buku yang bisa habis dalam seminggu. Itu bisa dibuat ukuran," paparnya.

Kemajuan teknologi mendorong perubahan buku ke era digital. Perpustakaan Nasional pun beradaptasi dengan memberikan layanan buku dan jurnal digital.

"Perpusnas memiliki 20 ribu e-book dan 170 ribu e-journal yang dapat diunduh gratis," jelas Woro.

Selain itu, dalam menggalakkan minat baca di daerah-daerah, Perpustakaan Nasional juga membantu berbagai desa di Tanah Air untuk membangun perpustakaan. Terhitung hingga April 2015, sudah ada 21.281 perpustakaan yang masuk ke desa.

Labels:

Tuesday, May 17, 2016

Mendikbud: Jangan Lewatkan Hari Tanpa Membaca

Mendikbud: Jangan Lewatkan Hari Tanpa Membaca.


Dunia Perpustakaan | Membaca merupakan hal yang sangat menyenangkan, dengan membaca kita juga dapat mengetahui hal-hal baru yang terdapat di luar sana. Karena masyarakat Indonesia budaya membaca dan menulis masih kalah, dari negara-negara tetangga.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberi pesan kepada para siswa, agar jangan sampai melewatkan membac buku.

Anies Baswedan mengingatkan para siswa agar jangan melewatkan hari begitu saja, tanpa membaca dan menulis.

"Adik-adik sekalian harus membuat target mingguan, berapa banyak buku yang dibaca, dan berapa yang sudah kalian tuangkan dalam bentuk tulisan," ujarnya saat berkunjung ke SMP 1 Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Selasa.

Ia mengatakan, untuk menjadi generasi muda yang cermerlang itu harus banyak membaca dan menulis, serta membiasakan kegiatan keduanya dalam keseharian.

Dikutip dari antaranews.com, [17/05/16]. "Kalian hanya biasa menulis lewat SMS atau WA saja, tetapi biasakan mengarang dan menulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan," ujarnya.

Ia mengatakan, lomba literasi yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Bangka Tengah sangat bagus untuk menumbuhkan minat baca generasi muda.

"Untuk bisa menulis dan membaca itu harus dibiasakan, tidak hanya gemar saja tetapi harus membiasakan diri karena dengan terbiasa maka jadi bisa," ujar Anis.

Ia juga berpesan kepada siswa lebih sering mengunjungi perpustakaan mencari buku untuk literatur.

"Saya juga berpesan kepada adik-adik mengikuti kegiatan organisasi sekolah seperti OSIS dan kegiatan di luar sekolah juga," ujarnya.

Ia mengatakan, siswa itu tidak hanya belajar di dalam kelas saja tetapi juga di luar kelas belajar bermasyarakat dan bersosialisasi.

"Jangan nilai siswa hanya tinggi di sekolah saja, tetapi nilainya juga tinggi di luar kelas, sehingga anak Bangka Tengah menjadi generasi muda yang cemerlang," ujarnya.

Labels:

Kadisdik Aceh Ajak Siswa Gemar Membaca

Kadisdik Aceh Ajak Siswa Gemar Membaca.


Dunia Perpustakaan | Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Hasanuddin Darjo mengajak siswa di Subulussalam agar gemar membaca buku dan berkunjung ke perpustakaan.

“Karena buku adalah gudang ilmu, kalau mau pintar mari membaca dan membaca tidak ada biaya,” kata Hasanuddin Darjo saat berpidato di hadapan puluhan siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Subulussalam, Senin (16/5).

Hasanuddin menjelaskan salah satu sumber ilmu yang sangat mudah adalah buku. Karenanya siswa di Subulussalam diminta untuk membiasakan diri dengan membaca.

Menurutnya dengan banyak membaca akan membuat manusia menjadi cerdas dan wawasan bertambah luas. Dia juga menyampaikan pesan Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah yang isinya:“Ayo membaca, ayo belajar, ayo bekerja, Aceh pasti bisa”, katanya.

Dikutip dari tribunnews.com, [17/05/16]. Lalu dia lanjutkan, “Kalau mau pintar ayo membaca, membaca itu mudah dan murah,” ujar Hasanuddin.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Subulussalam Irwan Yasin mengatakan Hasanuddin Darjo mengunjungi Subulussalam dalam rangka meninjau pelaksanaan ujian murid SD di Kota Sada Kata itu.

Sebelumnya, Hasanuddin juga mengunjungi SDN Belukur Makmur, Kecamatan Runding. Dia juga menjadi Pembina upacara di Sekolah Menengah Unggul (SMU) Subulussalam, Desa Sikalondang, Kecamatan Simpang Kiri.

Irwan Yasin berharap kehadiran Hasanuddin Darjo dapat meningkatkan program pembangunan pendidikan di Subulussalam. Sebab, katanya, ada banyak kebutuhan dalam hal pendidikan di wilayah itu baik sarana maupun prasarana seperti gedung baru, sekolah baru, perpustakan termasuk perguruan tinggi dan beasiswa.

Hal yang paling penting, kata Irwan, menyangkut bus sekolah bagi pelajar di wilayah pelosok. Menurut Irwan setidaknya Subulussalam membutuhkan empat bus di setiap kecamatan untuk mengangkut para pelajar. Terutama di Kecamatan Longkib, Runding, Penanggalan dan Sultan Daulat.

Di kawasan ini masih ada desa yang anak-anaknya berjalan puluhan kilometer seperti siswa di Sepang harus ke Singkohor, Kecamatan Singkohor Aceh Singkil.

“Itu di Sepang anak-anak sekolah ke Aceh Singkil karena di situ paling dekat, makanya butuh bus sekolah, kita harapkan Pak Kadisdik Aceh bisa menyampaikan kepada gubernur untuk pengadaan bus bagi siswa ini.

Labels:

Selamat Hari Buku Nasional! Mari Menumbuhkan & Meningkatkan Minat Baca

Selamat Hari Buku Nasional! Mari Menumbuhkan & Meningkatkan Minat Baca.


Dunia Perpustakaan | Selamat Hari Buku Nasional! Bagi yang belum tahu, hari ini atau setiap 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Meski bukan menjadi peringatan yang masif, momen Hari Buku Nasional selalu menarik dibahas, terutama jika dikaitkan dengan perkembangan buku dan minat baca.

Pada era digital saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa perpustakaan dan toko buku perlahan semakin ditinggalkan. Semua sudah serba online, begitu juga dalam hal membaca.

Kebanyakan masyarakat lebih memilih mencari informasi melalui gadget dibanding dari buku konvensional. Meskipun bagi pecinta buku, keberadaan buku konvensional tidak akan tergantikan.

Membaca, baik melalui buku digital maupun buku konvensional sejatinya sama saja. Kedua cara tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangan sendiri.

Misalnya, membaca buku digital lebih praktis dan ekonomis, namun membuat pembaca cepat jenuh lantaran terlalu lama menatap layar. Sedangkan membaca buku konvensional lebih leluasa, tetapi cukup banyak merogoh kocek atau harus menyempatkan diri pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku.

Oleh sebab itu, peringatan Hari Buku Nasional bukanlah soal jenis buku, melainkan menumbuhkan dan meningkatkan minat baca. Pasalnya, fakta yang terjadi minat baca orang Indonesia masih rendah.

Hasil survei UNESCO pada 2011 menunjukkan, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1.000 penduduk yang masih 'mau' membaca buku secara serius.

Bahkan, Most Literate Nations in the World pada Maret 2016 merilis pemeringkatan literasi internasional yang menempatkan Indonesia berada di urutan ke-60 di antara total 61 negara.

Sedangkan pada World Education Forum yang berada di bawah naungan PBB, Indonesia menempati posisi ke-69 dari 76 negara.

Sadar bahwa membaca menjadi jendela dunia yang membuka wawasan anak bangsa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) turut mencanangkan program 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum memulai pelajaran di sekolah melalui Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015.

Dikutip dari okezone.com, [17/05/16]. Menurut Mendikbud Anies Baswedan, program tersebut merupakan usaha menumbuhkan minat baca. Sebab, menumbuhkan minat baca tidak cukup dengan menurunkan pajak dan harga buku, tetapi juga harus bisa mendorong peningkatan permintaan atas buku.

Labels:

Peringati Hari Buku Nasional, Ratusan Siswa SMP 12 Muhammadiyah Gresik Baca Buku Massal

Peringati Hari Buku Nasional, Ratusan Siswa SMP 12 Muhammadiyah Gresik Baca Buku Massal.


Dunia Perpustakaan | Ratusan siswa SMP 12 Muhammadiyah Gresik memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei 2016, dengan membaca buku beramai-ramai di halaman sekolah, Senin (16/5).

Kendati agenda ini baru pertama digelar, namun mereka seakan larut dalam alur cerita buku yang masing-masing dibawa dari rumah kendati waktunya hanya dibatasi 15 menit.

“Ini hanya peringatan serta ajakan kepada masyarakat untuk mencintai kegiatan membaca,” kata Kepala SMP 12 Muhammadiyah GKB, Hari Widianto, penanggung jawab acara yang dikemas dengan label ''Lautan Buku''.



Hari buku Nasional ini diharapkan dapat meningkatkan dan melestarikan budaya membaca buku, karena dengan terciptanya budaya membaca yang baik dan teratur maka ilmu pengetahuan akan semakin bertambah.



Dikutip dari beritametro.com, [1 7/05/16]. Rihanna salah satu siswa yang ikut acara, menilai realitas Indonesia saat ini masih minim minat membaca. “Anak-anak Indonesia kini lebih gemar menghabiskan waktunya dengan smartphone dan gadget-nya ketimbang membaca buku. Fenomema ini memang terjadi di sekitar kita,” terangnya.



“Bahkan tak jarang, adik-adik yang masih SD lebih senang menghabiskan waktunya untuk Instagram-an, Facebook-an, atau menonton Youtube, update status, mention, retweet dan lain-lain,” sindir Duta Baca Kabupaten Gresik tersebut.



Rihanna menambahkan bahwa budaya pop yang telah menggurita ini membuat banyak kalangan muda menjadi malas untuk membaca buku. Ironisnya, perpustakaan yang seharusnya digunakan para siswa untuk mencari buku-buku referensi justru sangat jarang sekali dikunjungi.



Mereka lebih senang main gadget atau nongkrong bersama teman-temannya. Sedikit sekali yang menghabiskan sebagian waktunya untuk membaca lembaran-lembaran tulisan yang penuh dengan ilmu pengetahuan tersebut.



“Padahal dengan membaca buku akan banyak informasi yang bisa didapatkan dan lebih komprehensif. Melalui hari buku Nasional ini, mari kita kembali melestarikan budaya membaca buku. Bersama-sama kita kembalikan budaya membaca di lingkungan sekitar kita,” pungkasnya.

Labels:

Pengunjung Perpustakaan Lebih Banyak Membaca di Laptop Ketimbang Buku

Pengunjung Perpustakaan Lebih Banyak Membaca di Laptop Ketimbang Buku.


Dunia Perpustakaan | Suasana di ruang baca perpustakaan Provinsi Jambi hening layaknya perpustakaan pada umumnya. Sesekali ada pengunjung yang berbicara namun suaranya lirih bersanding gesekan kaki dan meja pertanda ketenangan harus tetap dijaga.

Senin (16/5) pengunjung memang cukup banyak hampir setiap meja coklat dan kursi warna biru ini penuh terisi. Ada yang bersama rekannya, sendirian dan diantaranya juga menggunakan jas almamater kampus.

Mengingatkan sepuluh tahun lalu di perpustakaan teman yang ada di depan mata hanyalah tumpukan buku dan catatan kecil jika takut kelupaan materi yang akan dicari.

Kini buku telah ada pesaingnya, yakni seperangkat laptop yang mungkin berkorelasi dengan buku milik perpustakaan itu.

Kebanyakan pengunjung pagi ini membawa laptop, ada yang mengetik sesuatu dari buku yang dibacanya, ada yang memandangi laptopnya sambil menyandarkan kepalanya di meja dan ada yang saling lempar senyum dengan pasangannya.

Dikutip dari tribunnwes.com, Mereka yang paham suhu di Kota Jambi sedang panas memilih membelakangi air cooler dengan membolak balikan lembaran buku.

Apapun yang mereka ceritakan dengan laptop mereka menjadi sebuah alasan jika perpustakaan tetaplah ramai dikunjungi meskipun pagi dengan panas menyengat ini bukanlah hari libur.

Saya pun melingkari rak demi rak yang setiap barisnya ada tulisan tema buku mengingatkan kala saya masih seusia mereka (pengunjung). Jika dilihat buku yang ada tertata cukup rapi meskipun usianya tak dapat disamakan dengan yang di toko buku.

Kabid Layanan Perpustakaan Pengembangan Minat dan Budaya Baca, Misra Ilyas mengatakan jumlah rata-rata kunjungan tiap hari 400 hingga 500 orang.

Labels:

Monday, May 16, 2016

Perjuangan Komunitas KANTUI Galang Buku Bekas demi Siswa di Daerah Perbatasan

Perjuangan Komunitas KANTUI Galang Buku Bekas demi Siswa di Daerah Perbatasan.


Dunia Perpustakaan | Buku adalah jendela dunia. Semua pasti setuju dengan ungkapan tersebut. Meskipun sekarang sudah era gadget ketikasemua kebutuhan bisa dipenuhi dengan satu peralatan canggih dalam genggaman, namun ungkapan bahwa buku adalah jendela dunia tak akan lekang ditelan zaman.

Keyakinan tersebut tertanam dalam benak Rici Sugianto, penggagas Komunitas Anak Negeri Teras Utara Indonesia (KANTUI) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

KANTUI merupakan komunitas yang bergerak di bidang donasi buku bagi sekolah-sekolah di wilayah perbatasan yang sangat membutuhkan buku.

“Secanggih apapun peralatan, kita butuh buku untuk memahami cara kerja alat tersebut. Kita harus baca,” ujarnya, dikutip dari kompas.com, [16/05/16].

Tiga bulan terakhir, KANTUI terus berupaya mengampanyekan donasi buku bekas di media sosial dan masyarakat Nunukan. Selain itu, mereka juga menggarap film pendek tentang profil sekolah filial di Desa Sekapal, Kecamatan Sebuku, yang menurut Ricci sangat membutuhkan buku, baik tentang pelajaran, cerita rakyat maupun majalah.

Semua buku yang didonasikan warga akan mereka terima dengan senang hati karena sekolah yang berada di wilayah perbatasan tersebut sangat minim buku.

“Karena minim buku, mereka lebih sering belajar di tengah alam. Padahal semangat membaca mereka sangat besar,” Imbuhnya.

Kampanye melalui film


Media film pendek mereka gunakan untuk mengampanyekan program donasi buku. Menurut Ricci, dengan film akan sangat mudah menyampaikan pesan yang ingin mereka sampaikan.

Sebab, dengan film yang berdurasi sekitar 5 menit tersebut penonton serasa diajak berkunjung ke SD Sekapal, melihat semangat siswa di sana belajar di tengah alam. Melihat langsung tempat belajar mereka yang meski telah dibangunkan 3 ruang kelas baru, namun sebagian siswa masih harus belajar di ruang kelas lama yang tanpa pintu dan jendela.

Tiga ruang kelas yang mereka tempati merupakan bekas kantor perusahaan kayu dan sudah sejak 10 tahun belum tersentuh rehab.

“Jadi bagaimana mereka mau melihat dunia jika jendela pun mereka tak punya,” kata Rici.

Rencananya, film pendek tersebut diputar di sekolah-sekolah di Pulau Nunukan. Manurut Rici, ada kesenjangan ketika sebagian sekolah di Nunukan memiliki banyak buku dalam jumlah banyak namun tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Sementara di sekolah lain di wilayah perbatasan yang terpencil, buku menjadi barang langka.

Melalui film pendek tersebut, KANTUI juga mengajak siswa sekolah turut peduli pada kawan mereka melalui donasi buku. Selain mengajak siswa di Nunukan peduli dengan menyumbangkan buku, rencananya KANTUI juga menggelar penggalangan buku secara langsung dari masyarakat.

“Kita akan bikin kotak seperti kotak amal, tapi ngamalnya pakai buku. Kita akan pasang beberapa di toko maupun supermarket,” kata Rici.

Donasi buku bukan akhir dari agenda KANTUI. Mereka berencana membuat perpustakaan keliling. Biasanya perpustakaan keliling menggunakan mobil, namun kali ini menggunakan perahu agar bisa menjangkau wilayah perbatasan di Kabupaten Nunukan yang sebagian besar dilewati sungai.

“Permasalahan sekolah di wilayah perbatasan sama, minim buku. Sementara untuk menjangkau mereka paling mudah melalui sungai. Rencana besarnya Kantui adalah membuat perpustakaan keliling dengan perahu,” pungkas Rici.

Labels:

Saturday, May 14, 2016

Tips Cara Aman Belanja Buku Secara Online

Tips Cara Aman Belanja Buku Secara Online.


Dunia Perpustakaan | Belanja Buku Secara Online | Saat di era teknologi bernama internet dan membanjirnya berbagai aplikasi toko online seperti sekarang ini, ternyata masih banyak cerita orang tertipu belanja di internet.

Modus dan ceritanya juga sangat beragam, ada yang beli di toko online teman, kenalan di facebook, di forum jual-beli online, dan masih banyak lagi cerita sejenis lainya.

Namun dari banyaknya cerita orang yang tertipu saat belanja di online, hampir rata-rata dikarenakan mereka saat membeli kurang berhati-hati dan kurang waspada.

Terkadang seseorang hanya melihat gambar-gambar yang menarik di facebook, toko online yang belum terpercaya, di group jual beli, dan sejenisnya kemudian tanpa cek dan ricek lebih dahulu kemudian langsung asal beli.

Jika dalam melakukan pembelian secara online dengan cara asal dan kurang berhati-hati, maka sangat rentan orang tersebut untuk jadi korban penipuan pembelian dengan cara online.

Melalui tulisan ini kami ingin berbagi sedikit tips, khususnya untuk anda yang ingin berbelanja buku secara online agar jangan sampai menjadi korban penipuan.

Dalam kesempatan tips kali ini kami memang ingin mengkhususkan untuk anda para pecinta buku termasuk para pustakawan maupun pengelola Taman Bacaan agar supaya jangan sampai tertipu saat melakukan pembelian buku secara online.

#1. Toko Online Terpercaya


Saat ini sudah begitu banyak toko online, termasuk didalamnya toko online yang menjual khusus buku. Saran kami sebelum anda memutuskan beli buku secara online, pastikan bahwa toko buku online tersebut memang sudah terpercaya. Hal ini sangatlah penting karena jika anda berbelanja di toko online yang sudah terpercaya, maka jika anda dikecewakan biasanya toko online terpercaya tersebut akan dengan cepat merespon bahkan memberikan kompensasi atas kekecewaan anda.

Kalau di Indonesia sendiri toko online yang sudah sangat terpercaya yang juga melayani penjualan buku yaitu toko online seperti LAZADA.co.id

Apalagi jika anda berbelanja buku di Lazada kadang sering juga ada diskon besar-besaran. Apalagi saat ini Lazada sudah diakuisisi oleh perusahaan toko online terbesar di Asia Alibaba.com menjadikan LAZADA semakin terpercaya pelayanan dan kwalitasnya.

#2. Aplikasi Toko Online yang Mudah dan Aman


Saat ini dengan adanya aplikasi online tentunya akan jauh lebih memudahkan konsumen saat ingin membeli sesuatu secara online. Demikian juga untuk anda yang ingin beli buku secara online, maka dengan menggunakan suatu aplikasi toko online hal tersebut mudah dilakukan.

Namun yang harus dicatat bahwa dalam transaksi online, mudah saja tidaklah cukup. Faktor yang jauh lebih penting lagi saat kita melakukan pembelian secara online yaitu adanya jaminan keamanan.

Kami merekomendasikan untuk anda yang ingin membeli buku secara online, anda bisa melalui aplikasi toko online terbaik saat ini yaitu Aplikasi Toko Online Lazada.

Anda bisa download aplikasi toko online LAZADA di android maupun di App Store dengan cara sangat mudah.

Anda cukup install aplikasi LAZADA tersebut kemudian install dan kemudian lakukan registrasi dengan data yang benar, maka selanjutnya anda cukup melakukan pencarian produk yang ingin anda beli.

Misalnya anda mau beli buku, maka cukup searching saja kata "buku" atau langsung judul buku yang ingin anda beli.

Mungkin sebenarnya masih ada banyak hal lain yang harus anda perhatikan saat anda membeli buku di toko online. Namun semoga saja dengan dua cara tersebut diatas anda bisa dengan mudah dan aman untuk melakukan pembelian buku secara online.

Selamat Berbelanja! Tetap selalu waspada dan berhati-hati saat belanja online.

Labels:

Sekolah Diimbau Lakukan Metode Membaca 15 Menit

Sekolah Diimbau Lakukan Metode Membaca 15 Menit.


Dunia Perpustakaan | Budaya baca di Sekolahan sudah tergantikan dengnan teknologi modern, salah satunya ialah handphone. Banyak waktu luang yang di buang sia-sia oleh para pelajar, kita sedang istirahat. Mereka lebih mementingkan bermain handphone ketimbang membaca buku di perpustakaan.

Untuk itu marilah kita sadar akan pentingnya membaca, dan mari kita contoh sikap positif yang dilakukan sekolah di kabupaten Pandeglang.

Semua sekolah di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, diimbau melaksanakan metode membaca 15 menit sebelum dimulai belajar-mengajar.

"Imbauan ini sudah sering kita sampaikan pada para kepala sekolah dan saya yakin sudah banyak yang melaksanakannya," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Pandeglang Aah Wahid Maulany di Pandeglang, Kamis (12/5).

Aah menyatakan, pelaksanana metode itu merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Untuk mendukung metode itu, kata dia, setiap diharapkan memiliki perpustakaan yang didukung dengan tenaga pengelola profesional dan mempunyai kompetensi sebagaimana ditetapkan pemerintah.

Dikutip dari sumber, skalanews.com  [13/05/16]. "Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran pelaksanaan fungsi dan peran perpustakaan dalam pembelajaran di sekolah adalah petugas perpustakaan yang mempunyai komptensi," ujarnya.

Ia juga menyatakan, perpustakaan sekolah merupakan sarana yang menjadi bagian integral dari proses pendidikan.

Pepustakaan, kata dia, merupakan salah satu penunjang penting dalam pendidikan, karena itu ke depan setiap sekolah pada semua tingkat harus memiliki fasilitas tersebut.

"Karena keterbatasan anggaran maka pembangunan perpustakaan tidak bisa dilaksanakan secara sekaligus, tapi saya yakin dalam beberapa tahun ke depan semua sekolah sudah memilikinya," ujarnya.

Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pandeglang Nurhasan untuk SMA/sederajat dan SMP semuanya sudah mempunyai perpustakaan, namun untuk SD masih ada sekitar 20 persen dari 810 unit sekolah dasar beum memiliki perpustakaan.

"Untuk SD memang masih ada sekitar 20 persen yang belum ada perpustakaan, dan akan dilengkapi secara bertahap," katanya.

Labels:

Friday, May 13, 2016

Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Luncurkan Layanan Maos Corner

Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Luncurkan Layanan Maos Corner.


Dunia Perpustakaan | Banyak cara yang dapat dilakukuan, untuk mengajak masyarakat agar gemar membaca. Salah satunya dengan cara yang dilakukan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini.

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Blora memiliki cara sendiri untuk merangsang dan menumbuhkan minat baca di kalangan anak-anak, pelajar dan masyarakat di Blora.

Salah satunya dengan memberikan layanan baca melalui program “Maos Corner”.

Ketua PD IPM Blora Sulistyo Suharto mengatakan kalau maos corner bisa jadi semacam perpustakaan jalanan. Sasarannya memang bagi para pelajar agar membiasakan untuk membaca buku.

“Melalui maos corner ini agar bisa tumbuh kesadaran untuk membaca buku bagi pelajar,” jelas Sulistyo. Seperti yang dikutip dari suaramerdeka.com, [13/05/16].

Nantinya setiap Minggu saat car free day akan terus memberikan layanan bacaan maos corner, serta di saat kegiatankegaiatn masal lainnya.

Dirinya prihatin saat ini budaya membaca di masyarakat rendah. Terlebih pelajar yang lebih asyik menggunakan android untuk menulis status di Facebook atau Twitwer atau media sosial lainnya.

Dia mengakui buku yang ada di maos corner banyak dari buku-buku milik anggota, namun ada juga yang berasal dari sumbangan masyarakat dan menjadi milik perpustakaan IPM.

Diakuinya jumlahnya masih terbatas, namun demikian diharapkan mampu memberikan rangsangan agar pelajar mau membaca meskipun hanya sebentar.

Untuk itu bagi masyarakat yang memiliki buku dan ingin disumbangkan kepada IPM akan diterima dengan hati. Sebab satu judul akan sangat bermanfaat. “Budaya membaca memang harus terus kita galakkan semoga moas corner ini akan bermanfaat,” tandasnya.

Labels:

Pemerintah Canangkan Gerakan Indonesia Membaca, di 20 Kota di Indonesia

Pemerintah Canangkan Gerakan Indonesia Membaca, di 20 Kota di Indonesia.


Dunia Perpustakaan | Menurut hasil survei UNESCO, minat membaca masyarakat Indonesia tergolong sangat rendah. Dari 61 negara di dunia yang disurvei, Indonesia berada di peringkat ke- 60.

Untuk mengatasi kondisi ini, Kementrian Pendidikan Nasional mencanangkan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) secera serentak di 20 kota di Indonesia. Salah satu kota yang dijadikan pos pencanangan adalah kota Ambon yang juga ibukota provinsi Maluku.

"Pencanangan Gerakan Indonesia membaca serta Gerakan Pemberdayaan Pendidikan Perempuan Marginal (GPPM) dilaksanakan di kota Ambon pada 14 Mei 2016 oleh Dirjen keaksaraan Kemendiknas," kata Kepala Dinas Pendidikan Maluku, Benny Kainama di Ambon, Kamis (12/5/2016).

Dikatakannya, pencanangan GIM yang akan dihadiri 1.000 orang dari berbagai lapisan masyarakat di kota Ambon. Membaca, lanjutnya, harus menjadi kebiasaan di sekolah maupun lingkungan khususnya bagi para siswa.

Dikutip dari suara.com, "Membaca sangat penting untuk mengetahui bagaimana perkembangan, serta meningkatkan pengetahuan masyarakat," ujarnya.

Menurut dia, kebijakann yang ditempuh pihaknya saat ini adalah mewajibkan para siswa membaca minimal 15 menit sebelum memulai pelajaran.

"Dengan pencanangan ini Ambon diharapkan menjadi kota yang gemar membaca dimulai dari siswa SD, minimal sebelum pelajaran dimulai dilakukan aktifitaS membaca," ujarnya.

Upaya meningkatkan minat membaca siswa, setiap sekolah di Ambon juga tersedia perpustakaan yang sesuai standar pelayanan.

"Kita juga mempunyai perpustakaan serta pojok pustaka di setiap sekolah sesuai standar yang ditetapkan, hal ini semata-mata sebagai upaya meningkatkan sumber daya manusia," tandas Benny.

Labels:

Perbanyak Pojok Baca Bandung Berharap Ingin Jadi Ibukota Buku Dunia

Perbanyak Pojok Baca Bandung Berharap Ingin Jadi Ibukota Buku Dunia.


Dunia Perpustakaan | Pemerintah Kota Bandung memperbanyak Pojok Membaca di sejumlah tempat di Kota Bandung dalam bentuk perpustakaan mini untuk meningkatkan minat dan biaya membaca masyarakat. Pojok Membaca merupakan tempat terbuka khusus sebagai sarana bersantai sambil baca-membaca.

"Kita perbanyak pojok-pojok baca di berbagai daerah, target tahun 2018, Bandung menjadi Ibukota Buku Dunia," kata Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Kapusarda) Kota Bandung Adin Mukhtarudin di pada acara "Bandung Menjawab" di Balaikota Bandung, Kamis.

Ia menyebutkan telah melakukan berbagai cara untuk menarik minat baca masyarakat. Salah satunya bekerja sama dengan komunitas dan aparatur kewilayahan untuk membuka perpustakaan-perpustakaan kecil di kelurahan.

Tidak hanya di kelurahan, rak-rak baca juga ditempatkan di beberapa pusat perbelanjaan di Kota Bandung. Bahkan setiap hari Minggu, Kapusarda rutin membuka booth di Car Free Day Dago. "Tapi ya pengunjungnya bisa dihitung jari," katanya. Seperti yang dikutip dari kontan.co.id [12/05/16].

Kapusarda Kota Bandung sedang menjajaki berbagai kerja sama agar penempatan ruang baca juga dapat dilakukan di bandara dan stasiun. Hal tersebut terinspirasi dari bandara-bandara internasional, khususnya di Abu Dhabi. "Bukunya macam-macam, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang edisi internasional," katanya.

Tahun 2016, fokus pada peningkatan budaya membaca dan literasi secara masif. Sebanyak 5000 judul buku ditambahkan, jumlahnya ada 25.000 eksemplar. Pada tahun 2015 saja jumlah buku di Kapusarda Kota Bandung sudah mencapai 74.306 eksemplar yang terdiri dari 29.000 judul.

Buku-buku tersebut nantinya akan ditempatkan di perpustakaan-perpustakaan mini di taman-taman Kota Bandung. Alun-alun Kota Bandung pun menjadi salah satu target utama distribusi buku-buku tersebut, terutama buku berbahasa Inggris."Karena dilihat alun-alun juga banyak wisatawan asingnya," katanya.

Ia juga menyebutkan ada lima unit mobil perpustakaan keliling yang sebagian diperbantukan ke wilayah-wilayah di kelurahan, baik sesuai dengan permintaan maupun sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.

Labels:

Pusarda Kerjasama Dengan Komunitas Baca, untuk Meningkatkan Minat Baca

Pusarda Kerjasama Dengan Komunitas Baca, untuk Meningkatkan Minat Baca.


Dunia Perpustakaan | Minat baca warga Bandung masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil survey PBB minat baca di Kota Bandung tercatat hanya 0,001 persen dari jumlah penduduk.

Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah (Pusarda) Kota Bandung, Adin Muchtarudin saat acara Bandung Menjawab di Ruang Media, Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana Kamis, (12/5).

"Dari hasil survey PBB, minat baca di Kota Bandung hanya 0,001 persen dari jumlah penduduk Kota Bandung," ujar Adin.

Dia menuturkan untuk meningkatkan minat baca warga Bandung, pihaknya bekerjasama dengan berbagai stakeholder. Salah satu kerjasama yang dilakukan yakni dengan komunitas baca yang ada di Kota Bandung.

"Kita memberikan pinjaman buku kepada perpustakaan-perpustakaan yang ada di taman. Sehingga dapat dipinjam pakai oleh masyarakat," katanya.

Menurut Adin Pusarda Kota Bandung sendiri memiliki koleksi buku sebanyak 74.366 ribu eksemplar dengan ‎29.406 judul. Adin menyebut pada tahun tahun ini, Pusarda Kota Bandung mendapat tambahan sebanyak 25 ribu eksemplar buku.

Adin mengungkapkan, masyarakat yang mengunjungi Pusarda juga meningkat setiap tahun. Pada tahun 2012 ada sekitar 4.644 orang yang mengunjungi Pusarda Kota Bandung. Jumlah ini meningkat signifikan pada 2015 yakni sebanyak 22.383 orang.

Dikutip dari merdeka.com  [12/05/16]. "Jumlahnya meningkat setiap tahun dengan mayoritas pengunjung adalah siswa TK sampai SMP," kata dia.

Untuk meningkatkan jumlah pengunjung, Adin mengaku pihaknya terus berbenah. Salah satunya dengan meningkatkan fasilitas.

"Kita terus meningkatkan fasilitas dengan membangun pojok PAUDN yang di desain khusus anak-anak PAUD. Selain itu juga kita sediakan wi fi gratis untuk siswa," ujar Adin.

 

Labels:

Sutra Intan, Teks Cetak Tertua di Dunia

Sutra Intan, Teks Cetak Tertua di Dunia.


Dunia Perpustakaan | Pada tahun 1907, arkeolog Inggris, Sir Marc Aurel Stein menemukan ribuan manuskrip di sebuah gua yang dijuluki “Gua Seribu Budha”, dekat Dunhuang, Cina Barat Laut.

Sebelum waktu tersebut, gua ini telah tersegel sejak tahun 1000 Masehi. Dari sekian manuskrip, dia menemukan beberapa cetakan teks, salah satu yang terkenal adalah kitab Sutra Intan.

Kitab Sutra Intan terdiri dari tujuh strip kertas berwarna kuning yang dicetak dari blok kayu berukir, dan disisipkan bersama, sehingga membentuk sebuah gulungan dengan panjang lebih dari 5 meter.

Meski dituliskan dengan bahasa Cina yang berarti merupakan salinan, cetakan ini menjadi salah satu karya paling penting bagi agama Budha, yang berasal dari India.

Dalam “Landmarks in Printing: Diamond Sutra” dituliskan, “Meskipun bukan contoh awal dari sebuah buku cetak, ini (Sutra Intan) adalah yang tertua yang kita punya berdasarkan tanggal (yang tertera).”

Dikutip dari laman nationalgeographic.co.id, [05/16]. Pada saat ditemukan, block-printing telah dipraktekkan di Timur Jauh selama lenih dari satu abad. Kualitas ilustrasi pada Sutra Intan menunjukkan bahwa penguki cetakan memiliki cukup pengalaman dan keterampilan.

Sutra Intan dibuat pada 868 Masehi. Hal ini diketahui dengan pasti lewat di akhir bagian kolofon, yang berbunyi, “Dengan penuh hormat (sebab harus) dibuat untuk distribusi universal oleh Wang Jie atas nama dua orang tuanya pada tanggal 13 bulan 4 tahun 9 Xiantong (11 Mei 868 Masehi).”

Tahun 1961, Perpustakaan Nasional Peking menuliskan Sutra Intan dicuri oleh orang Inggris bernama Ssu-t’an-yin (Stein). Kini, gulungan ini dipamerkan di Museum Inggris. Sedang cetakan digitalnya dapat diperoleh di Perpustakaan Inggris.

Sutra Intan merpakan salah satu kitab paling penting bagi agama Budha ini dicetak pada 11 Mei 868 Masehi.

Labels:

Thursday, May 12, 2016

Sebarkan Budaya Gemar Membaca di Papua Barat, Melalui Noken Pustaka

Dunia Perpustakaan | Untuuk anda yang masih asing dengan kaa Noken, anda perrlu taahu yang namanya Noken yaitu berbentuk tas tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu.

Nah, jika orang kebanyakan di Papua bawa Noken untuk bawa barang dan sejenisnya, lain halnya dengan yang dilakukan oleh Agus Mandowen, yang justru menjadikan noken bukan untuk membawa barang seperrti orang kebanyakan di Papua, tapi justru untuk membawa buku.

Membawa noken penuh buku, para relawan Noken Pustaka mendatangi kawasan ramai orang dan pelosok yang belum terjangkau perpustakaan.

Tiap orang yang ditemui Agus Mandowen di kampung itu tampak seperti bergegas menghindar. Upayanya menyapa dengan ramah tak membawa hasil. Ada yang langsung masuk ke rumah. Ada pula yang mengibas-ngibaskan tangan, meminta dia pergi.

”Saya heran sekali. Apa yang salah dengan saya,” kenang Agus tentang peristiwa yang dialaminya pada Januari lalu itu.

Baru setelah berhasil mengajak bicara seorang warga di Kampung Arowi, Manokwari, itu, Agus jadi tahu penyebabnya. Ternyata, dia dikira pedagang buku.

Maklum, Agus membawa sebuah noken yang penuh buku.

”Dikiranya saya jualan. Padahal, buku-buku itu untuk dibaca secara gratis,” ujar pria yang juga atlet angkat berat andalan Papua Barat tersebut, lantas terkekeh.

Agus adalah salah seorang relawan Gerakan Ayo Membaca Noken Pustaka Papua.

Agus Mandowen rajin membawa noken yang berisi buku untuk dipinjamkan masyarakat di Papua secara gratis
Gerakan tersebut dipelopori Misbah Surbakti dan resmi dideklarasikan pada 15 Desember 2015. Berbarengan dengan kegiatan Pramuka di SMPN 19 Manokwari, tempat Misbah mengabdi sebagai guru.

Misbah mendirikan Noken Pustaka Papua berdasar rasa keprihatinan. Suatu hari pria asal Medan, Sumatera Utara, tersebut menyaksikan bagaimana seorang siswanya kesulitan menjawab soal ulangan.

Dia menyimpulkan, itu terjadi karena kurangnya kemampuan siswa dalam menyimak soal. ”Ini disebabkan kurang terampil atau kurang membaca. Anak-anak yang biasa membaca lebih mudah menangkap inti pesan dari sebuah tulisan,” tuturnya.

Mengutip Badan Pusat Statistik Papua Barat, angka melek huruf di Papua Barat pada 2015 sebenarnya sudah mencapai 96,88 persen. Tapi, bisa membaca jika tak dibarengi dengan ketersediaan fasilitas untuk membaca tentu percuma.

Juga, Misbah tahu, di lingkungan sekitar Manokwari serta Papua Barat, masih banyak anak yang senasib dengan siswanya tersebut. Karena itu, dia memutar otak. Mencari cara untuk membuat kegiatan nonformal yang melebur di tengah-tengah masyarakat. Misbah lantas berdiskusi dengan beberapa rekan di Jawa Tengah.

Dari sanalah lahir ide melakukan gerakan ayo membaca itu. Kalau kemudian diberi nama Noken Pustaka, alasannya, noken alias tas khas Papua yang merupakan karya budaya kaum ibu tersebut melambangkan harapan hidup.

Agus Mandowen saat hadir di acara Mata Najwa | gambar: akun twitter Najwa Shihab

”Warga pergi ke kebun dengan membawa bekal untuk satu hari gunakan noken. Juga kalau gendong bayi,’’ ujarnya.

Dalam melaksanakan kegiatan yang menyadarkan pentingnya membaca itu, Misbah dibantu beberapa relawan. Sambil membawa buku yang dimasukkan ke noken, Misbah dan ”pasukannya” mendatangi warga.

Mereka menyisir anak-anak ataupun orang dewasa di pelosok atau yang belum tersentuh perpustakan. Juga tempat-tempat di mana anak-anak dan orang ramai berkumpul. Misalnya para-para atau pantai.

”Agus Mandowen yang paling rajin mengunjungi anak-anak untuk membimbing membaca,’’ kata Misbah.

Beragam pengalaman, baik yang lucu, menguji kesabaran, maupun mengharukan, dialami Misbah dan para relawan. Agus, yang rutin mendatangi lokasi rekreasi Pantai Pasir Putih, Manokwari, misalnya, harus berkali-kali menjelaskan bahwa buku-buku yang dibawanya tidak dijual.

”Di awal-awal dulu, entah berapa kali dalam sehari saya harus jelaskan bahwa buku-buku yang saya bawa ini tidak dijual,” kata Agus.

Agus adalah atlet angkat berat kelas 105 kg. Pada pra-PON di Bandung tahun lalu, dia menduduki posisi keenam.

Bagi dia, berkeliling membawa buku bak pemanasan untuk menjaga kondisi fisik. Karena itu, dia dengan senang hati melakukannya kendati tak dibayar sepeser pun.

Dia juga tak mengeluh ketika peminat buku-buku yang dibawanya ke suatu kampung ternyata sedikit. Misalnya yang dia alami di Kali Dingin, Distrik Manokwari Barat, pada suatu siang pertengahan April lalu. Hanya tiga anak yang menghampiri.

Militansi Agus juga ditunjukkan para relawan lain seperti Novela, Yohana, dan Grisella. ”Relawan kami beragam. Ada yang atlet, ibu rumah tangga, remaja, dan mahasiswa. Mereka punya minat baca dan tertarik menyalurkannya kepada suadara-saudaranya yang lain,’’ ujar Misbah.

Dukungan untuk Gerakan Ayo Membaca Noken Pustaka kian luas setelah Misbah mengunggahnya ke Facebook. Budayawan Nirwan Ahmad Arsuka yang turut menggerakkan Kuda Pustaka di Jawa Tengah dan Perahu Pustaka di Sulawesi Barat menghubungi Misbah. Dia memuji Noken Pustaka.

”Teruskan saja dilaksanakan di tengah masyarakat, jangan hanya di sekolah,’’ ujar Misbah, mengulangi pernyataan Nirwan.

Dengan mendapat dorongan dari budayawan nasional, Misbah tambah bersemangat. Dia meminta dukungan Nirwan agar membantu menyedikan buku-buku  pelajaran, cerita bergambar, dan lainnya.

Noken Pustaka memang tak punya donatur tetap. Buku-buku berasal dari sejumlah pihak yang memiliki kepedulian dan keprihatinan yang sama. Di antaranya, alumni SMA Lab School Jakarta, penulis, pegiat literasi, penerbit Gramedia, Komunitas 1001 Buku, dan perorangan lain.

Koleksi mereka beragam. Mulai buku pendidikan usia dini, SD, SMP, SMA/SMK, hingga perguruan tinggi. Juga novel dan literatur bagi guru-guru muda plus buku-buku untuk ibu-ibu. Khususnya buku keterampilan memasak.

Uluran tangan para donatur masih diharapkan. Terutama buku-buku cerita ringan bergambar. Semakin beragam buku yang disumbangkan semakin baik. Sebab, karakter masyarakat yang didatangi para relawan juga macam-macam.

Mereka yang bermukim di pesisir pantai, misalnya, lebih cocok dikenalkan dengan lingkungan perairan dan pesisir. ”Buku-buku tentang laut, tentang ikan, supaya anak-anak bisa mengembangkan diri. Murid SD juga umumnya lebih suka membaca buku pelajaran atau cerita bergambar,” katanya.

Misbah sebenarnya sudah melaporkan Noken Pustaka kepada pemerintah setempat. Dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Manokwari dan perpustakaan daerah.

Dia berharap perpustakaan daerah dapat menghibahkan sejumlah buku untuk disebarkan kepada warga. ”Tapi sayang, sampai hari ini belum ada respons,” tuturnya.

Tapi, tanpa uluran tangan pemerintah pun, Noken Pustaka terus berkembang. Secara bertahap, gerakan tersebut menjangkau semua distrik/kecamatan di Manokwari.

Cara menjangkau warga pun semakin beragam. Mulai dengan Para-Para Noken, Rumah Baca Noken, Posko Noken, Motor Noken, Sepeda Pustaka, Pondok Noken, sampai Perahu Noken yang kini sedang diupayakan.

Sumber: pontianakpost.com

Labels: ,

Wednesday, May 11, 2016

Budaya Membaca Sambil Berdiri, Diterapkan Sekda Bangka

Budaya Membaca Sambil Berdiri, Diterapkan Sekda Bangka.


Dunia Perpustakaan | Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bangka Fery Insani mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Bangka menerapkan budaya positif Bangsa Jepang ‘ Tachiyomi.

Hal tersebut diungkapkannya Sekda mewakili Bupati Bangka ketika membuka kegiatan bimbingan teknis (Bimtek) pengelolaan perpustakaan yang digelar Kantor Perpustakaan dan Kearsipan (KPK) Kabupaten Bangka, Rabu (11/05) di Gedung Wanita Sungailiat.

“ Tachiyomi ini merupakan istilah masyarakat Jepang, tachimasu yang berarti berdiri dan yomimasu yang berarti membaca, jika dua kata ini digabungkan menjadi Tachiyomi, maka dapat diartikan sebagai membaca sambil berdiri,” ungkap Fery.

Dijelaskannya, budaya baik masyarakat Jepang tersebut dilihatnya ketika bertandang ke Negeri Sakura beberapa tahun yang lalu sewaktu menempuh perjalanan dalam sebuah kereta api listrik yang bernama Shinkansen.

“ Orang di setiap stasiun yang saya lewati terlihat semuanya sibuk membaca, kemudian di toko-toko buku orang juga sibuk membaca, membacanya sambil mojok.

Kalau orang kita dimanapun nongkrong pasti ngerumpi, kalau orang disana (Jepang-red) dimanapun ia berada selalu membaca buku, budaya baik ini dapat dijadikan sebagai inspirasi sekaligus contoh yang dapat diterapkan oleh masyarakat kita,” ujarnya.

Sumber: tribunnews.com

Labels: