<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: February 2017

Tuesday, February 21, 2017

FENOMENA HOAX : Membedakan Berita dari Informasi

Dunia Perpustakaan | Maraknya Hoax saat ini semakin merajalela dan seperti tak terbendung. Adanya akses internet dan semakin menjamurnya sosial media menjadikan Hoax begitu mudah dibuat dan disebarkan tanpa ada hukuman yang tegas kepada para pembuat dan penyebar hoax.

Apalagi jika melihat data dan fakta bahwa minat baca orang Indonesia yang rendah, namun menjadi yang paling cerewet di dunia, menjadikan hoax mudah dipercaya oleh para netizen.

[Baca juga: Netizen Indonesia, Minat Baca Rendah tapi Paling Cerewet di Dunia!]

Melihat kondisi tersebut tentunya teramatsangat menyedihkan. Untuk itu, ada baiknya kita mengetahui dan memahami apa itu Hoax, berita, dan Informasi?


Berikut ini merupakan ulasan yang mendalam terkait Fenomena Hoax yang diulas tuntas oleh Putu Laxman Pendit melalui tulisan yang kami kutip dari catatan di akun facebook pribadinya [14/1/2017].

Semua informasi (information) dapat n) dapat menjadi berita (news), tetapi belum tentu sebaliknya. Sebuah berita dapat mengandung bo menjadi berita (news), tetapi belum tentu sebaliknya. Sebuah berita dapat mengandung bohong (hoax), sementara kesalahan dalam informasi kita sebut misinformation.

Apa itu berita?

Berita atau lazim pula kita sebut “kabar” (dan bahkan digabung menjadi “kabar-berita”) adalah hasil reportase atau laporan tentang suatu kejadian oleh seseorang kepada sekian banyak orang-orang lain dengan cara menyebarkannya.

Pem-berita-an adalah sebuah perilaku sosial, didorong oleh insting untuk selalu berkomunikasi antar-manusia. Lalu ada “surat-kabar” yang kemudian lebih suka kita sebut “koran” sebagai sebuah pengorganisasian yang amat serius untuk melakukan pemberitaan secara massal dan sistematis.

Ketika organisasi ini menjadi komersial bahkan bisnis besar, tidak mementahkan definisi pemberitaan sebagai perilaku-sosial. Hasrat manusia lah yang mendorongnya selalu memperoleh kabar-berita; kalau perlu dengan membayar atau membeli -- termasuk membeli pulsa untuk internetan.

Profesi yang kemudian menekuni kegiatan berbayar dan komersial ini lazim kita sebut “jurnalis” atau “wartawan”.

Keseluruhan prinsip aturan perilaku profesi ini, termasuk etika dan estetikanya, lazim disebut “jurnalisme” atau “kewartawanan”.

Melalui jurnalisme inilah terpelihara unsur paling penting dalam perilaku pemberitaan itu, yakni keterpercayaan (trust). Bagi jurnalisme, pemberitaan adalah sebuah kesaksian tentang suatu kejadian.

Kejujuran dalam menyampaikan kesaksian itu menjadi ukuran bagi kualitas berita, dan tentu saja merupakan handalan bagi para penerima yang ingin selalu percaya bahwa kandungan berita itu mengandung kebenaran. Dari segi ini maka berita-bohong (hoax) adalah indikasi pengerusakan keterpecayaan itu, dan ini sudah berlangsung sejak ada jurnalisme.

Boleh dikatakan, fenomena hoax adalah tantangan paling konsisten terhadap keterpercayaan jurnalisme di sebuah masyarakat.

Sampai di sini perhatikanlah bahwa berita tidak mempedulikan format, media, maupun teknologi untuk menyebarkannya. Apakah disebarkan secara lisan, ataukah tulisan, tetap dapat disebut berita. Berbentuk foto atau video, pun, dapat disebut berita.

Selama ia masih memenuhi definisi yang saya urai di alinea kedua di atas, sebuah lisan, tulisan, foto, video yang disebarkan dengan cara apa pun, di atas kertas atau di layar, melalui darat, udara, maupun saluran elektronik -- apa pun -- dapat menjadi berita.

Lalu Apa itu Informasi?

Walaupun kata “informasi” sudah dipakai sejak lama, khususnya di negeri-negeri asal kata itu (kita menerjemahkannya dari kata Bahasa Inggris, information), namun kebiasan, perilaku, dan makna yang melibatkan kata ini adalah sebuah fenomena baru. Khususnya, fenomena informasi ini terkait langsung dengan kelahiran media berteknologi elektronik yang sekarang mencapai puncaknya dalam bentuk teknologi digital.

Tentang hal ini saya sudah menulis panjang lebar dan tidak akan menguraikannya lagi di sini. Bagi pembaca yang berminat, silakan mampir ke sini (“Ketika Informasi adalah Listrik”).

Ringkas kata, informasi berbeda dari berita, dan inilah bedanya :
  1. Informasi belum tentu memerlukan perantara manusia, tidak seperti berita yang selalu merupakan sampaian hasil pengamatan seseorang. Alam semesta sering menghasilkan informasi, misalnya dalam bentuk kondisi cuaca yang dapat membantu kita memutuskan apakah perlu membawa payung atau tidak. Kondisi cuaca ini pula yang oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) dilaporkan menjadi berita yang mengandung ramalan. Sudah barang tentu, informasi dari semesta tak mungkin mengandung hoax, sementara berita tentang cuaca dapat saja membohongi, walau mungkin tidak akan dilakukan oleh BMG.

  2. Sejalan dengan butir pertama di atas, informasi seringkali merupakan hasil langsung pengolahan pikiran penerimanya, setelah mendapat “bahan mentah” yang lazim kita sebut data (bentuk jamak dari datum). Data pada gilirannya memiliki bahan mentah berupa fakta. Teknologi elektronik berusaha memendekkan “jarak” dari fakta ke data. Ada dua contoh dalam hal ini. Teleskop raksasa Hubble yang diluncurkan tahun 1990 dan sampai sekarang melayang-layang di ketinggian 559 km itu adalah contoh pertama. Teleskop ini menghasilkan data tentang semesta (fakta) yang menjadi informasi bagi para astronom. Boleh lah kita mengatakan, teleskop itu tak pernah berbohong, sementara berita tentang kondisi alam semesta (misalnya kapan akan kiamat!) bisa saja hoax. Contoh kedua adalah streaming atau siaran langsung sepakbola yang merupakan rekayasa teknologi digital untuk memendekkan jarak dari fakta (pertandingan) ke data (siaran atau broadcast jalannya pertandingan sebagaimana terlihat di layar). Para penonton dijamin (walau tidak 100%) terhindar dari hoax tentang, misalnya, hasil pertandingan itu.

  3. Apakah manusia tidak mampu memproduksi data seperti alat-alat elektronik? Oh, tentu saja bisa. Data statistik hasil sensus ekonomi, misalnya. Data ini dikumpulkan oleh petugas-petugas resmi yang melakukan wawancara atau pengamatan lapangan. Survei-survei berskala besar melibatkan ratusan atau ribuan petugas, sering dilakukan untuk memperoleh data yang akan menjadi masukan bagi pengambilan keputusan-keputusan penting. Dalam konteks ini, hanya manusia yang dapat berbuat salah, atau bahkan berbohong dan menghasilkan hoax. Rekayasa teknologi elektronik dan komputerisasi mencoba meminimalkan kesalahan dalam pendataan. Misalnya, daripada mengirim ribuan petugas sensus, mendingan pakai sensus online.

  4. Teknologi memang cenderung meminimalisir campur tangan manusia, termasuk dalam perekaman fakta. Inilah inti dari pengembangan teknologi informasi. Telepon selular dilengkapi kamera yang cukup canggih sehingga semua orang dapat menjadi pengamat langsung dari sebuah peristiwa, dan melalui sambungan Internet hasil pengamatan tersebut dapat disebar secara meluas. Inilah sebenar-benarnya berita-lempang (straight news) itu, tetapi jika (dan hanya jika!) orang yang bersangkutan tidak melakukan pengubahan sedikitpun atas rekamannya. Hoax akan terjadi jika seseorang memanipulasi hasil pengamatan tersebut melalui (ini celakanya!) teknologi informasi juga!

Sistem Pemberitaan dan Sistem Informasi

Dari empat butir perbedaan di atas, kita dapat mulai melihat fenomena hoax sebagai bagian dari sistem pemberitaan. Hoax terjadi ketika sistem, tata-kerja, tata-aturan, dan tata-kelola pemberitaan (atau pelaporan) di sebuah masyarakat mengalami distorsi yang terutama berakibat pada hilangnya keterpercayaan masyarakat terhadap saluran-saluran pemberitaan resmi dan utama (mainstream).

Sementara itu teknologi informasi adalah rekayasa yang semula ditujukan untuk menghasilkan informasi dengan memegang prinsip-prinsip kejernihan saluran komunikasi, terutama dengan meminimalisir campur tangan manusia dalam proses perekaman fakta menjadi data.

Namun dalam perkembangannya, rekayasa yang sama juga dapat digunakan justru untuk memanipulasi data dan menjadikannya bahan pemberitaan kebohongan.

Sistem informasi (information system) di sebuah masyarakat mengandung infrastruktur teknologi informasi dan petugas-petugas pelaksananya. Keberlangsungan sistem ini amat dipengaruhi tata-nilai dan budaya, khususnya yang berkaitan dengan perekaman, penyebaran, dan penggunaan data.

Hoax dapat terjadi jika aspek penyebaran informasi ini dimanipulasi untuk kepentingan pengecohan dalam pemberitaan. Artinya, sistem informasi dapat menjadi pemberi asupan (feeder) bagi “bahan baku” hoax.

Berkat --atau akibat!-- perkembangan teknologi informasi yang amat cepat serta merasuk ke segala bidang kehidupan, termasuk ke sistem pemberitaan, maka hoax pun menjadi-jadi. Di satu sisi, kebiasaan manipulasi fakta dan data justru semakin “terbantu” oleh teknologi informasi, dan di sisi lain campur tangan manusia dalam saluran komunikasi justru semakin besar.

Pada akhirnya hoax memang memerlukan baik solusi teknologi informasi, maupun solusi non-teknologi. Patut kita sadari, hoax memang sudah ada --dan akan selalu ada-- sejak manusia pertamakali membangun sistem pemberitaan.

Kita memerlukan solusi teknologi untuk terus mengupayakan kejernihan saluran informasi, dan di saat sama memerlukan upaya sosial-budaya untuk menegakkan kembali etika pemberitaan, tidak saja yang melibatkan saluran-saluran resmi atau mainstream, tetapi juga saluran-saluran baru yang justru bermunculan ketika teknologi informasi sudah “di dalam genggaman” semua orang (dalam arti sesungguhnya, sebagaimana kita kenal dengan istilah “telepon genggam”!).

Labels:

Tuesday, February 14, 2017

Perpustakaan Unik di Australia ini Sedang Viral, Ini Penyebabnya!

Dunia Perpustakaan | Jika anda pegiat literasi atau pustakawan yang sedang kehabisan ide untuk kenalkan budaya baca.

Ada satu lagi inspirasi yang mungkin bisa di terapkan di Indonesia, tapi sepertinya memang ada resikonya.

Biasanya saat kita mendengar kata perpustakaan, biasanya yang terlintas di pikiran kita adalah sebuah bangunan yang berisi penuh dengan buku-buku.

Namun, ada yang berbeda dengan perpustakaan jalanan yang ada di Australia ini.

Bentuk perpustakaanya bukanlah seperti rak buku kebanyakan, melainkan hanya berbentuk kecil.

Perpustakaan unik ini mungkin jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya.

Perpustakaan kecil ini lebih bisa disebut sebagai rak buku kecil yang dibentuk menyerupai seperti kotak surat, namun dibuat agar lebih besar supaya muat untuk menyimpan dan meletakan beberapa buku.

Kalau orang yang belum tahu, mungkin akan dianggap seperti kotak surat, namun ternyata di dalamnya berisi buku-buku.

Buku-buku tersebut merupakan buku siapapun tanpa terdata siapa pemiliknya.

Kalau boleh dibilang, ini semacam aktivitas masyarakat di Australia yang sedang berjuang supaya masyarakat disana suka membaca buku.

Bermodal sebuah kotak kecil yang ditaruh di depan rumah, kotak kecil itu pun kemudian diubah selayaknya menjadi sebuah perpustakaan.

gambar: streetlibrary.org.au
Yang menarik, siapapun boleh mengambil buku tersebut. Namun semacam ada aturan yang tak tertulis bahwa setiap mereka yang ambil buku disitu, maka disertai dengan membawa meletakan buku pengganti yang mereka ambil, begitu seterusnya.

Karena aksi yang begitu menarik dan memberikan manfaat untuk banyak masyarakat, akhirnya ide tersebut menjadi viral di sosial media, khususnya di wilayah Australia.

Dikutip dari ABCNews [14/2/2017], diberitakan jika di perpustakaan yang berbentuk kotak kecil tersebut, siapa pun bisa meminjam buku yang tersedia di dalamnya.

Salah satu pemiliki Street Library di Australia, Nic Lowe, mengaku jika perpustakaan tersebut diisi oleh berbagai buku.

“Orang-orang bisa datang dan menukar buku yang diinginkan,” ungkapnya di ABC News.

Uniknya lagi, tidak ada aturan khusus bahkan persyaratan bagi siapa saja yang ingin meminjam atau mengembalikan buku-buku tersebut. Menariknya, kotak tersebut selalu terisi dengan sendirinya.

Jika orang-orang memiliki kumpulan buku yang sudah dibaca, maka bisa ditaruh di perpustakaan jalan tersebut.
“Anda intinya mendaur ulang buku-buku tersebut ke tangan orang lain. Para pejalan kaki bisa melewati perpustakaan jalanan ini dan kamu juga bisa mendengar mereka jika membuka pintu perpustakaan tersebut dan menyapanya,” ungkap Lowe.
Saat ini telah ada sekira 150 perpustakaan jalanan yang tersebar di seluruh wilayah Australia.

Kalau cara tersebut dilakukan di Indonesia, kira-kira bisa berjalan tidak?

Atau jangan-jangan masyarakat hanya suka mengambil bukunya tanpa pernah mau berganti untuk mengisinya?

Labels: ,

Saturday, February 11, 2017

Purwakarta Siapkan Perpustakaan Keliling di Setiap Desa

Purwakarta Siapkan Perpustakaan Keliling di Setiap Desa!


Dunia Perpustakaan | Satu lagi sosok di negeri ini yang juga langsung bereaksi dengan aksi kepedulianya terkait minat baca di daerahnya, dialah Bupati Purwakarta yang akrab disapa di facebook dengan panggilan Kang Dedi Mulyadi.

Melalui akun sosialnya di facebook, Bupati Purwakarta ini akan membuat program satu desa, satu perpustakaan keliling.

Dikutip dari detik.com [8/2/2017], diberitakan jika Pemkab Purwakarta meluncurkan program satu desa satu perpustakaan keliling. Hal ini terinspirasi oleh sosok Abah Uju (68).

Abah Uju merupakan pegawai khusus perpustakaan keliling dengan status tenaga harian lepas (THL) Pemkab Purwakarta. Dia berkeliling desa dengan sepeda baru dari Pemkab Purwakarta.

[Baca juga: Abah Udju, 28 Tahun Bersepeda Pinjamkan Buku Gratis Tanpa Dibayar!]


"Abah Uju ini sosok yang inspiratif. Apa yang dilakukan Abah Uju akan diterapkan di setiap desa," ujar Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi saat memberikan sepeda kepada Abah Uju di halaman belakang Pendopo Kabupaten Purwakarta, Rabu (8/2/2017).

Dedi mengatakan nantinya Abah Uju, yang biasa berkeliling di Kecamatan Darangdan, tidak perlu lagi berkeliling hingga berpuluh-puluh kilometer. Pasalnya, di setiap desa akan ada satu petugas khusus yang disiapkan. "Jadi Abah Uju ini ketua 'geng' dari perpustakaan keliling," katanya.

Dalam waktu dekat, Pemkab Purwakarta pun akan mendatangkan 200 sepeda yang akan diberikan sebagai peralatan 'tempur' perpustakaan keliling. Dari jumlah tersebut, 192 akan disebar di setiap desa dan kelurahan. Sedangkan sisanya akan ditempatkan di pusat keramaian kota.

Lebih lanjut Dedi pun menginstruksikan agar pegawai di lingkungan Pemkab Purwakarta mengumpulkan buku atau majalah bekas untuk menjadi 'amunisi' perpustakaan keliling. "Saya juga mengajak masyarakat turut berpartisipasi menyumbang buku. Silakan buku dikumpulkan ke bagian Diskominfo Purwakarta," ucapnya.

Di tempat yang sama, Abah Uju berterima kasih atas perhatian pemerintah terhadapnya. Dia berharap, dengan program satu desa satu perpustakaan keliling, minat baca warga semakin meningkat.

Abah Uju mengungkapkan, semenjak dia diberitakan berbagai media, banyak orang menyumbang buku dan majalah ke rumahnya. Bahkan jumlahnya mencapai 500 ribu buku. Buku-buku tersebut kemudian didistribusikan olehnya ke setiap desa untuk dipinjamkan kepada warga.



"Yang paling favorit itu majalah. Anak-anak biasanya ada tugas kliping, jadi guntingin dari majalah. Ibu-ibu juga sama kan ada resep-resep di majalah. Ya kadang ada yang ngembaliin (buku) kadang nggak. Nggak apa-apa yang penting bisa bermanfaat," pungkas Abah Uju.



Seperti diketahui, sejak pertengahan tahun lalu Abah Uju diangkat menjadi THL Pemkab Purwakarta. Dia ditugasi membuka workshop pembuatan suling dan aneka kerajinan yang terbuat dari bambu di Pendopo Purwakarta. Sedangkan pada Sabtu, Abah Uju menjalankan aktivitas menjadi perpustakaan keliling.

Labels: ,

Wednesday, February 8, 2017

5 Jurusan Ini Dahulu Dianggap Tidak Laku, Sekarang Sangat Dibutuhkan!

5 Jurusan Ini Dahulu Dianggap Tidak Laku, Sekarang Sangat Dibutuhkan!


Dunia Perpustakaan | Setiap pelajar yang baru [akan] lulus di sekolah Tingkat Lanjut Atas [SLTA], bagi yang mampu untuk kuliah, biasanya selalu bingung untuk memilih jurusan apa yang akan mereka ambil.

Biasanya ada beberapa faktor dan pertimbangan saat akan memilih jurusan untuk melanjutkan di perguruan tinggi.

Untuk mereka yang memiliki banyak uang, kemudian juga didukung dengan kemampuan kecerdasanya diatas rata-rata, maka memilih jujuran favorit biasanya pasti jadi pilihan utama.

Beberapa jurusan yang teramat sangat populer misalnya jurusan kedokteran, ekonomi bisnis, politik, komunikasi, teknologi informasi, pendidikan, dan yang lainya.

Dalam memilih berbagai jurusan tersebut, tentunya banyak faktor yang jadi pertimbangan seseorang memilih jurusan tersebut, salah satu pertimbanganya biasanya karena dianggap jurusan tersebut favorit dan memiliki prospek peluang kerja yang baik saat lulus kuliah nanti.

Sebuah alasan dan pertimbangan yang memang sangatlah wajar, dan boleh dibilang memang harus seperti itu, agar jangan sampai salah jurusan.

Akibat adanya stigma dan anggapan tersebut, maka konsekuensinya pastinya, jika ada jurusan yang dianggap favorit, maka bisa dipastikan ada juga jurusan yang tidak jadi jurusan favorit.

Jurusan-jurusan yang dianggap tidak favorit tersebut kemudian oleh beberapa orang dianggap sebagai jurusan yang "Tidak Laku" karena hanya memiliki peminat yang sangat sedikit.

Namun berjalanya waktu, ternyata beberapa jurusan-jurusan yang dahulu dianggap tidak laku, ternyata secara perlahan namun pasti, sekarang mulai jadi jurusan yang tidak boleh dianggap sebelah mata.

Karena ternyata, beberapa jurusan ini justru dinilai dan dianggap sebagai jurusan yang sangat dibutuhkan.

Berikut ini merupakan 5 Jurusan yang Dahulu Dianggap Tidak Laku, tapi Sekarang Sangat Dibutuhkan!

5 Jurusan Ini Dahulu Dianggap Tidak Laku, Sekarang Sangat Dibutuhkan!


#1. Pustakawan


Boleh saja di beberapa tulisan yang sejenis, mereka menempatkan posisi Pustakawan di bagian akhir tulisan. Namun disini, kami anggap Pustakawan [Jurusan Ilmu Perpustakaan] sebagai profesi yang sangat dibutuhkan.

Kenapa?

Karena bisa dipastikan, anda mahasiswa jurusan apapun, pasti bisa lulus kuliah dikarenakan adanya peran "tersembunyi" dari profesi pustakawan di kampus tempat anda kuliah.

Profesi pustakawan mungkin dianggap seolah profesi yang disepelekan, tapi itu dahulu, saat profesi pustakawan memang belum menjanjikan.

Namun sekarang, berjalanya waktu, profesi ini semakin banyak dibutuhkan. Cepat atau lambat, setiap perpustakaan pasti membutuhkan pustakawan. Mulai dari perpustakaan sekolah, perpustakaan daerah, perpustakaan kementrian/lembaga, perpustakaan khusus, perpustakaan di perusahaan, dan seterusnya.

Mungkin memang saat ini baru sebagian yang mulai menyadari akan pentingnya profesi yang satu ini. Namun kami pastikan, cepat atau lambat semakin banyak menyadari, betapa profesi pustakawan memang teramat sangat dibutuhkan!

#2. Kehutanan


Indonesia punya banyak sekali kawasan hutan yang bahkan belum terjamah. Selain itu, pembakaran hutan ataupun penggunaan lahan yang semena-mena juga makin marak terjadi dan perlu segera diatasi.

Sehingga pemerintah butuh tenaga ahli yang bisa mengawasi hutan Indonesia. Jadi gak heran, jurusan ini sangat dibutuhkan.

#3. Teknik Nuklir


Nuklir bukan berarti kamu diajari membuat bom, ya!

Di sini kamu akan diajari seputar radiasi nuklir, reaktor nuklir, yang semua tujuannya murni digunakan untuk bidang-bidang lain seperti kedokteran ataupun pertanian.

Bayarannya pun bisa puluhan hingga ratusan juta, lho!  Nah, sekarang masih menganggap remeh jurusan tersebut?

#4. Aktuaris


Aktuaris adalah tenaga ahli yang bisa menerapkan ilmu keuangan dan teori statistik. Tugasnya adalah menghitung risiko sekaligus biaya bagi perusahaan asuransi. Seiring bertumbuhnya asuransi di Indonesia, makin banyak orang serta instansi yang membutuhkan aktuaris.

#5. Oseanografi


Oseanografi adalah disiplin ilmu yang bersangkutan dengan semua aspek dari kelautan di dunia dan samudera, termasuk sifat fisik dan kimia mereka, asal mereka dan kerangka geologi, dan bentuk kehidupan yang menghuni lingkungan laut.

Indonesia ini terdiri dari lautan yang sangat luas, tentu saja pemerintah membutuhkan ahli kelautan yang mumpuni. Banyak industri perikanan dan kelautan lain yang membutuhkan lulusan-lulusan Oseanografi.

Di jurusan ini, kamu akan diajari ilmu tentang laut mulai dari arus sampai ke fenomena laut teraneh di dunia. Tentu kamu jadi tenaga langka yang dibutuhkan negara!

Labels:

Tuesday, February 7, 2017

Gerakan Literasi Perlu Terintegrasi dengan Kurikulum

Gerakan Literasi Perlu Terintegrasi dengan Kurikulum.


Dunia Perpustakaan | Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Islam Bandung, Santi Indra Astuti, mengatakan hoax masih akan terus tumbuh subur dan merusak bangsa bila kemampuan literasi masyarakat masih lemah.

Kurikulum pendidikan di sekolah yang mendorong kesadaran literasi digital diharapkan menjadi solusi atas penyebaran kabar palsu melaui media sosial.

“Gerakan literasi, terutama literasi digital, perlu diintegrasikan dengan kurikulum sekolah. Bentuknya bisa masuk dalam muatan lokal dan ekstrakurikuler atau dikombinasikan dengan pelajaran lain,” ujar Santi di Bandung, Jawa Barat, Dikutip dari kompas Selasa (7/2).

Menurut Santi, hoax sudah menjadi alat beragam kepentingan pribadi atau kelompok.

Kebenaran konten yang disajikan tidak diperhatikan karena tujuannya bukan untuk memberi informasi yang benar tapi mendukung pendapat pribadi.

Santi mengatakan, sejumlah dosen komunikasi dari 24 perguruan tinggi se-Indonesia berencana meneliti fenomena hoax dan literasi digital lebih dalam dan menyeluruh, dalam waktu dekat.

Tidak cukup sekadar dilawan dengan menyampaikan kabar berita yang benar. Pemahaman hoax sebagai alat memecah bangsa juga harus terus disampaikan. “Kami ingin memetakan gerakan literasi digital di Indonesia.

Dari situ akan diketahui sasaran penelitian itu akan seperti apa. Bila hal itu sudah dipetakan nantinya akan ditentukan pembelajaran seperti yang akan dimasukan dalam kurikulum sekolah,” ucapnya.

Selain dalam ranah pendidikan formal, Santi berharap pencegahan hoax juga dilakukan di ranah informal, seperti media masa, dan gerakan kelompok masyarakat. Sanksi tertentu bagi penyebar hoax juga perlu diberikan agar tidak sembarangan dalam menyebarkan informasi.

“Sanksi akan membuat pelaku penyebar hoax pikir-pikir sebelum menyebarkan informasi yang belum terjamin kebenarannya. Bangsa kita lebih merasa takut malu daripada takut salah,” ujarnya.

Labels:

Literasi Rendah Ladang Hoax : Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit!

Dunia Perpustakaan | Ternyata reaksi netizen atas publikasi kami terkait dengan "Minat Baca Rendah tapi Paling Cerewet di Dunia, itulah Netizen Indonesia!" mendapatkan reaksi positif dari netizen.

Kalaupun ada yang bereaksi negatif, kami anggap mungkin mereka kelompok yang merasa tersindir atas fakta dan data yang kami publikasikan tersebut.

Kami juga menyebarkan tulisan yang sama melalui media online lain seperti kumparan.com, dan juga melalui blog.detik.com yang sudah ikut dipasang di halaman utama detik.com juga diretweet oleh akun resmi twitter detik.com.

Tujuanya supaya semakin banyak masyarakat yang menyadari fakta dan data tersebut, sehingga menjadikan masyarakat kita semakin melek informasi dan tidak mudah terprovokasi oleh hoax.

Entah seperti kebetulan atau tidak, pada hari Selasa [7/2/2017], kompas cetak di halaman utama juga membuat ulasan khusus terkait hal ini, dengan memuat tulisan berjudul, "Literasi Rendah Ladang Hoax : Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit".

Pada waktu yang bersamaan juga, duta baca Indonesia Najwa Shihab juga ikut mempublikasikan ulasan singkat kompas ini melalui akun instagramnya.

Kami sangat memberikan apresiasi atas hal ini, semoga dengan semakin banyak pihak termasuk netizen yang ikut membuat isu literasi ini menjadi viral, diharapkan semakin banyak masyarakat Indonesia "MALU", dan selanjutnya MAU untuk meningkatkan budaya membaca.

Bagaimana mungkin kita berharap negeri kita berubah jika PERILAKU kita masih SAMA?

Ada sebuah pepatah yang perlu kita renungkan dan harus diresapi untuk dijalankan,

".... Jika kita ingin melihat KONDISI sebuah negara 10-50 tahun yang akan datang, maka LIHATLAH APA YANG DILAKUKAN WARGA NEGARANYA HARI INI!"

Untuk anda yang belum sempat membaca ulasan khusus kompas terkait dengan "Literasi Rendah Ladang Hoax : Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit", kami lampirkan secara utuh ulasan tersebut yang kami kutip langsung dari kompas [7/2/2017].

"Literasi Rendah Ladang Hoax : Warga Membaca Berita Tak Sampai 1 Menit"
Rendahnya kesadaran literasi menjadi salah satu faktor pendorong masifnya peredaran kabar bohong atau hoax. Dengan budaya baca yang rendah, masyarakat menelan informasi secara instan tanpa berupaya mencerna secara utuh.

Inisiator komunitas Masyarakat Indonesia Anti Hoax, Septiaji Eko Nugroho, Senin (6/2), di Jakarta, menilai, masyarakat yang kesadaran literasinya rendah menjadi ladang subur peredaran hoax.

”Bangsa kita bukan bangsa pembaca, tetapi bangsa ngerumpi. Informasi yang diterima langsung diyakini sebagai sebuah kebenaran, lalu berupaya membagi informasi tersebut kepada orang lain,” ucap Septiaji.

Hal itu relevan dengan catatan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, danKebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa). Indeks membaca bangsa Indonesia menurut UNESCO (2012) hanya 0,001. Artinya, di antara 1.000 orang, hanya satu orang yang membaca secara serius.

Demikian pula catatan survei Most Literated Nation in The World (2015) menempatkan Indonesia pada peringkat ke-60 dari 61 negara.

Septiaji mengatakan, di tengah rendahnya minat dan budaya baca, Indonesia kini menghadapi tantangan baru untuk mendorong warganya melek digital. Namun, dosen filsafat Universitas Indonesia, Tommy F Awuy, meluruskan bahwa penyebaran berita bohong kadang tidak melulu relevan dengan tingkat literasi.

Sejumlah grup media sosial tertentu juga dihuni oleh orang dengan tingkat literasi yang memadai. Tommy menyebut dunia media sosial bukanlah dunia yang bersemangat menunjuk pada kebenaran atau kesalahan, melainkan berpengaruh atau tidak.

Karena itulah, dalam media sosial muncul buzzer atau agen yang memiliki pengaruh dan banyak pengikut. Mereka sering disewa pihak-pihak tertentu untuk menguasai dan memenangi sebuah kompetisi.

” Buzzer bekerja dengan keterampilan atau kemampuan khusus. Mereka dapat mengonstruksi sebuah realitas untuk menebar pengaruh,” ujar Tommy.

Awalnya, buzzer merupakan bagian dalam strategi pemasaran sebuah produk. Mereka biasanya orang-orang terkenal, mulai dari artis, olahragawan, ilmuwan, penulis, hingga tokoh masyarakat.

Namun, belakangan berkembang pula buzzer dalam dunia politik. Dengan keahliannya, mereka mengonstruksi realitas, seorang buzzer bisa meraup keuntungan dari pemasangan iklan ataupun bayaran dari pihak tertentu.

Penetrasi digital di tengah masyarakat berlangsung sangat cepat. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Polling Indonesia 2016 mencatat 132,7 juta orang atau lebih dari separuh penduduk Indonesia (51,8 persen) telah menggunakan internet.

Dilihat dari pelakunya, pengguna internet Indonesia 69,9 persen di antaranya mengakses internet melalui apa saja, termasuk gawai.  Septiaji menilai kemunculan media baru digital inilah yang memunculkan gegar budaya di masyarakat.

Orang dengan mudah saling mencaci tanpa canggung atau merasa bersalah.

Laman daring Turnbackhoax.id yang digerakkan oleh aktivis teknologi informasi di Indonesia selama 1 Januari 2017 hingga 2 Februari 2017 menerima 1.656 aduan informasi bohong, fitnah, ataupun hasutan.

Laman daring itu selama sebulan terakhir dikunjungi sebanyak 47.132 kali oleh 13.915 pengguna internet.

Jumlah ini naik dibandingkan periode Desember 2016 yang berjumlah 28.219 kali oleh 10.898 pengguna internet.

Membaca sepintas


Pakar media sosial Nukman Luthfie mengatakan, fenomena ini melanda tak hanya Indonesia.

”Kondisi seperti ini bahkan juga terjadi di negara-negara dengan tingkat pendidikan tinggi,” ujar Nukman. Contohnya, berita bohong pun merebak di Amerika Serikat menjelang Pemilihan Presiden November 2016.

Menurut Nukman, sekitar 59 persen konten di media sosial tidak pernah diklik atau dibuka. Era klik paid atau bisnis berdasarkan jumlah klik sudah lewat. Cara itu tergantikan dengan era share atau penyebaran melalui aneka macam media sosial atau grup-grup tertutup.

”Sebagian besar tulisan online hanya dibaca sepintas lalu, bahkan kadang tidak dibuka atau diklik sama sekali. Judul berita cenderung dianggap kesimpulan agar orang yang baca bisa segera tahu isinya. Kalaupun dibaca, tidak sampai semenit,” paparnya.

Kecenderungan seperti ini pula yang akhirnya diikuti sebagian media arus utama. Karena tuntutan bisnis, mereka kerap sengaja membuat judul berita yang bombastis, sensasional. Informasi sekilas dikemas provokatif.

Yusuf Nurrachman, CEO Rumahweb, salah satu registrar domain internet mengakui, pihaknya kerap kena getah dari situs-situs bermasalah ini, karena pihaknya dianggap terlibat dalam aktivitas situs yang kerap berurusan dengan kepolisian.

Direktur Politica Wave Yose Rizal mengungkapkan, penindakan secara hukum bisa menjadi solusi jangka pendek untuk memberikan efek jera. Sementara itu, solusi jangka panjang adalah membangun literasi digital yang sebaiknya melibatkan sektor pendidikan seperti diajarkan ke sekolah sejak dini.

Labels:

Monday, February 6, 2017

Mengintip dan Belajar Budaya Baca di Jepang

Dunia Perpustakaan | Budaya Baca di Jepang | Jika Anda mendengar kata ‘komik’, tentu Anda akan mengaitkannya dengan Negara Jepang. Memang Jepang adalah salah satu Negara yang sukses dalam memproduksi Komik.

Kreatifitas menulis diantara para pengarang komik seakan tidak pernah mati. Bahkan komik Jepang sudah merambah ke belahan dunia lainnya seperti juga di Indonesia.

Di Indonesia komik Jepang sering menjadi perburuan, terutama untuk komik berseri. Dan kita akan bertanya-tanya, bagaimana bisa ya masyarakat Jepang bisa aktif dalam menulis ?

Untuk mengetahu jawabanya kita perlu mempelajari lagi bagaimana kebiasaan orang-orang Jepang dalam kesehariannya sebagaimana kami kutip dari bimba-aiueo.com.


Budaya Membaca di Kalangan Orang Jepang 

Rata-rata orang Jepang memang gemar membaca, atau paling tidak gemar mencari informasi -yang tampak remeh sekalipun- dari orang lain. Bahkan banyak para artis yang mempunyai hobi membaca.

Berdasarkan pengamatan Romi Satria Wahono yang pernah 10 tahun tinggal di sana menggambarkan bahwa sebagian besar penumpang densha (kereta listrik), baik anak-anak maupun dewasa sedang asyik membaca buku atau Koran.

Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Pun di ceritakan bahwa banyak penerbit yang mulai membuat manga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah baik SD, SMP maupun SMA.

Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dan sebagainya disajikan dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi.  Budaya baca orang Jepang juga didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa inggris, perancis, jerman, dsb).

Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan dan terus berkembang sampai jaman modern.

Biasanya terjemahan buku bahasa Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan. Tak heran pemerintah Jepang juga mengambil kebijakan tersendiri guna meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Jepang dengan menciptakan kebijakan publik khusus untuk memotivasi masyarakat Jepang kembali ke sekolah (Kikosushijo) pada tahun 1962.

Keberanian untuk membuat prioritas kebijakan publik pada sektor pendidikan adalah suatu syarat mutlak atau tidak bisa tidak (conditio sine qua non).

Walau era smartphone sudah lebih dahulu maju di Jepang daripada di Indonesia, saat di kereta api ataupun di tempat-tempat ada antrian, nyaris selalu ditemukan ada yang baca buku.
Kebijakan ini mendorong pemerintah Jepang dari pusat sampai ke daerah-daerah untuk antara lain menyediakan secara gratis buku-buku bacaan, membeli lahan untuk pembangunan sekolah dengan sistem pendidikan bermutu, tak ketinggalan mengirim guru-guru untuk bersekolah di luar negeri pada berbagai universitas ternama.

Akhirnya Sejarah pun mencatat bahwa keunggulan manusia Jepang, yang ditandai lejitan ke peringkat-peringkat atas persaingan global, dicapai melalui kerja keras. Visi Jepang cerah juga melalui pelembagaan budaya baca.

Budaya ini dibangun lewat kebijakan penyadaran pentingnya membaca. Ia sengaja direncanakan, ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan secara serius dan berlanjut. Kesadaran membaca dituntun melalui disiplin tingkat tinggi.

Budaya baca memang menggelora ke seluruh lini kehidupan bermasyarakat Jepang. Ia diterima dan dipertahankan karena meyakinkan secara logis sebagai obor penerang masa depan. Benar-benar mengagumkan bukan?.

Berdasarkan pengamatan Romi Satria Wahono, kini, membaca dan selalu membaca telah menjadi pemandangan umum.

Budaya baca ini terlihat tidak hanya pada jam-jam belajar. Bukan saja ketika berada di sekolah-sekolah atau kampus-kampus. Ia merupakan kebudayaan yang hidup dan menghidupkan ketika sedang berada di bus, kereta api, taman-taman kota, tempat-tempat rekreasi, tidak terkecuali sambil menunggu pesanan makanan di kafe atau restoran.

Toko Buku Ala Jepang

Suasana toko buku di Jepang yang selalu ramai pembeli | gambar: jdrachel.com
Bila kita ke toko buku, terlihat pada pinggir-pinggir tembok sengaja disediakan meja dan kursi bagi pembaca, demikian ungkap Romi Satria Wahono . Bahkan sering terlihat banyak orang lanjut usia sedang asyik membaca, tak mau kalah, pantang mundur berpandu kaca pembesar huruf.

Hebat pula bahwa pelayan toko buku sama sekali tidak terlihat melarang, kalau ada siswa atau mahasiswa yang sengaja mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah di sana. Tentu saja ada aturannya, membaca dengan tenang dan menjaga kebersihan serta keutuhan bahan bacaan.

Menurut data dari bunkanews (situs khusus tentang media massa berbahasa Jepang), jumlah toko buku di Jepang adalah sama dengan jumlah toko buku di Amerika Serikat.

Amerika Serikat adalah dua puluh enam kali lebih luas dan berpenduduk dua kali lebih banyak daripada Jepang. Karena itu, data ini menunjukkan bahwa toko buku sangat banyak di Jepang, mudah dijangkau, dan berada sangat dekat dengan masyarakat Jepang.

Sebuah kelebihan yang membuat bahagia para konsumen buku dan penerbit tentunya. Juga menunjukkan tingginya apresiasi masyarakat terhadap budaya membaca.

Toko buku yang ada tak melulu toko buku baru. Masih menurut bunkanews, toko buku bekas atau toko buku tua menempati presentase sepertiga jumlah toko buku. Artinya, jumlah toko buku bekas adalah separuh jumlah toko buku baru.

Keberadaan toko buku bekas ini sangat menolong konsumen buku, karena mereka bisa mendapatkan buku yang mereka inginkan dengan harga yang jauh lebih murah dan terjangkau. Bahkan terkadang, kita bisa mendapatkan buku-buku tua yang sangat bernilai namun sudah tak lagi diterbitkan.

Toko-toko buku ini berani untuk buka sampai larut malam, lebih malam dari departemen store maupun supermarket.

Mengapa demikian?

Karena kaki para konsumen buku terus mengalir sampai malam. Banyak di antara mereka yang datang hanya untuk sekedar "tachi yomi" (artinya membaca sambil berdiri di toko buku tanpa membeli) melepas kebosanan di malam hari.

Tachiyomi sekilas tampaknya hanya merusak pemandangan toko. Namun ternyata oplag penjualan berbanding lurus dengan jumlah orang yang tachiyomi. Artinya, ada kencenderungan sehabis tachiyomi orang tergerak untuk membeli bacaan lainnya.

Kecenderungan orang Jepang pada aktivitas membaca dimanfaatkan oleh para penerbit sebagai ajang promosi buku-buku mereka di televisi.

Di salah satu televisi swasta ada acara yang disebut acara "toko buku Sekiguchi".

Dalam acara ini para artis atau pelawak mempresentasikan referensi suatu buku, sedangkan artis lain yang hadir diminta untuk membeli berdasarkan kesan mereka terhadap presentasi tersebut dari kocek mereka sendiri. Acara ini sangat membantu bagi penggemar buku yang sibuk dan tak sempat berlama-lama di toko buku.

Penonton bisa melihat referensi yang divisualisasikan dalam layar TV dan memesan lewat internet atau telpon jika tertarik untuk membeli. Mirip sebuah "televisi shopping", namun yang dipromosikan adalah buku.

Ketika kita masuk ke sebuah toko buku, biasanya ada beberapa hal khas yang kita jumpai.

Pertama, biasanya buku-buku bacaan di Jepang, seperti novel, kumpulan essai, ataupun ilmiah populer didesain dalam ukuran kecil, ringan, dan mudah dibawa kemana-mana. Sehingga kita tidak enggan membawa buku tersebut baik ketika dalam perjalanan ke kantor ataupun berbelanja.

Orang yang membaca buku (tentu juga komik ataupun majalah) akan sangat mudah kita temui di bis-bis kota ataupun di kereta-kereta listrik.

Kedua, kita akan susah mendapatkan buku-buku berbahasa Inggris di toko-toko buku Jepang pada umumnya. Ini karena, para penerbit Jepang sangat memperhatikan penerjemahan buku-buku hasil karya penulis dari negara-negara lain.

Bahkan banyak kasus buku best seller yang diterbitkan di negara lain diterbitkan pula terjemahannya di Jepang dalam waktu yang hampir berbarengan, seperti buku Harry Potter yang ngetop di Amerika itu.

Ini tentu saja karunia bagi masyarakat Jepang khususnya para penggemar buku. Mereka bisa menikmati hasil karya penulis-penulis beken negara lain dalam bahasa mereka sendiri. Suatu karunia yang kita pikir hanya dipunyai oleh negara-negara berbahasa Inggris, seperti Amerika atau sebagian negara Eropa.

Hanya toko-toko besar tertentu (dan biasanya di daerah perkotaan) yang menyediakan buku-buku impor berbahasa Inggris dan bukan terjemahannya.

Ke Perpustakaan Untuk Membaca

Sejak kecil, anak-anak di Jepang sudah dikenalkan untuk datang ke perpustakaan | gambar: cdn.japantimes
Selain toko buku, perpustakan pun sangat mudah kita temui di sekitar kita. Di daerah pedesaan, biasanya, perpustakaan ini dikelola oleh pemerintah daerah setingkat kecamatan di Indonesia.

Keberadaannya mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan. Sebab itu, meskipun di pedesaan, buku bukanlah barang mahal yang sulit di dapat.

Pada perpustakaan-perpustakaan, petugas keamanan terlihat senantiasa berdiri atau berkeliling, walau jarang tampak pengunjung perpustakaan yang menimbulkan kebisingan.

Mereka tidak akan segan-segan menegur tegas, bila terdengar atau kelihatan ada pengunjung yang terlalu lama berbisik ria. Iya, walau hanya berbisik, bukan bersuara keras, tidak diperbolehkan. Perilaku ini dianggap mengganggu orang lain yang sedang membaca dan menciderai misi perpustakaan. Semacam 'delik penodaan' dalam sakralitas dan martabat masyarakat baca nan terdidik.

Labels: ,

3 Hal yang Harus Dipelajari Pustakawan Sekolah Tingkat SD


Dunia Perpustakaan | Menjadi pustakawan sekolah SD/MI merupakan pilihan. Mungkin, profesi ini belum terlalu diminati. Memang, untuk menjadi pustakawan sekolah SD/MI dibutuhkan kemampuan untuk memahami karakter anak-anak.

Anak-anak adalah generasi penerus bangsa yang memiliki potensi untuk memajukan negaranya. Masa anak-anak adalah masa yang menyenangkan.

Pada masa ini, anak-anak membutuhkan stimulus dari para orangtua untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya.
ilustrasi

Peran tenaga kependidikan juga diperlukan, bukan hanya guru tetapi pustakawan sekolah dapat berfungsi sebagai pendorong bagi mereka.

Untuk mengasah kemampuan yang dimilikinya, anak-anak dapat mengunjungi perpustakaan di sekolah mereka untuk mencari sumber bacaan baru yang akan menambah pengetahuan mereka.

Ketika mereka mengunjungi perpustakaan, tentunya ada pustakawan yang bertugas mengawasi mereka.  Pustakawan dapat menempatkan dirinya secara flexsible, karena sebagian besar pemustaka yang dihadapinya adalah anak-anak.

Pustakawan harus beranggapan bahwa menghadapi anak-anak adalah hal yang menyenangkan. Ikut masuk ke dunia mereka, memberikan pengalaman kepada pustakawan untuk memahami karakter anak-anak.

Ada tiga hal yang perlu dipelajari oleh pustakawan sekolah SD/MI, yaitu: memperhatikan, mendengarkan dan merespon. Ketiga hal tersebut harus sinkron.

#1. Memperhatikan

Ketika siswa/i yang masih berstatus anak-anak mengunjungi perpustakaan, maka pustakawan harus memperhatikan perilaku mereka. Perhatikan apa yang diinginkan siswa/i tersebut, apakah ingin membaca, bermain atau berdiskusi. Berikan perhatian sesering mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan.

#2. Mendengarkan

Ketika ada siswa/i yang bertanya mengenai buku, maka dengarkanlah buku apa yang dibutuhkan. Dengarkanlah kebutuhan mereka pada saat mereka berkunjung ke perpustakaan, walaupun mereka ingin bermain atau berdiskusi di perpustakaan, tetap dengarkan mereka karena membaca, bermain atau berdiskusi adalah bagian dari kehidupan mereka pada masa anak-anak.

#3. Merespon

Setelah memperhatikan dan mendengarkan, maka hal selanjutnya adalah merespon. Merespon bisa ke arah positif atau negatif.Jika terjadi suasana yang menyenangkan, maka responlah mereka  dengan respon yang positif.

Sebagai contoh ada siswa/i yang membutuhkan buku, maka pustakawan harus segera merespon positif dengan cara memberi tahu tentang ketersediaan buku tersebut di perpustkaan.

Pustakawan dapat segera mencari buku di katalog atau membimbing siswa/i mencari langsung di rak.

Selain itu, jika ada suasana yang tidak menyenangkan, misalnya siswa/i membuat kegaduhan di perpustakaan, maka respon yang dikeluarkan adalah dapat berupa respon negatif.

Tetapi membangun atau dengan kata lain pustakawan dapat memberikan solusi atau nasehat dengan tidak memberikan hukuman fisik kepada siswa/i tersebut.

Penulis: Rizca Amelia Akbar | Pustakawan Mumtaza Islamic School

Labels:

Google Doodle Kenang Hari Lahir Penulis Pramoedya Ananta Toer ke-92

Google Doodle Kenang Hari Lahir Penulis Pramoedya Ananta Toer ke-92.


Dunia Perpustakaan | Jika anda membuka Google hari ini [6/2/2017], maka anda akan melihat tampilan sebagaimana gambar diatas.

Dan jika anda klik, maka disana akan diarahkan ke menu penelusuran dan tercantum keterangan, "Hari Lahir Pramoedya Ananta Toer ke-92".

Jika anda suka membaca buku, khususnya tulisan karya-karya Pramoedya Ananta Toer, mungkin anda tak asing lagi dengan penulis yang berkali-kali keluar masuk penjara karena karya tulisan-tulisanya.

Untuk anda yang belum terlalu mengenal penulis kontroversial yang satu ini, berikut kami ulas secara utuh siapa itu Pramoedya Ananta Toer, dikutip dari wikipedia.

Kelahiran


Pramoedya Ananta Toer dilahirkan di Blora tahun 1925, sebagai anak sulung. Ayahnya seorang guru, sedangkan ibunya seorang penjual nasi.

Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer, sebagaimana yang tertulis dalam koleksi cerita pendek semi-otobiografinya yang berjudul Cerita Dari Blora.

Karena nama keluarga Mastoer (nama ayahnya) dirasakan terlalu aristokratik, ia menghilangkan awalan Jawa "Mas" dari nama tersebut dan menggunakan "Toer" sebagai nama keluarganya.

Pramoedya menempuh pendidikan pada Sekolah Kejuruan Radio di Surabaya, dan kemudian bekerja sebagai juru ketik untuk surat kabar Jepang di Jakarta selama pendudukan Jepang di Indonesia.

Masa Kemerdekaan dan Setelahnya


Pada masa kemerdekaan Indonesia, ia mengikuti kelompok militer di Jawa dan kerap ditempatkan di Jakarta pada akhir perang kemerdekaan. Ia menulis cerpen serta buku di sepanjang karier militernya dan ketika dipenjara Belanda di Jakarta pada 1948 dan 1949.

Pada 1950-an ia tinggal di Belanda sebagai bagian dari program pertukaran budaya, dan ketika kembali ke Indonesia ia menjadi anggota Lekra, salah satu organisasi sayap kiri di Indonesia.

Gaya penulisannya berubah selama masa itu, sebagaimana yang ditunjukkan dalam karyanya Korupsi, fiksi kritik pada pamong praja yang jatuh di atas perangkap korupsi.

Hal ini menciptakan friksi antara Pramoedya dan pemerintahan Soekarno. Selama masa itu, ia mulai mempelajari penyiksaan terhadap Tionghoa Indonesia, kemudian pada saat yang sama, ia pun mulai berhubungan erat dengan para penulis di Tiongkok. Khususnya, ia menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau di Indonesia.

Ia merupakan kritikus yang tak mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa pemerintahan mesti dipindahkan ke luar Jawa.

Pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto karena pandangan pro-Komunis Tiongkoknya. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di pulau Buru di kawasan timur Indonesia.

Keluar Masuk Penjara


[caption id="attachment_3221" align="alignleft" width="300"] Pramoedya bersama rekan-rekan saat sedang melakukan kerja paksa di pulau Buru[/caption]

Selain pernah ditahan selama 3 tahun pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses pengadilan (13 Oktober 1965 - Juli 1969, Juli 1969 - 16 Agustus 1969 di Pulau Nusakambangan, Agustus 1969 - 12 November 1979 di Pulau Buru, November - 21 Desember 1979 di Magelang).

Ia dilarang menulis selama masa penahanannya di Pulau Buru, namun tetap mengatur untuk menulis serial karya terkenalnya yang berjudul Bumi Manusia, serial 4 kronik novel semi-fiksi sejarah Indonesia.

Tokoh utamanya Minke, bangsawan kecil Jawa, dicerminkan pada pengalaman RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakkan pada zaman kolonial yang mendirikan organisasi Sarekat Priyayi dan diakui oleh Pramoedya sebagai organisasi nasional pertama.

Jilid pertamanya dibawakan secara oral pada para kawan sepenjaranya, dan sisanya diselundupkan ke luar negeri untuk dikoleksi pengarang Australia dan kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.

Pramoedya dibebaskan dari tahanan pada 21 Desember 1979 dan mendapatkan surat pembebasan secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat Gerakan 30 September, tetapi masih dikenakan tahanan rumah di Jakarta hingga 1992, serta tahanan kota dan tahanan negara hingga 1999, dan juga wajib lapor satu kali seminggu ke Kodim Jakarta Timur selama kurang lebih 2 tahun.

Selama masa itu ia menulis Gadis Pantai, novel semi-fiksi lainnya berdasarkan pengalaman neneknya sendiri. Ia juga menulis Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (1995), otobiografi berdasarkan tulisan yang ditulisnya untuk putrinya namun tak diizinkan untuk dikirimkan, dan Arus Balik (1995).

Edisi lengkap Nyanyi Sunyi Seorang Bisu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Willem Samuels, diterbitkan di Indonesia oleh Hasta Mitra bekerja sama dengan Yayasan Lontar pada 1999 dengan judul The Mute's Soliloquy: A Memoir.

Penulis Kontroversi


Ketika Pramoedya mendapatkan Ramon Magsaysay Award, 1995, diberitakan sebanyak 26 tokoh sastra Indonesia menulis surat 'protes' ke yayasan Ramon Magsaysay.

Mereka tidak setuju, Pramoedya yang dituding sebagai "jubir sekaligus algojo Lekra paling galak, menghantam, menggasak, membantai dan mengganyang" pada masa demokrasi terpimpin, tidak pantas diberikan hadiah dan menuntut pencabutan penghargaan yang dianugerahkan kepada Pramoedya.

Tetapi beberapa hari kemudian, Taufik Ismail sebagai pemrakarsa, meralat pemberitaan itu. Katanya, bukan menuntut 'pencabutan', tetapi mengingatkan 'siapa Pramoedya itu'.

Katanya, banyak orang tidak mengetahui 'reputasi gelap' Pram dulu. Dan pemberian penghargaan Magsaysay dikatakan sebagai suatu kecerobohan. Tetapi di pihak lain, Mochtar Lubis malah mengancam mengembalikan hadiah Magsaysay yang dianugerahkan padanya pada tahun 1958, jika Pram tetap akan dianugerahkan hadiah yang sama.

Lubis juga mengatakan, HB Jassin pun akan mengembalikan hadiah Magsaysay yang pernah diterimanya. Tetapi, ternyata dalam pemberitaan berikutnya, HB Jassin malah mengatakan yang lain sama sekali dari pernyataan Mochtar Lubis.

Dalam berbagai opini-opininya di media, para penandatangan petisi 26 ini merasa sebagai korban dari keadaan pra-1965. Dan mereka menuntut pertanggungan jawab Pram, untuk mengakui dan meminta maaf akan segala peran 'tidak terpuji' pada 'masa paling gelap bagi kreativitas' pada zaman Demokrasi Terpimpin.

Pram, kata Mochtar Lubis, memimpin penindasan sesama seniman yang tak sepaham dengannya.

Sementara Pramoedya sendiri menilai segala tulisan dan pidatonya pada masa pra-1965 itu tidak lebih dari 'golongan polemik biasa' yang boleh diikuti siapa saja. Dia menyangkal terlibat dalam pelbagai aksi yang 'kelewat jauh'. Dia juga merasa difitnah, ketika dituduh ikut membakar buku segala. Bahkan dia menyarankan agar perkaranya dibawa ke pengadilan saja jika memang materi cukup.

Kalau tidak cukup, bawa ke forum terbuka, katanya, tetapi dengan ketentuan saya boleh menjawab dan membela diri, tambahnya.

Semenjak Orde Baru berkuasa, Pramoedya tidak pernah mendapat kebebasan menyuarakan suaranya sendiri, dan telah beberapa kali dirinya diserang dan dikeroyok secara terbuka di koran.

Tetapi dalam pemaparan pelukis Joko Pekik, yang juga pernah menjadi tahanan di Pulau Buru, ia menyebut Pramoedya sebagai 'juru-tulis'. Pekerjaan juru-tulis yang dimaksud oleh Joko Pekik adalah Pramoedya mendapat 'pekerjaan' dari petugas Pulau Buru sebagai tukang ketiknya mereka. Bahkan menurut Joko Pekik, nasib Pramoedya lebih baik dari umumnya tahanan yang ada.

Statusnya sebagai tokoh seniman yang oleh media disebar-luaskan secara internasional, menjadikan dia hidup dengan fasilitas yang lumayan - apalagi kalau ada tamu dari 'luar' yang datang pasti Pramoedya akan menjadi 'bintangnya'.

Tetap Berkarya di Usia Tua


[caption id="attachment_3223" align="alignright" width="286"] Pramoedya Ananta Toer saat tahun 1990 dirinya masih tetap aktif menulis.[/caption]

Pramoedya telah menulis banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Ia menulis buku Perawan Remaja dalam Cengkraman Militer, dokumentasi yang ditulis dalam gaya menyedihkan para wanita Jawa yang dipaksa menjadi wanita penghibur selama masa pendudukan Jepang.

Semuanya dibawa ke Pulau Buru di mana mereka mengalami kekerasan seksual, mengakhiri tinggal di sana daripada kembali ke Jawa. Pramoedya membuat perkenalannya saat ia sendiri merupakan tahanan politik di Pulau Buru selama masa 1970-an.

Banyak dari tulisannya menyentuh tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa. Banyak dari tulisannya juga semi-otobiografi, di mana ia menggambar pengalamannya sendiri.

Ia terus aktif sebagai penulis dan kolumnis. Ia memperoleh Ramon Magsaysay Award untuk Jurnalisme, Sastra, dan Seni Komunikasi Kreatif 1995. Ia juga telah dipertimbangkan untuk Hadiah Nobel Sastra. Ia juga memenangkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XI 2000 dan pada 2004 Norwegian Authors' Union Award untuk sumbangannya pada sastra dunia.

Ia menyelesaikan perjalanan ke Amerika Utara pada 1999 dan memperoleh penghargaan dari Universitas Michigan. Sampai akhir hayatnya ia aktif menulis, walaupun kesehatannya telah menurun akibat usianya yang lanjut dan kegemarannya merokok.

Pada 12 Januari 2006, ia dikabarkan telah dua minggu terbaring sakit di rumahnya di Bojong Gede, Bogor, dan dirawat di rumah sakit. Menurut laporan, Pramoedya menderita diabetes, sesak napas dan jantungnya melemah.

Pada 6 Februari 2006 di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, diadakan pameran khusus tentang sampul buku dari karya Pramoedya. Pameran ini sekaligus hadiah ulang tahun ke-81 untuk Pramoedya.

Pameran bertajuk Pram, Buku dan Angkatan Muda menghadirkan sampul-sampul buku yang pernah diterbitkan di mancanegara. Ada sekitar 200 buku yang pernah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Tutup Usia


Pada 27 April 2006, Pram sempat tak sadar diri. Pihak keluarga akhirnya memutuskan membawa dia ke RS Saint Carolus hari itu juga. Pram didiagnosis menderita radang paru-paru, penyakit yang selama ini tidak pernah menjangkitinya, ditambah komplikasi ginjal, jantung, dan diabetes.

Pram hanya bertahan tiga hari di rumah sakit. Setelah sadar, dia kembali meminta pulang. Meski permintaan itu tidak direstui dokter, Pram bersikeras ingin pulang. Sabtu 29 April, sekitar pukul 19.00, begitu sampai di rumahnya, kondisinya jauh lebih baik. Meski masih kritis, Pram sudah bisa memiringkan badannya dan menggerak-gerakkan tangannya.

Kondisinya sempat memburuk lagi pada pukul 20.00. Pram masih dapat tersenyum dan mengepalkan tangan ketika sastrawan Eka Budianta menjenguknya. Pram juga tertawa saat dibisiki para penggemar yang menjenguknya bahwa Soeharto masih hidup. Kondisi Pram memang sempat membaik, lalu kritis lagi.

Pram kemudian sempat mencopot selang infus dan menyatakan bahwa dirinya sudah sembuh. Dia lantas meminta disuapi havermut dan meminta rokok. Tapi, tentu saja permintaan tersebut tidak diluluskan keluarga. Mereka hanya menempelkan batang rokok di mulut Pram tanpa menyulutnya. Kondisi tersebut bertahan hingga pukul 22.00.

Setelah itu, beberapa kali dia kembali mengalami masa kritis. Pihak keluarga pun memutuskan menggelar tahlilan untuk mendoakan Pram. Pasang surut kondisi Pram tersebut terus berlangsung hingga pukul 02.00.

Saat itu, dia menyatakan agar Tuhan segera menjemputnya. "Dorong saja saya," ujarnya. Namun, teman-teman dan kerabat yang menjaga Pram tak lelah memberi semangat hidup.

Kabar meninggalnya Pram sempat tersiar sejak pukul 03.00. Tetangga-tetangga sudah menerima kabar duka tersebut. Namun, pukul 05.00, mereka kembali mendengar bahwa Pram masih hidup.

Terakhir, ketika ajal menjemput, Pram sempat mengerang, "Akhiri saja saya. Bakar saya sekarang," katanya.

Pada 30 April 2006 pukul 08.55 Pramoedya wafat dalam usia 81 tahun.

Organisasi dan Penghargaan


Organisasi



  • Anggota Nederland Center, ketika masih di Pulau Buru, 1978 Anggota kehormatan seumur hidup dari International PEN Australia Center, 1982

  • Anggota kehormatan PEN Center, Swedia, 1982

  • Anggota kehormatan PEN American Center, AS, 1987

  • Deutschsweizeriches PEN member, Zentrum, Swiss, 1988

  • International PEN English Center Award, Inggris, 1992

  • International PEN Award Association of Writers Zentrum Deutschland, Jerman, 1999


Penghargaan



  • Freedom to Write Award dari PEN American Center, AS, 1988

  • Penghargaan dari The Fund for Free Expression, New York, AS, 1989

  • Wertheim Award, "for his meritorious services to the struggle for emancipation of Indonesian people", dari The Wertheim Fondation, Leiden, Belanda, 1995

  • Ramon Magsaysay Award, "for Journalism, Literature, and Creative Arts, in recognation of his illuminating with briliant stories the historical awakening, and modern experience of Indonesian people", dari Ramon Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina, 1995

  • UNESCO Madanjeet Singh Prize, "in recognition of his outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence" dari UNESCO, Perancis, 1996

  • Doctor of Humane Letters, "in recognition of his remarkable imagination and distinguished literary contributions, his example to all who oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom" dari Universitas Michigan, Madison, AS, 1999

  • Chancellor's distinguished Honor Award, "for his outstanding literary archievements and for his contributions to ethnic tolerance and global understanding", dari Universitas California, Berkeley, AS, 1999

  • Chevalier de l'Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la Culture et de la Communication République, Paris, Perancis, 1999

  • New York Foundation for the Arts Award, New York, AS, 2000

  • Fukuoka Cultural Grand Prize (Hadiah Budaya Asia Fukuoka), Jepang, 2000

  • The Norwegian Authors Union, 2004 Centenario Pablo Neruda, Chili, 2004


 

Labels:

Sunday, February 5, 2017

5 Perpustakaan dengan Arsitektur Terindah di Dunia


Dunia Perpustakaan | Salah satu fungsi perpustakaan yang jarang digarap dan dikembangkan di Indonesia yaitu terkait fungsi perpustakaan sebagai tempat rekreasi. Akibatnya, pembangunan perpustakaan dan fasilitas tidak mendukung untuk bisa dijadikan sarana rekreasi bagi masyarakat.

Dengan kondisi ini juga, maka persepsi masyarakat saat mendengar kata perpustakaan, pasti hanya mengingat bahwa datang ke perpustakaan itu tujuanya untuk belajar, membaca, dan sejenisnya, bukan untuk rekreasi.

[Baca juga: 6 Fungsi Perpustakaan yang Wajib Anda Tahu!]

Kondisi ini sangat berbeda sekali dengan melihat perpustakaan-perpustakaan di negara maju, dimana perpustakaan di bangun dengan sangat megah dan memiliki fasilitas-fasilitas yang mengagumkan, sehingga perpustakaan disana tidak hanya untuk belajar dan baca buku saja, melainkan juga sebagai tujuan rekreasi yang sangat menyenangkan.

Berikut ini kami akan tunjukan, betapa perpustakaan yang kami publikasikan ini benar-benar tidak hanya untuk tujuan belajar atau baca buku saja, melainkan sangat mengagumkan juga untuk dijadikan sebagai tempat tujuan rekreasi.

Deretan koleksi buku-buku lengkap, ditunjang dengan fasilitas yang nyaman akan membuat para ‘kutu buku’ betah berlama-lama di perpustakan-perpustakaan ini.

Ada sebuah ungkapan yang menyebutkan bahwa buku adalah jendela dunia. Tak heran jika banyak orang gemar menghabiskan waktu mereka untuk berkutat di perpustakaan.

Deretan koleksi buku-buku yang lengkap, ditunjang dengan fasilitas yang nyaman akan membuat para ‘kutu buku’ semakin betah berada seharian di perpustakan.

Seperti yang dikutip dari dream.co.id [19/01/16], Beberapa perpustakaan di bawah ini, selain memiliki daftar koleksi buku yang lengkap, bangunan perpustakan-perpustakaan ini didesain dengan eksterior yang bernilai seni tinggi sehingga menghasilkan arsitektur yang menakjubkan.

Dengan bentuk arsitektur yang menakjubkan itupula, perpustakaan-perpustakaan berikut ini menjadi tujuan rekreasi yang menyenangkan saat hari libur.

Berikut ini merupakan 5 Perpustakaan dengan Arsitektur Terindah di Dunia.

5 Perpustakaan dengan Arsitektur Terindah di Dunia

#1. Perpustakaan Umum Stockholm

gambar: amjourneys.com
Perpustakaan yang terletak di Swedia ini dirancang seorang arsitek bernama Gunnar Asplund.  Karya Asplund lainnya yang juga sangat terkenal yaitu bisokop Skandia dan pemakaman Woodland yang terdaftar sebagai warisan dunia UNESCO.

Perpustakaan ini memiliki aula utama berbentuk bulat. Serta memiliki buku dalam setiap bahasa Nordic. Sedangkan bagian atap dirancang menyerupai tekstur yang terlihat seperti awan.

#2. Perpustakaan Strahov Monastery

gambar: flickr

Bangunan ini terletak di Republik Ceko dan mulai dibangun pada tahun 1143.  Kemudian terjadi perang, kebakaran dan bencana lainnya yang membuat pembangunan perpustakaan tertunda. Hingga akhirnya diputuskan untuk melanjutkan pembangunan pada tahun 1679.

Fitur yang paling dikenal di perpustakaan ini adalah konstruksi langit-langit yang luar biasa. Seperti sebuah lukisan dinding yang menggabambarkan isi alkitab.  Lalu, terdapat kompilasi roda yang dapat mengubah dan memutar rak buku. Sehingga membuat buku-buku lebih mudah ditemukan tanpa harus mencari satu persatu di antara deretan buku-buku lainnya.

#3. Perpustakaan Los Angeles, California

gambar: flickr

Perpustakaan ini adalah milik masyarakat Los Angeles, California. Perpustakaan ini merupakan salah satu bangunan paling penting di pusat kota Los Angeles.  Bagian luar perpustakaan ini adalah contoh desain Art Deco. Sedangkan bagian dalam adalah rotunda elegan dengan lampu-lampu perunggu yang tergantung di tengah.

Sedangkan bagian tangga digunakan untuk mengecek kartu katalog (tapi sekarang telah berubah dengan layanan digital). Kemudian dilengkapi pula dengan dekorasi yang menggambarkan saat-saat penting dalam sejarah California.

#4. Perpustakaan dan Rumah Budaya Vannesla

gambar: flickr.com

Perpustakaan ini terletak di bagian ujung selatan Norwegia. Tak sekadar memiliki koleksi buku yang lengkap, perpustakaan ini juga merangkap sebagai pusat budaya dan tempat pertemuan di kota Vannesla.

Perpustakaan ini dilengkapi dengan kedai kopi, ruang pertemuan terbuka, ruang kelas untuk kursus pendidikan orang dewasa, dan bioskop.  Sedangkan pada bagian dalam terdapat balok kayu panjang dan tipis yang dirancang seperti ikan paus.

#5. Perpustakaan Adelaide, Australia

gambar: flickr.com

Perpustakaan ini adalah bentuk bangunan yang sangat kontras. Dari bagian luar, terlihat seperti kotak kaca ultra modern, tetapi di dalam bangunan tampak seperti desain perpustakaan bak di film Harry Potter.

Perpustakaan ini memberi penekanan khusus pada sejarah Australia. Sedangkan pada aspek moderinisasi, perpustakaan ini mempertahankan account Flickr. Dimana orang dapat mengirimkan gambar mereka sendiri sebagai gambaran kehidupan orang Australia Selatan.

Semoga saja kedepan semakin banyak perpustakaan di Indonesia dibangun dengan konsep yang tidak hanya untuk tujuan belajar dan membaca buku saja, melainkan juga dibangun dengan fasilitas yang baik sehingga layak dijadikan tujuan rekreasi untuk masyarakat.

Labels: ,

Saturday, February 4, 2017

Minat Baca Rendah, Tapi Cerewet Banget! Itulah Netizen Indonesia?

Dunia Perpustakaan | Minat Baca | Biasanya kalau di zaman dahulu, mereka-mereka yang masih punya sedikit ilmu karena belum banyak baca buku, biasanya orangnya itu lebih banyak diem dan malu untuk bicara.

Alasanya sederhana, takut kalau-kalau apa yang dibicarakan itu salah dan tidak tepat.

Namun coba lihat di sosial media kita hari ini?

Bermula dari ungkapan netizen yang menjadi viral di media sosial, dimana dalam screenshot yang beredar berbunyi,

"Menurut UNESCO, minat baca orang Indonesia hanya 0,001! Indonesia berada di urutan ke-2 dari bawah dalam hal keliterasian dunia, di bawah Botswana.

Tapi lebih dari 60 juta penduduk Indonesia punya gadget, yang menjadikan Indonesia urutan ke-5 terbanyak dalam hal kepemilikan smartphone.

Namun yang menarik, meski minat baca rendah, tapi dalam hal "kecerewetan" di sosial media, penduduk Indonesia berada di urutan ke-5 sebagai negara paling cerewet di dunia. Sedangkan Jakarta adalah kota paling cerewet di dunia maya karena setiap detik ada 15 tweet.

Dari data dan fakta diatas, anda bisa membayangkan, Tidak suka baca tapi bisa jadi penduduk paling cerewet? Jadi jangan heran jika negara Indonesia menjadi konsumen yang empuk untuk info provokasi, hoax dan Fitnah!

Apakah anda termasuk konsumen dari info-info hoax tersebut, atau justru yang paling sering like dan share hoax tersebut?"

Dari tulisan tersebut diatas, mari kita buktikan, apakah data-data yang disebut diatas hoax, fitnah, atau hanya karangan tanpa dasar yang jelas?

Terkait dengan penyebutan bahwa "Indonesia berada di urutan ke-2 dari bawah dalam hal keliterasian dunia, di bawah Botswana."

Pada bulan Agustus 2016 yang lalu, kompas sudah mempublikasikan terkait Minat Baca Indonesia Diurutan ke 60 dari 61 Negara.

(Baca juga: Antara PISA dan Pengiriman Buku GRATIS yang Dipersulit!)

Dan terkait dengan data bahwa Jakarta adalah kota dengan jumlah tweet terbanyak di dunia itu juga benar adanya.

Data tersebut diambil dari semiocast.com, dimana website tersebut memang mendata terkait aktivitas sosial media termasuk twitter.

Dari data-data tersebut diatas tentunya kita meyakini bahwa apa yang tertulis diatas, semunya adalah kebenaran berdasarkan data dan fakta.

(Baca juga: Kurangi Cerewet di Sosial Media, Perbanyaklah Baca Buku!)

Perlu anda catat juga bahwa data tersebut baru menyebutkan di twitter saja, jadi bisa dibayangkan kalau datanya ditambahkan dengan data dari aktifitas di facebook dan media sosial lainya, bisa-bisa makin cerewet lagi kita?

Bahkan jika anda ingin membuktikan sendiri, silahkan anda bisa melihat data dan fakta di sekitar anda. Kita pasti akan sulit menemukan orang membaca, tapi begitu buka akun media sosial, kita menemukan di setiap detiknya, banyak teman-teman kita yang begitu "CEREWET" update status di berbagai sosial media.

Semoga saja dari data-data tersebut diatas, kita bisa menjadikan hal tersebut sebagai WARNING dan kehati-hatian kita saat beraktifitas di sosial media.

SOLUSI

Sebagai solusi atas kondisi hal ini, maka diperlukan peran semua pihak, agar kondisi ini tidak semakin memprihatinkan.

Caranya, bisa dimulai dari diri sendiri untuk semakin rajin membaca buku. Jika secara pribadi sudah meningkatkan budaya baca buku, selanjutnya bisa kita tularkan kebiasaan baca buku tersebut kepada keluarga, tetangga, teman kerja, teman nongkrong, teman ngopi, dan seterusnya.

Anda juga bisa berkontribusio aktif dalam berbagai kegiatan yang mendukung kemajuan literasi di berbagai daerah di Indonesia. Diantaranya seperti ikut memberikan bantuan buku gratis ke TBM, dan sejenisnya.

Akan lebih keren lagi jika kita bisa membuat perpustakaan pribadi di rumah kita masing-masing, yang kemudian bisa difungsikan sebagai tempat beljar keluarga dan masyarakat tetangga sekitarnya.

Jika hal ini dilakukan satu orang, mungkin akan terkesan biasa dan seolah tak berimbas apa-apa.

Namun anda bisa membayangkan, jika gerakan ini dilakukan oleh setiap orang, setiap keluarga, setiap RT, setiap Desa, setiap[ Kecamatan, setiap Kabup[aten/Kota, Propinsi, maka tentunya ini suatu gerakan yang LUAR BIASA!

Namun jika melakukan kebaikan saja belum bisa, maka minimal jangan jadi bagian dari PERUSAK bangsa ini dengan ikut membuat dan menyebarkan HOAX tak berguna!

Salam....

Redaksi

Labels:

Friday, February 3, 2017

Cara Sederhana Membuat Perpustakaan Pribadi untuk Keluarga

Dunia Perpustakaan | Sudah saatnya bahwa memajukan perpustakaan dan budaya membaca dimulai dari keluarga masing-masing.

Caranya tentunya dengan menyediakan perpustakaan pribadi dalam sebuah keluarga.

Melalui tulisan ini duniaperpustakaan.com ingin berbagi Tips Sederhana untuk bagaimana cara membuat perpustakaan pribadi di keluarga kita masing-masing.

Perlu disadari bahwa dalam hal yang terpenting dalam membuat perpustakaan untuk pribadi adalah NIAT dari pribadi masing-masing.

Agar bisa membangkitkan NIAT yang baik dan kemudian tidak hanya berhenti dalam keinginan saja, maka harus disegerakan untuk melakukan action.

Ketika sudah ada niat, itu artinya cara-cara selanjutnya akan lebih mudah dijalankan.

Agar NIAT itu terus tumbuh, maka di setiap orang dalam keluarga itu harus meyakini bahwa membaca buku adalah bisa dikatakan sebuah kewajiban. Anda bisa membayangkan jika di dunia ini tak ada aktivitas membaa, maka selamanya itupula tidak akan ada yang namanya peradaban.

Jika keyakinan dan prinsip tersebut selalu ditanamkan dalam setiap keluarga, maka secara turun temurun, budaya baca dan menciptakan perpustakaan dalam setiap keluarga akan terus terwarisi dan terjaga.

Jika NIAT anda sudah bulat, maka anda cukup menjalankan langkah-langkah berikut agar impian anda memiliki perpustakaan pribadi di rumah anda bisa langsung menjadi nyata.

Cara Sederhana Membuat Perpustakaan Pribadi untuk Keluarga

#1. Tidak Harus ada Ruangan Khusus



Untuk membuat perpustakaan pribadi dalam keluarga sendiri jangan terlalu berfikir harus ada ruangan (kamar) khusus untuk perpustakaan pribadi karena itu pasti membutuhkan biaya besar.

Cukup dengan membuat rak-rak buku yang bisa dipasang di manapun di dalam rumah. Misalnya di pinggir ruang tamu, di ruang makan, di ruang keluarga, dimanapun selama itu memang bisa dipasangi rak untuk buku.

#2.  Koleksi Buku

Koleksi buku pribadi, punya istri, punya anak, punya saudara, bisa dijadikan awal untuk mendirikan perpustakaan pribadi di rumah, dimulai dengan rak kecil | gambar: dissolve
Tidak perlu membayangkan biaya besar untuk membuat perpustakaan pribadi dalam rumah kita. Cukup dengan diawali dari koleksi buku-buku yang kita miliki saja.

Untuk melakukan sesuatu yang besar semua harus diawali dari kecil dahulu. Biasanya setelah kita memulai sesuatu pasti akan memunculkan ide selanjutnya begitu seterusnya. Selain dari koleksi buku pribadi, kita bisa minta buku melalui teman dekat, atau keluarga yang lain yang mensuport keinginan kita.

#3. Cari Donatur Buku

Saat ini semakin banyak masyarakat, komunitas, dan pribadi-pribadi yang memiliki hati yang baik serta kepedulian yang tinggi untuk bersedia bersedekah dalam bentuk buku.

Untuk bisa mendapatkan buku gratis, bisa dengan cara minta bantuan teman dekat, teman kantor, tetangga, dan lain-lainya.

Kalau anda kreatif, cobalah membuat proposal pengajuan buku gratis ke Perpusnas, penerbit, komunitas pecinta buku, dan gerakan-gerakan social lainya yang mendukung gerakan budaya baca di Indonesia.

Tips diatas kita pikir tidak terlalu sulit untuk memulainya jika memang kita ingin membuat PERUBAHAN untuk keluarga kita tercinta. Tidakah kita menginginkan keluarga kita merupakan sekumpulan keluarga yang CINTA MEMBACA dan mencintai ilmu pengetahuan dan CERDAS ?

Mungkin itu sesuatu yang kecil, tapi bayangkan seandainya disetiap rumah kita di seluruh Indonesia melakukan hal yang sama, tidakah itu sesuatu yang LUAR BIASA ?

Untuk yang ingin perpustakaan pribadinya Online ataupun offline dengan sistem otomasi perpustakaan gratis. Gunakanlah software SLiMS.

Perpustakaan Pribadi ini juga dibuat dengan software gratis bernama SLiMS

Jika anda bingung mencari model rak-rak buku yang unik dan kreatif dan modern, silahkan bisa kunjungi akun instagram Dunia Perpustakaan STORE DISINI. Ada banyak koleksi rak buku yang sangat cocok untuk rumah anda.

Labels:

Peningkatan Kemampuan Membaca Melalui Program Perpustakaan Keliling

Dunia Perpustakaan | Makalah ini memiliki judul lengkap "Peningkatan Kemampuan Membaca Dan Minat Baca Melalui Program Perpustakaan Keliling Siswa SD Negeri 15 Pemali.".

Makalah tersebut ditulis oleh Elistrasika yang merupakan mahasiswa di salah satu Universitas terbuka Fakultas ilmu sosial dan politik, Unit program belajar jarak jauh (UPBJJ) pangkal pinang Pokjar Pemali Kabupaten Bangka.

Pendahuluan

Salah satu yang sangat penting dalam dunia pendidikan bagi siswa yaitu memiliki keterampilan membaca. Tanpa memiliki keterampilan membaca yang memadai sejak dini, siswa akan kesulitan memahami isi yang tertuang dalam buku di kemudian hari.

Kemampuan membaca menjadi hal yang paling mendasar dalam setiap kegiatan belajar siswa di sekolah, oleh karena itu diharapkan dalam setiap proses pembelajaran berbahasa hendaknya lebih diperhatikan agar tepat sasaran dan mampu meningkatkan kemampuan membaca siswa.

Nurhadi ( 1987 : 13 ) menyatakan bahwa membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks disini berarti dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal pembaca itu sendiri. Faktor internal berupa intelegensi ( IQ ) , minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya.



Faktor eksternal bisa berupa membentuk sarana membaca, teks bacaan ( sederhana – berat , mudah – sulit ) faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan, dan tradisi membaca. Oleh sebab itu guru sebaiknya memiliki perhatian khusus dalam kemampuan membaca siswa ini karena manfaatnya yang sangat besar bagi siswa.

Baca selengkapnya dan bisa di Download FULL TEXT...

Labels:

Thursday, February 2, 2017

Kenalkan Jurusan Ilmu Perpustakaan di Seluruh Indonesia Disini!

Kenalkan Jurusan Ilmu Perpustakaan di Seluruh Indonesia Disini!


Dunia Perpustakaan | Untuk melengkapi berbagai kategori di rubrik kami, banyak yang melakukan request untuk membahas terkait dengan profil Jurusan Ilmu Perpustakaan di Indonesia.

Nantinya pada kategori ini akan mengupas tuntas berbagai informasi mengenai profil dari setiap jurusan ilmu perpustakaan di Indonesia, mulai dari yang D3, S1, S2, hingga S3. Atau jika memungkinkan termasuk jurusan ilmu perpustakaan yang ada di Universitas Terbuka [UT] yang tersebar di berbagai daerah.

Nantinya kami juga berharap peran aktif dari para pembaca maupun pihak-pihak terkait agar bisa berkontribusi.

Caranya cukup anda kirimkan profil lengkap terkait masing-masing jurusan ilmu perpustakaan yang anda ketahui.

Dalam profil tersebut secara lengkap ditulis mulai dari profil awal berdirinya [sejarah singkat], mata kuliah, nama dosen, biaya kuliah, kegiatan perkuliahan, sistem perkuliahan, dan informasi terkait lainya seputar jurusan ilmu perpustakaan tersebut.

Tulisan dikirim dalam bentuk file .doc [MS Word] melalui email redaksi@duniaperpustakaan.com atau bisa juga melalui inbox di fanpage facebook Dunia Perpustakaan.

Saat ini fanpage Dunia Perpustakaan sudah mencapai 17.800an dan terus bertambah. Sekali posting, tulisanya bisa menjangkau ribuan orang. Itu artinya jika anda mempromosikan jurusan ilmu perpustakaan anda melalui website kami, akan ada peluang supaya jurusan ilmu perpustakaan anda semakin dikenal.

Berikut ini kami tampilkan beberapa tampilanya,



Semoga dengan kontribusi anda, semakin banyak orang tahu dan mengenal keberadaan dari Jurusan Ilmu perpustakaan di Indonesia.

Dengan semakin banyaknya orang yang tahu akan jurusan ilmu perpustakaan, diharapkan semakin banyak juga masyarakat yang ingin kuliah di jurusan ilmu perpustakaan.

Jika semakin banyak mahasiswa jurusan ilmu perpustakaan, maka diharapkan kekuatan kita juga semakin banyak untuk menyebarkan semangat literasi di Indonesia.

Tidak kalah penting juga, dengan semakin banyak profesi pustakawan, maka diharapkan suara kita semakin banyak sehingga akan lebih didengar saat kita menyuarakan tuntutan.

Beberapa tuntutan yang dimaksud bisa mulai dari pelaksanaan UU no 43 tahun 2007 tentang perpustakaan dan berbagai aturan-aturan lain yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait.

Termasuk di dalamnya yaitu tuntutan untuk peningkatan gaji para pustakawan [non PNS] yang selama ini masih sangat mengenaskan.

Para pustakawan khususnya yang non PNS, anda tidak akan mungkin terlalu diperhatikan jika selama ini hanya DIAM. Lihatlah kaum buruh, mereka selama ini selalu naik gaji mereka di setiap tahunya [beberapa tahun] karena mereka BERANI BERSUARA dan MEMINTA HAK mereka.

Karena terkadang di negeri kita ini, MEMINTA HAK KITA saja terkadang belum akan langsung diberikan, apalagi tanpa meminta dan hanya DIAM SAJA?

Semoga melalui gerakan-gerakan seperti ini diharapkan memunculkan semangat dan kesatuan senasib seperjuangan dalam profesi kita sebagai seorang pustakawan.

Salam Pustakawan!

Labels: