<data:blog.pageTitle/>

This Page

has moved to a new address:

http://duniaperpustakaan.com

Sorry for the inconvenience…

Redirection provided by Blogger to WordPress Migration Service
Dunia Perpustakaan | Informasi Lengkap Seputar Dunia Perpustakaan: May 2018

Thursday, May 24, 2018

Dana Hibah Rp 126 Juta Rupiah untuk 7 Pustakawan

Dunia Perpustakaan | Kalau bicara soal perpustakaan dan khususnya pustakawan, permasalahan kurangnya dana dan anggaran masih jadi msalah besar.

Namun untuk anda yang memang ingin mendapatkan dana hibah total hingga Rp 126 juta yang akan diberikan untuk 7 pemenang, silahkan anda yang mengaku sebagai pustakawan, ikuti cara-cara berikut.

Sebelumnya kami ingatkan bahwa kesempatan ini terbuka untuk semua pustakawan baik yang negeri maupun swasta, semuanya punya kesempatan yang sama.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Kajian Bidang Kepustakawanan Berbasis Kompetisi Tahun 2018 Perpustakaan Nasional .

Jika anda tertarik, mendapatkan dana hibah tersebut, silahkan anda perhatikan pengumuman resmi dari Perpustakaan Nasional yang kami kutip langsung dari akun twitter resmi perpusnas berikut;

Mengundang para pustakawan baik negeri maupun swasta untuk mengikuti lomba kajian bidang kepustakawanan berbasis kompetisi dengan topik:
  • Untuk perpustakaan umum: "Transformasi Layanan Perpustakaan Umum Berbasis Inklusi Sosial"
  • Untuk perpustakaan khusus: "Perpustakaan Khusus Sebagai Repositori Center of Excellence Pengetahuan Organisasi"
  • Untuk Perpustakaan Perguruan Tinggi: "Gerakan Open Access Repositori Institusi Mewujudkan Sumberdaya Nasional untuk Peningkatan Kualitas Riset Pendidikan Tinggi"
  • Untuk Perpustakaan Sekolah: "Penguatan Peran Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Meningkatkan Indeks Penilaian Programme for International Student Assessment (PISA)"
Anda juga ahrus perhatikan tanggal dan prosesnya agar tidak terlambat.
  • Pengiriman proposal kajian  (1 Mei s.d 15 Juli 2018)
  • Pengumuman Pemenang (1 Agustus 2018)
  • Penandatanganan kontrak Penyerahan laporan penelitian hasil penelitian (1 Agustus 2018 1 Desember 2018) 
  • Pelaksanaan penelitian  (41 Agustus s.d 30 Nop 2018)
Jika anda memang ingin dan mau mencoba, silahkan anda ikuti untuk membuatnya segera sesuai dengan tema yang anda kuasai diatas.

Silahkan kirim Proposal kajian anda ke: 
Panitia Kajian Bidang Kepustakawanan Berbasis Kompetisi Tahun 2018 
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 
Gedung B Lantai 2. Jalan Salemba Raya No. 28 A Jakarta Pusat. 
Email: kajiankompetisi2018@gmail.com
http://pustakawan.perpusnas.go.id
Whatsapp: 0856 7411 803 


Labels:

Saturday, May 19, 2018

Saat Kejayaan Islam, Umat Islam Sinari Eropa dari Perpustakaan dan Buku

Dunia Perpustakaan | Sejarah Islam | Kejayaan Islam | Jika anda sudah pernah menonton film pendek berjudul  "1001 Inventions and The Library of Secrets", karya Sutradara Alan Deakins, anda akan faham banget bahwa banyak sains di jaman kejayaan islam yang terkesan "dihilangkan/disembunyikan".

Walau film tersebut hanya dibuat singkat sekitar 13 menit, tapi film yang diluncurkan 2010 yang lalu mampu membuka ingatan dan sejarah kita bahwa Islam pernah jaya dari jazirah Arab, Eropa, Afrika, Asia, hingga ke Rusia.

Dan sejarah mencatat, kejayaan tersebut tidak didapat dengan cara aksi teror, sibuk berdebat, sibuk mencela, dan perbuatan buruk sejenis lainnya, melainkan Islam berjaya karena umat Islam saat itu RAJIN MEMBACA, rajin menulis buku, dan rajin membangun perpustakaan, serta menunjukan Islam yang Rahmat untuk semua.

Bagaimana dengan Islam hari ini?

Dari perpustakaan dan buku-buku yang ditulis oleh ilmuwan muslim saat itulah, Islam mampu menembus berbagai pelosok benua di muka bumi ini.

Kami juga sepakat dengan apa yang ditulis oleh republika.co.id yang membuat tulisan berjudul "Dari Buku, Umat Islam Menyinari Eropa".

Menurut kami judul tersebut tidak berlebihan karena sudah sesuai dengan fakta sejarah yang ada.

Untuk anda yang belum membaca tulisan tersebut, berikut tulisan singkatnya,

Peradaban Barat modern justru sepantasnya berterima kasih terhadap upaya- upaya umat Islam yang menyinari Eropa dengan kecintaan terhadap buku. Definisi buku itu sendiri menjadi terfiksasi sejak orang-orang Arab berhasil mengembangkan penemuan penting dari bangsa Cina:teknik membuat kertas.

Pabrik kertas pertama di negeri Muslim ada di Baghdad pada 800. Sejak saat itu, wujud naskah tidak lagi berupa lembaran-lembaran daun, tulang, atau benda apa pun yang diragukan keawe tannya bila disimpan lama di rak-rak. Efeknya, jumlah perpustakaan tumbuh subur di seantero kerajaan-kerajaan Islam.

Sebagai contoh, koleksi Baytul Hikmah di Baghdad saja membeludak menjadi satu juta buku pada 815. Berpuluh tahun kemudian, pada 891 seorang sejarawan mencatat ada lebih dari 100 perpustakaan umum hanya di Baghdad.Kota kecil semacam Najaf punya rumah baca dengan koleksi 40 ribu buku.

Pada abad ke-10, Sultan al-Hakim dari Kordoba, Andalusia, punya koleksi pribadi sebanyak 400 ribu buku. Astronom Muslim asal Persia, Nashruddin al- Tusi (lahir 1201) punya 400 ribu buku.Sultan al-Aziz dari Dinasti Fatimiyyah punya 1,6 juta buku, yang sebanyak 16 ribu dan 18 ribu di antaranya membahas tentang matematika dan filsafat.

Bandingkanlah angka-angka itu dengan kepemilikan buku Charlemagne alias Karel yang Agung, sosok yang dinobatkan sebagai penguasa oleh Paus pada 800.Menurut Garaudy, dia hanya memi liki 900 buku. Kendati begitu, seluruh Eropa menggelarinya sebagai Penguasa yang Pandai.

Semoga saja dari fakta-fakta sejarah tersebut diatas, di bulan ramadhan yang suci ini, dan di tengah kondisi umat islam yang masih rendah minat bacanya, marilah jadikan moment ramadhan ini untuk bangkit dengan dimulai dari meningkatkan aktivitas membaca dan menulis.

Harapanya, semoga umat Islam di penjuru dunia mampu menjadi umat islam yang berpendidikan, berakhlaq mulia, dan menjadi orang-orang yang berperan aktif memberikan manfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan dunia.

Silahkan bantu Like dan SHARE, semoga bacaan ini bisa jadi renungan di bulan Ramadhan.

Mari kita isi bulan Ramadhan dengan perbanyak baca Al-Qur'an, memahami Al-Qur'an, dan MENGAMALKAN Al-QUR'AN.

Jangan SEPELEKAN AL-QUR'AN! Kejayaan ISLAM terdahulu bisa berjaya juga karena ulama dan umatnya saat itu yang MAU  BACA, MEMAHAMI, dan MENGAMALKAN AL-QUR'AN dari satu AYAT IQRA! BACALAH!

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa.

Labels: ,

Thursday, May 3, 2018

Menggugat Sistem Pendidikan

Dunia Perpustakaan | Menggugat Sistem Pendidikan | Pada tahun 2016 yang lalu, tepatnya tanggal 26 September 2016, muncul sebuah video yang menghebohkan dan menggemparkan dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam video yang dibuat oleh Prince Ea ini berjudul "I JUST SUED THE SCHOOL SYSTEM", yang intinya pria bernama asli Richard Williams ini ingin Menggugat Sistem Pendidikan.

Saat itu video ini langsung viral dan menimbulkan kontroversi. Saat ini video tersebut sudah ditonton lebih dari 10 juta penonton di YouTube.

Video ini juga kemudian sudah menyebar dan diberikan subtitle berbagai bahasa di penjuru dunia, termasuk di Indonesia.

Dalam tulisan ini kami mencoba untuk menuliskan terjemahan dari isi video tersebut, yang pada bagian bawah juga kami sertakan videonya.

Video ini dibuat seolah-olah di pengadilan dan Prince Ea berperan sebagai seorang penggugat sistem pendidikan, sedangkan tergugat diperankan dari sekolah.


Berikut ini rangkaian proses demi proses pengadilan tersebut,
------------------------------------------------------
Albert Einstein pernah mengatakan, bahwa semua orang itu jenius..
tapi jika menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon
maka itu akan membuatnya merasa bodoh seumur hidupnya
Bapak ibu hakim/juri yang terhormat, persidangan hari ini dihadiri perwakilan dari sekolah modern, terima kasih anda bisa hadir.

Tidak hanya mereka yang menyuruh ikan memanjat pohon. Mereka juga mengajar mereka turun dari pohon, lalu berlari sejauh 10 mil.

Jawab saya: "Apakah anda bangga dengan yang anda lakukan itu?"

Mengubah jutaan orang jadi robot?

Apakah bagi anda itu menyenangkan?

Sadarkah anda, sudah berapa banyak anak seperti ikan tadi?
Berenang melawan arus di kelas untuk menjadi yang terbaik, tidak menemukan bakat mereka?
mereka pikir dirinya bodoh, percaya bahwa mereka tidak ada gunanya?

Sudah tiba waktunya dimana tidak ada lagi alasan!

Saya mengajak sekolah untuk berdiri dan menuntut mereka sebagai PEMBUNUH KREATIFITAS, mendorong individualisme, dan sebagai pelaku kejahatan intelektual.

Sekarang sekolah bekerja melebihi tugas dan perannya.

Hakim yang Mulia, itulah akhir dari pengantar saya.

Jika saya boleh menunjukan bukti dari kasus saya, maka saya akan MEMBUKTIKAN.

Hakim: Silahkan...

Bukti I:

Ini adalah telepon masa kini, dan ini telepon 150 tahun yang lalu. Sangat berbeda kan?

Ini Mobil masa kini, dan ini mobil 150 tahun lalu, Sangat berbeda kan?

Nah! ini kelas masa kini, dan seperti ini kelas 150 tahun lalu.

Sangat memalukan!

Ini artinya, selama lebih dari satu abad, TIDAK ADA YANG BERUBAH!
Dan anda mengklaim mempersiapkan siswa untuk masa depan?

Dengan bukti-bukti saya tadi, saya ingin bertanya,

Apakah anda mempersiapkan siswa untuk masa depan, atau masa lalu?

Saya menelusuri latar belakang anda dan menemukan bahwa,

Anda dibuat untuk melatih siswa bisa bekerja di pabrik,inilah alasan kenapa kalian mendudukan siswa dalam barisan teratur, tenang dan diam. Bilang: "Angkat tangan jika bicara", beri waktu istirahat sejenak untuk makan, dan 8 jam selanjutnya mendikte cara berfikir memaksa mereka berkompetensi dapat nilai A.

Sebuah huruf yang menentukan kualitas produk, mirip dengan penentuan kualitas daging dagangan.
Oh saya faham, dulu berbeda dengan sekarang. Kita semua punya masa lalu.

Saya bukanlah Mahatma Gandhi, tapi saat ini kita tidak butuh robot zombie, dunia telah maju dan kita butuh orang yang mampu berfikir KREATIF, INOVATIF, KRITIS, MANDIRI, dan punya kemampuan untuk saling terhubung.

Setiap ilmuwan menjelaskan pada anda, bahwa tidak ada pemikiran yang sama, dan setiap orang tua dengan 2 anak akan setuju dengan pendapat ini.
Jadi! tolong anda jelaskan, mengapa memperlakukan semua siswa seperti cetakan pemotong kue atau topi ukuran pas, memberi banyolan: "Satu ukuran untuk SEMUA orang".
Hakim: Jaga bahasamu!

Maaf yang mulia,
Jika seorang dokter membuat resep yang sama untuk semua pasiennya, hasilnya akan MENGENASKAN!
Banyak pasiennya akan bertambah parah.
Dikaitkan dengan sekolah, hal yang sama juga terjadi.
Inilah MALPRAKTEK PENDIDIKAN!
Ketika satu guru berdiri di depan 20 siswa yang masing-masing memiliki kelebihan yang berbeda, kebutuhan berbeda, bakat yang berbeda, cita-cita yang berbeda, dan anda mengajarkan mereka hal yang sama dengan cara yang sama?!

Itu MENGERIKAN!

Bapak Ibu, para terdakwa ini TIDAK BISA DIBIARKAN!

Hal ini bisa jadi tindakan kriminal terburuk yang pernah dilakukan, kecuali anda bisa menyebutkan cara memperlakukan pekerja anda.

Pengacara Terdakwa: Keberatan yang mulia!

Hakim: Keberatan DITOLAK!

Hakim: Silahkan lanjutkan...

Memalukan!

Maksud saya, Pendidik adalah pekerja terpenting di muka bumi tapi mereka DIGAJI RENDAH!
Tidak heran banyak siswa bersikap curang/tidak jujur.

Mari kita jujur, pendidik harus memiliki pendapatan yang sama dengan dokter, karena dokter bisa membedah jantung dan menyelamatkan jiwa anak. Tapi seorang pendidik hebat bisa menyentuh hati setiap anak dan membuatnya benar-benar hidup.

Pendidik adalah guru yang sering disalahkan, tapi sebenarnya bukan mereka. Masalahnya, mereka bekerja dalam sistem tanpa ada pilihan atau hak, kurikulum dibuat oleh pembuat kebijakan.
Kebanyakan dari mereka tidak pernah diajar selama mereka hidup, mereka terobsesi dengan ujian terstandar [Ujian Nasional].

Mereka pikir: Berfikir untuk menjawab pertanyaan "Multiple Choice" akan menjamin kesuksesan.

Ini DILUAR AKAL SEHAT!

Faktanya!

Model ujian ini terlalu sederhana untuk digunakan, dan sebaiknya ditinggalkan.
Tidak usah pedulikan kalimat saya, dengarkan Frederick J. Kelly. Dia yang menciptakan ujian terstandar ini dan saya mengutip dia: "Ujian ini terlalu sederhana digunakan, dan sebaiknya ditinggalkan!".

Bapak ibu juri/hakim,

Jika kita membiarkan hal ini terus terjadi, hasilnya sangat MEMATIKAN!

Saya sudah tidak percaya pada sistem di sekolah, tapi saya masih punya harapan pada orang-orangnya.

Jika kita bisa memodifikasi layanan kesehatan, mobil, atau halaman facebook, maka tugas kita melakukan hal yang sama pada Pendidikan. Meningkatkanya, melakukan perubahan.

Buang jauh semangat sekolah yang tidak berguna, kecuali kita bekerja untuk mengoptimalkan semangat setiap siswa itu yang seharusnya menjadi pekerjaan kita.

Tidak ada lagi program Common Core. Sebagai gantinya, mari menyentuh setiap hati yang ada di setiap kelas.
Tentu Matematika penting, tapi tidak lebih penting dibanding Seni atau Menari. Berikan kesempatan yang sama bagi setiap bakat pada siswa.
Saya tahu ini terdengar seperti mimpi, tapi negara seperti Finlandia melakukan hal-hal yang luar biasa!

Waktu sekolah mereka lebih singkat, gaji guru tinggi, tidak ada PR. Siswa fokus pada BERKOLABORASI dibanding KOMPETISI.

Tapi hal yang menakjubkan adalah, sistem pendidikan mereka lebih maju dibanding negara lain di dunia.

Negara lain seperti Singapura telah mengalami kemajuan pesat. Sekolah seperti Montessori, program seperti Khan Academy.

Tidak ada solusi tunggal, tapi mari terus bergerak.
Siswa memang hanya 20% dari masyarakat kita, tapi mereka adalah 100% masa depan kita semua!
Jadi! mari kita dengarkan mimpi-mimpi mereka, dan tidak mengajarkan apa yang bisa kita capai.

Inilah dunia yang saya yakini, dunia dimana IKAN tidak lagi DIPAKSA UNTUK MEMANJAT POHON!

I Rest My Case!

---------------------------------------------------
Apakah anda setuju dengan Prince Ea atau tidak?

Silahkan berikan pendapat anda melalui kolom komentar dibawah..

Labels:

Tuesday, May 1, 2018

#2019LebihRajinBacaBuku!

Dunia Perpustakaan | Agak sedih memang kalau lihat orang-orang yang katanya selalu mengaku sebagai orang pandai, berpendidikan, bahkan mengaku beragama, tapi harus ribut hanya soal perang hastag #2019GantiPresiden atau #2019TetapJokowi.

Berpendapat dan menyuarakan hak itu memang diatur dan dijamin oleh Undang-undang, tapi kalau hanya soal urusan beda pilihan sampai saling cela dan saling hina di sosial media, bahkan hingga nyaris bentrok saat di kehidupan nyata, tentunya itu sebuah hal yang miris dan teramatsangat memprihatinkan.

Hal tersebut dikarenakan yang kami lihat, mereka yang saling cela dan saling hina di sosial media hanya beda dukungan, bukanlah anak-anak yang ada di Taman Kanak-Kanak.

Apa mereka tidak malu dilihatin sama anak-anak?

Kalau hemat kami, daripada ributin soal hastag yang bikin ribut dan kontroversi, kenapa sih tidak bareng-bareng ramaikan hastag yang bikin adem, bahkan memberikan manfaat untuk yang membacanya.

Salah satu hastag yang menurut kami bisa bikin adem dan dipastikan tidak ada yang menolak, adalah hastag #2019LebihRajinBacaBuku.

Atau jangan-jangan, mereka yang suka bikin ramai dan suka saling cela di sosial media itu memang kurang baca buku, sehingga pikiran mereka dalam berfikir sangat pendek. Mereka penginya nafsu banget untuk memaksakan kehendak bahwa semua orang wajib dan harus ikutin serta sesuai dengan pikiran mereka.

Kalau kami pengin ganti Presiden pokoknya ganti Presiden. Demikian juga pihak yang satunya, Pokoknya Jokowi dua periode, begitu seterusnya.

Kalau anda pengin ganti presiden, ya silahkan saja ditunggu saat pencoblosan nanti, silahkan anda pilih sesuai pilihan anda di bilik suara, bukan di sosial media.

Demikian juga sebaliknya, jika anda ingin Jokowi dua periode, yaudah dibuktikan saja besok saat di bilik suara anda pilih Jokowi lagi.

Jadi tidak perlu pakai ribut-ribut di sosial media.

Di sosial media itu alangkah baiknya untuk saling berbagi kebaikan dan inspirasi. Bukan justru dijadikan ajang saling mencaci dan memaki.

Coba deh anda ikutin tuh para pejuang literasi, misalnya di group Pustaka Bergerak, mereka bersatupadu saling bahu membahu membangun negeri ini dengan terus kampanyekan budaya baca.

Mereka berjuang tidak hanya sebatas kata-kata di sosial media saja, melainkan mereka juga sudah berkontribusi nyata untuk terus kampanyekan budaya baca di sekitar mereka.

Yuk, sekalilagi kami mengajak, dariapda perang hastag yang tidak ada gunanya, lebih baik bantu ramaikan hastag #2019LebihRajinBacaBuku.

Dengan ikut ramaikan hastag tersebut, kami berfikir itu jauh lebih memberikan manfaat, daripada sibuk berdebat dan saling hujat di sosial media.

Labels: